5.1.2 Hubungan antara Kondisi Selokan dengan Kejadian Leptospirosis
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi selokan dengan kejadian leptospirosis di Kecamatan Candisari Kota Semarang.
Hasil uji chi square diperoleh nilai p 0,001 α 0,05. Dengan nilai OR sebesar
5,290 dan 95CI=1,851-15,116 maka dapat diketahui bahwa responden dengan kondisi selokan tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 5,290 kali lebih besar
menderita Leptospirosis daripada responden dengan kondisi selokan memenuhi syarat. Karena nilai OR1 dan 95CI tidak mencakup angka 1, maka dapat
dikatakan bahwa kondisi selokan merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit Leptospirosis.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden kasus dengan kondisi selokan yang tidak memenuhi syarat yaitu 23
orang atau 69,7 dan yang memenuhi syarat sebanyak 10 orang atau 30,3 karena pada sebagaian besar responden kasus memiliki kondisi selokan yang
terbuka dan tersumbat saat musim hujan. Sebaliknya pada responden kontrol, dimana kondisi selokan yang memenuhi syarat lebih banyak daripada kondisi
selokan yang tidak memenuhi syarat. Hasil penelitian ini sesuai dengan Dinkes Prop Jateng 2005 yang menyatakan bahwa saluran pembuangan airgot yang
lancar akan menghambat perkembangan leptospira untuk dapat berkembang secara baik, leptospira membutuhkan lingkungan optimal yaitu temperatur yang
hangat, lembab, dengan pH air yang netral Hal ini dapat menggambarkan bahwa keadaan kasus dan kontrol memiliki
perbedaan dan perbandingan yang cukup jelas. Dimana pada kasus, yang memiliki kondisi selokan tidak memenuhi syarat jauh lebih banyak bila dibandingkan
dengan yang memenuhi syarat, dan sebaliknya dengan kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi selokan pada kontrol lebih terawat bila dibandingkan dengan kondisi selokan pada kasus sehingga kondisi selokan pada kontrol lebih
banyak yang memenuhi syarat, kondisi selokan pada kontrol banyak yang sudah tertutup, tidak meluap saat hujan dan jarang tersumbat. Namun hal sebaliknya
terjadi pada kasus. Dan sesuai dengan yang telah dikatakan sebelumnya bahwa kondisi selokan yang lancar akan menghambat perkembangan leptospira untuk
dapat berkembang secara baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Siti Maesharokh 2011 yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara kondisi selokan dengan kejadian leptospirosis di Kota Semarang. Selain itu penelitian dari Mari Okatini 2007 juga menyatakan bahwa
ada hubungan antara kodisi selokan dengan kejadian leptospirosis di Jakarta. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi selokan yang masih tidak tertutup
dan tersumbat hingga meluap saat hujan dapat menjadi faktor risiko leptospirosis.
5.1.3 Hubungan antara Intensitas Cahaya dengan Kejadian Leptospirosis