Secara grafis hal ini disampaikan pada Gambar 2.1.

8 Untuk melihat secara riil perkembangan sekaligus perbandingan kondisi perdesaan dan perkotaan di Indonesia pada Tabel 2.1., Gambar 2.1. dan Gambar 2.2. disampaikan sebaran penduduk di kawasan perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Tabel 2.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Perdesaan dan Perkotaan Pada Titik Tahun 1971, 1985, 1990, 2000, dan 2004 Tahun Jumlah Penduduk Perkotaan Perdesaan Total 1971 20,765,272 98,467,227 119,232,499 1985 43,029,526 121,017,462 164,046,988 1990 55,433,790 123,813,993 179,247,783 2000 82,861,037 113,721,542 196,582,579 2004 93,860,044 123,212,302 217,072,346 Sumber: Statistik Indonesia dalam berbagai titik tahun Tabel 2.1 . menunjukkan bahwa kecenderungan jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, penduduk yang tinggal di perdesaan meningkat namun dengan tingkat pertumbuhan yang cenderung menurun. Untuk dapat melihat secara lebih baik, perubahan persentase penduduk yang tinggal di perdesaan dan perkotaan serta laju perkembangannya setiap periode disampaikan Gambar 2.1 . Dari Gambar 2.1. diketahui bahwa ditinjau dari persentase total penduduk di Indonesia, perbandingan antara yang tinggal di perdesaan dan perkotaan cukup meyakinkan bahwa pengurasan backwash telah terjadi. Perkembangan persentase penduduk yang tinggal di perdesaan dari tahun 1971 sampai dengan 2004 terus mengalami penurunan. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di perkotaan terus meningkat dengan laju lebih cepat. Rata-rata laju pertumbuhan persentase penduduk di perkotaan kurang lebih 3 per tahun, kecuali pada periode terakhir, yaitu antara 2000-

