Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Leptospirosis

gelombang-gelombang elektromagnetik dan karena itu cahaya mempunyai energi Soekidjo Notoatmodjo, 2007:170-171. Secara umum pengukuran pencahayaan terhadap sinar matahari adalah menggunakan luxmeter, yang diukur pada pukul 09.00-15.00 WIB dan membagi beberapa titik pengukuran dengan jarak antara titik sekitar 1 meter, dilakukan dengan tinggi luxmeter kurang lebih 85 cm diatas lantai dan posisi photo cell menghadap sumber cahaya, dengan ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan bila 60 lux. Menurut WHO, kebutuhan standar cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk berbagai keperluan khusus untuk pencahayaan dalam rumah adalah 60-120 lux Dinkes Prov Jateng, 2005.

2.3 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Leptospirosis

2.3.1 Umur Kejadian suatu penyakit sering terkait pada umur. Berdasarkan data prevalensi dan data umur pada saat timbulnya penyakit mungkin tidak menggambarkan risiko spesifik umur. Leptospirosis diketahui terjadi pada semua umur berkisar antara balita sampai lansia 1 tahun sampai lebih dari 65 tahun. Namun yang terbanyak adalah pada umur muda dan produktif. Menurut rekapitulasi bulanan data kesakitan tingkat puskesmas se-Kota Semarang tahun 2010, penderita leptospirosis berumur 1–4 tahun sebanyak 3 penderita, umur 5–14 tahun sebanyak 8 penderita, umur 15–44 tahun sebanyak 22 penderita, umur 45– 54 tahun sebanyak 2 penderita, umur 55–64 tahun sebanyak 3 penderita dan yang berumur ≥ 65 tahun sebanyak 2 penderita. Dan penderita leptospirosis terbanyak pada umur 15-44 tahun dengan penderita sebanyak 22 penderita Depkes RI, 2006:8, Dinkes Kota Semarang, 2010. 2.3.2 Status Gizi Daya tahan tubuh bagi penderita leptospirosis dapat didukung oleh status gizi yang baik. Hal ini disebabkan karena status gizi yang baik adalah parameter yang baik untuk mendeteksi bahwa proses metabolisme gizi dalam keadaan normal. Metabolisme gizi yang normal adalah syarat terpenuhinya berbagai kebutuhan fisiologis tubuh untuk bertahan hidup survival, termasuk kemampuan imunologi tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi. Status gizi bagi pasien leptospirosis memiliki pengaruh nyata terhadap daya tahan tubuhnya. Hal ini disebabkan status gizi yang baik adalah proteksi yang baik untuk melawan virus patogen dalam tubuh. Sistem imunologi yang didukung sepenuhnya oleh protein tubuh, akan memberikan pertahanan maksimal dan mengurangi efek kerusakan jaringan akibat infeksi virus dan bakteri oleh tubuh. Interaksi antara infeksi termasuk penyakit leptospirosis dan gizi didalam tubuh seseorang dikemukakan sebagai suatu peristiwa sinergik, selama terjadinya infeksi status gizi akan menurun dan dengan menurunnya status gizi orang tersebut menjadi kurang resisten terhadap infeksi. Respons imun menjadi kurang efektif dan kuat ketika seseorang mengalami gizi kurang. 2.3.3 Status Ekonomi Faktor yang turut menjadi risiko terjadinya leptospirosis adalah tingkat ekonomi, yang dapat digambarkan dengan besarnya penghasilan. Besarnya penghasilan seseorang turut mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan makanan dan kesehatan. Jika kebutuhan akan makanan sehat tidak terpenuhi maka dapat melemahkan daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang suatu penyakit Indan Entjang, 2000:24. Derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas. Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu, yang terdaftar dan memiliki kartu sehingga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

2.4 PHBS Tatanan Rumah Tangga