Hipotesis Umum Atas Tipologi Desa-desa Perbatasan Tertinggal

58

4.3. Hipotesis Umum Atas Tipologi Desa-desa Perbatasan Tertinggal

Berdasarkan hasil sementara dari analisis penggerombolan tersebut di atas, secara umum terdapat dua gerombol desa-desa di keempat kabupaten empat propinsi, di mana masing-masing gerombol mempunyai karakteristik tersendiri. Apabila semua desa 576 desa dalam analisis ini tergolong desa tertinggal, desa-desa tersebut dapat dikelompokkan sehingga dalam masing-masing kelompok dapat diketahui apa yang menjadi kendala di setiap kelompok desa secara khusus. Dengan demikian diharapkan ada suatu solusi yang tepat untuk meningkatkan setiap kelompok desa tertinggal desa tertinggal sesuai dengan permasalahannya. Kondisi desa-desa tertinggal nampaknya berbeda antara satu desa dengan lainnya, namun mungkin masih ada beberapa kesamaannya. Hal terutama berkaitan dengan jarak desa ke perbatasan dan jarak antar desa. Semakin dekat suatu desa dengan desa lainnya diharapkan semakin banyak kesamaannya. Sebaliknya, semakin jauh suatu desa dari perbatasan, desa tersebut akan berbeda dengan desa sekitar perbatasan. Desa-desa sekitar perbatasan akan mempunyai kesamaan, tetapi sejauh mana atau jarak berapa suatu desa dari perbatasan akan berbeda dengan desa terdekatnya di sekitarnya. Penggerombolan diharapkan dapat mengungkap kesamaan dan perbedaan antar desa tertinggal, dan masing- masing gerombol mempunyai tipe atau karakteristik tertentu. V. PENGEMBANGAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS TIPOLOGI PERDESAAN Indonesia yang mempunyai wilayah, masyarakat, dan budaya yang sangat beragam mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dalam upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bertempat tinggal di desa-desa. Salah satu ciri keragaman wilayah adalah lokasi daerah-daerah dan desa-desa yang berada pada perbatasan dengan negara-negara lain. Empat kabupaten yang merupakan fokus kegiatan lapang penyusunan tipologi perdesaan, daerah dan desa-desa perbatasan yang terdiri dari Kabupaten Raja Ampat Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur, dan Kabupaten Sangihe Provinsi Sulawesi Utara mencerminkan keragaman di atas. Dari hasil wawancara dan observasi lapang, uraian berikut ini mengungkapkan potensi dan permasalahan secara umum di kabupaten-kabupaten tersebut. Pemberdayaan empowerment sebagaimana dinyatakan oleh Ife 1995 merupakan unsur pokok sebagai pondasi dalam upaya pengembangan masyarakat Community Development yang mengacu pada perspektif keadilan sosial. Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan daya power orang-orang atau kelompok-kelompok orang yang tidak beruntung. Dengan daya power yang meningkat, orang-orang secara individual ataupun secara berkelompok akan lebih mampu mengakses sumberdaya di lingkungannya ataupun peluang-peluang untuk memperbaiki kehidupannya. Dengan pentipologian desa akan diperoleh kelompok-kelompok desa yang dalam sejumlah ciri atau indikator mempunyai kesamaan. Telah diungkapkan bahwa selama ini upaya pentipologian desa yang telah dilakukan umpamanya oleh BPS untuk mengidentifikasi ”Desa Miskin” Desa Tertinggal dan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral PMD untuk mengklasifikasikan Desakelurahan berdasarkan tingkat perkembangannya yang terdiri dari Desa Swadaya, DesaKelurahan Swakarya dan DesaKelurahan Swasembada. Kajian ini 60 merupakan salah satu upaya pentipologian desa dalam hal ini desa-desa tertinggal di kawasan perbatasan. Pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi lapang dan hasil analisis dalam kajian ini dapat dinyatakan bahwa desa-desa tertinggal di wilayah perbatasan keadanya bervariasi cukup besar dalam hal ciri-ciri tertentu. Dengan berbasis tipologi yang dibuat, dapat diidentifikasi beragam permasalahn yang dihadapi oleh kelompok-kelompok desa perbatasan tertinggal yang mempunyai kesamaan ciri-cirinya, umpamanya permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan akses terhadap tranportasi, akses terhadap permodalan, akses terhadap teknologi pertanian dan perikanan, akses terhadap pemasaran hasil, akses terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan, dan akses terhadap sumberdaya alam SDA di lingkungannya. Dengan demikian, dapat disusun program-program pemberdayaan yang meningkatkan ”beragam akses” yang lebih terarah berbasiskan tipologi kelompok-kelompok desa perbatasan tertinggal. Dalam hubungan meningkatkan ”beragam akses” itu juga sangat penting diperhatikan peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM.

5.1. KABUPATEN RAJA AMPAT – PROVINSI IRIAN JAYA BARAT