2004. Secara grafis hal ini disampaikan pada Gambar 2.1.

Dengan kecenderungan seperti itu, maka diperkirakan tahun 2005 jumlah penduduk perkotaan akan mencapai 100 juta jiwa yang berarti hampir setengah jumlah penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan. UN-HDR 2004 memperkirakan tahun 2015- sepuluh tahun dari sekarang- jumlah ini akan mencapai 57.8 dari total penduduk Indonesia. 9 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Persentase 1971 1985 1990 2000 2004 Tahun Perkotaan Perdesaan -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 Laju pe rubahan 1971-1985 1985-1990 1990-2000 2000-2004 Periode Perkotaan Perdesaan Gambar 2.1 . Persen Penduduk Tinggal di Perdesaan dan Perkotaan serta Laju Perubahannya pada Beberapa Titik Tahun dan Perubahannya Sumber : P4W-IPB, 2005 Kesenjangan jumlah penduduk yang tinggal di perdesaan dan perkotaan pada lingkup regional terlihat mencolok di kawasan timur Indonesia dimana jumlah perbandingan penduduk adalah 29,53 di daerah perkotaan dibanding 70,47 di perdesaan, berbeda dengan KBI dimana perbandingannya tidak terlalu jauh yakni 45,29 di daerah perkotaan dan 45,29 di perdesaan. 10 Tabel 2.2. Persentase Penduduk di Perkotaan dan Perdesaan MenurutPropinsi, Tahun 1990, 1995, 2000, 2003 Propinsi 1990 1995 2000 2003 K D K D K D K D 1. NAD 16,3 83,7 20,5 79,5 NA NA 26,0 74,0 2. Sumut 36,4 63,6 41,1 58,9 42,6 57,4 43,2 56,8 3. Sumbar 22,8 77,2 25,1 74,9 27,6 72,4 29,4 70,6 4. Riau 32,2 67,8 34,4 65,6 42,3 57,7 43,0 57,0 5. Jambi 21,9 78,1 27,2 72,8 28,1 71,9 28,3 71,7 6. Sumsel 30,5 69,5 30,3 69,7 35,2 64,8 33,7 66,3 7. Bengkulu 19,7 80,3 25,7 74,3 28,2 71,8 27,9 72,1 8. Lampung 13,0 87,0 15,7 84,3 20,7 79,3 21,5 78,5 9. BangkaBelitung - - - - - - 42,4 57,6 Sumatera 26,5 73,5 29,4 70,6 34,3 65,7 34,0 66,0 10. DKI 95,9 4,1 120,6 - 100,0 - 100,0 0,0 11. Jabar 33,5 66,5 42,7 57,3 50,2 49,8 50,6 49,4 12. Jateng 28,9 71,1 31,9 68,1 39,3 60,7 40,0 60,0 13. DIY 43,8 56,2 58,1 41,9 57,2 42,8 57,5 42,5 14. Jatim 27,9 72,1 32,1 67,9 40,5 59,5 40,6 59,4 15. Banten - - - - - - 52,2 47,8 Jawa 35,7 64,3 41,7 58,3 48,3 51,7 48,7 51,3 16. Bali 25,7 74,3 34,3 65,7 46,9 53,1 50,0 50,0 Jawa dan Bali 17. Kalbar 20,8 79,2 21,7 78,3 26,5 73,5 26,6 73,4 18. Kalteng 18,0 82,0 22,3 77,7 27,7 72,3 27,9 72,1 19. Kalsel 27,7 72,3 30,0 70,0 35,1 64,9 36,6 63,4 20. Kaltim 47,5 52,5 50,2 49,8 56,9 43,1 55,1 44,9 Kalimantan 27,6 72,4 35,8 64,2 36,1 63,9 21. Sulut 23,6 76,4 26,3 73,7 33,1 66,9 37,1 62,9 22. Sulteng 16,7 83,3 21,9 78,1 20,2 79,8 20,3 79,7 23. Sulsel 25,1 74,9 28,3 71,7 29,2 70,8 29,5 70,5 24. Sultra 17,8 82,2 22,4 77,6 21,0 79,0 21,3 78,7 25. Gorontalo - - - - - - 25,3 74,7 Sulawesi 22,9 77,1 26,3 73,7 27,7 72,3 28,0 72,0 26. NTB 17,5 82,5 18,8 81,2 34,4 65,6 35,0 65,0 27. NTT 11,9 88,1 13,9 86,1 15,5 84,5 16,0 84,0 28. Maluku 20,5 79,5 24,6 75,4 NA NA 27,5 72,5 29. Maluku Utara - - - - - - 24,1 75,9 30. Papua 23,4 76,6 25,8 74,2 26,5 73,5 23,8 76,2 Lainnya 21,9 78,1 25,1 74,9 26,5 73,5 24,9 75,1 KBI 33,3 66,7 38,4 61,6 44,9 55,1 45,0 55,0 KTI 22,1 77,9 25,0 75,0 29,5 70,5 29,5 70,5 I NDONESIA 32,0 68,0 36,8 63,2 42,9 57,1 42,8 57,2 K ETERANGAN : K = P ERKOTAAN ; D = P ERDESAAN Sumber: BPS dan P4W-IPB, 2005 11 Gambar 2.2 Persentase Penduduk di Perkotaan dan Perdesaan Menurut Propinsi Tahun 1990, 1995, 2000, 2003 Sumber : P4W-IPB, 2005 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 1990 1995 2000 2003 Tahun P e rsen ta s e Jawa Bali Perkotaan Indonesia Perkotaan Indonesia Perdesaan Gambar 2.3. Persentase Jumlah Penduduk Perkotaan di Jawa-Bali dan Indonesia dan Perdesaan di Indonesia Tahun 1990, 1995, 2000, 2003 Sumber : P4W-IPB, 2005 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sumatera Jaw a dan Bali Kalimantan Sulaw esi Lainnya Indonesia P er s ent as e Perkotaan 1990 Perdesaan 1990 Perkotaan 1995 Perdesaan 1995 Perkotaan 2000 Perdesaan 2000 Perkotaan 2003 Perdesaan 2003 12 Pengurasan sumberdaya manusia dari perdesaan ke perkotaan menimbulkan permasalahan baik bagi perdesaan maupun bagi perkotaan. Bagi perdesaan, proses penyedotan SDM berkualitas ke perkotaan mengurangi peluang perkembangan lebih baik dari perdesaan itu sendiri. Peluang munculnya inovasi-inovasi bagi peningkatan kualitas kehidupan di perdesaan berkurang. Sementara itu, bagi perkotaan proses perpindahan SDM perdesaan ke perkotaan menimbulkan permasalahan baru terkait dengan daya dukung carrying capacity perkotaan yang terbatas. Muncul permasalahan pengangguran akibat kecepatan pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari kecepatan pertumbuhan peluang kerja. Turunan dari permasalahan pengangguran adalah munculnya daerah kumuh di perkotaan. Permasalahan ini sudah disadari sejak lama, namun sulit untuk mencari solusi tepat yang dapat menyelesaikan masalah dan rentetan berikutnya.

2.3. Gambaran Tingkat Kesejahteraan Penduduk Perdesaan