34
3.3. Pendekatan Pentipologian Deduktif
Pertumbuhan ekonomi yang pesat tanpa dibarengi dengan pemerataan pada akhirnya akan menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan. Hal ini terbukti pada daerah-
daerah dengan industri berkembang telah menunjukkan kemajuan ekonomi masyarakatnya sementara di daerah-daerah perbatasan dimana industri relatif belum berkembang
masyarakatnya masih jauh tertinggal dan menimbulkan kesenjangan sosial serta kemiskinan strauktural yang makin tinggi antar daerah.
Masalah kemiskinan di suatu daerah apabila tidak segera diatasi akan menimbulkan kerusakan lingkungan dan disintegrasi sosial, seiring dengan bertambahnya penduduk yang
makin menekan kapasitas daya dukung sumberdaya alam yang ada. Hal ini juga terjadi di daerah-daerah perbatasan yang memiliki potensi sumberdaya alam yang relatif melimpah
ternyata belum berhasil mensejahterakan masyarakatnya. Ketidakseimbangan antara eksploitasi sumberdaya alam dan pembagian manfaat pembangunan bagi masyarakat suatu
daerah cenderung akan menimbulkan krisis ekonomi maupun krisis sosial budaya. Dalam konteks seperti itulah maka dibutuhkan suatu pengelolaan dan
pengorganisasian masyarakat yang mampu membawa pembangunan ke arah yang lebih berkelanjutan bagi lingkungannya alam maupun manusia, dengan menciptakan
kelembagaan-kelembagaan, teknologi dan perkembangan ekonomi lokal dengan berbasiskan pada kearifan lokal yang dimiliki masyarakat.
Oleh sebab itu, seiring bergulirnya otonomi daerah, maka diperlukan suatu upaya untuk mendorong daerah-daerah perbatasan agar mampu menjadi pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi dan mengembangkan masyarakatnya agar lebih berdaya. Pentipologian perdesaan di daerah perbatasan kemudian menjadi penting agar pemerintah daerah setempat dapat
menentukan kebijakan yang akan dikembangkan berdasarkan potensi yang dimiliki masing-masing daerah.
Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat potensi yang dimiliki oleh daerah-daerah perbatasan kemudian dengan menggunakan analisa tipologi perdesaan
dapat menentukan tipe pengembangan yang dapat dilakukan untuk setiap desa di daerah perbatasan. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi tipe pengembangan suatu wilayah
perdesaan khususnya dalam kerangka keberdayaan masyarakatnya, yaitu berdasarkan data PODES tahun 2005:
35
1 Faktor demografi, mencakup: jumlah penduduk, jumlah penduduk laki-laki, jumlah penduduk perempuan, rasio jenis kelamin, jumlah keluarga, ukuran keluarga, kepadatan
penduduk geografis, kepadatan penduduk agraris, persentase jumlah penduduk yang meninggal akibat penyakit muntaber ISPA malaria selama setahun terakhir, dan
jumlah buruh tani. 2 Faktor ekonomi, mencakup: potensi ekonomi desakelurahan yang menonjol dan yang
sudah diberdayakan, persentase keluarga pertanian, sumber utama penghasilan penduduk, sumber penghasilan utama pertanian, pemanfaatan hasil tanaman pangan
atau perkebunan, produk unggulan, rata-rata pemilikan lahan pertanian sawah, rata-rata pemilikan lahan non pertanian sawah, pola penggunaan lahan pertanian sawah, pola
penggunaan lahan non pertanian sawah, pola penggunaan lahan non pertanian, luas lahan pertanian yang tidak diusahakan, kawasan sentra industri lingkungan atau
perkampungan industri kecil, jumlah industri sedang, kecil dan rumahtangga, fasilitas perdagangan, lembaga keuangan formal.
3 Faktor sosialbudaya, mencakup: persentase jumlah keluarga pra KS dan KS I, persentase jumlah keluarga tidak menggunakan listrik PLN dan listrik non PLN,
persentase jumlah keluarga di pemukiman kumuh, persentase jumlah keluarga yang menerima kartu sehatkartu peserta program jaminan kesehatan, pendidikan tertinggi
ditamatkan kepala desa, keberadaan kelembagaan komunitas, kasusmasalah lingkungan sosial yang terjadi setahun terakhir.
4 Faktor sumberdaya alam dan infrastruktur, mencakup: kasusmasalah lingkungan buatan yang terjadi setahun terakhir, kasusmasalah lingkungan alam yang terjadi 3
tahun terakhir, bahan bakar yang digunakan sebagian besar keluarga untuk memasak, tempat buang air besar sebagian besar keluarga, jenis permukaan jalan terluas, alat
transportasi utama. Selain berdasarkan data sekunder yang bersumber dari PODES tahun 2005, maka
pentipologian perdesaan perlu dilakukan juga dengan menggali aspirasi dari stakeholders terkait di tingkat kabupaten maupun desa tentang pentipologian perdesaan dan prioritas
pengembangan di daerah perbatasan. Beragam aspek yang dikaji mencakup: pendataan kependudukan, pentipologian perdesaan, kriteria tata pamong desa, karakteristik dukungan
36
komunitas, tingkat kemiskinan komunitas desa, dan intervensi pihak-pihak luar desa program-program pembangunan.
3.4. Teknik Analisis Pentipologian Induktif