Validasi peta rawan bencana dengan menggunakan data hotspot Diagram alir penelitian

sehingga akan didapatkan 12 peta kerawanan kebakaran hutan yaitu Januari s.d. Desember untuk 3 tahun data.

3.3.4. Validasi peta rawan bencana dengan menggunakan data hotspot

Peta wilayah rawan kebakaran hutan yang diperoleh akan divalidasi dengan menggunakan data titik panas hotspot satelit MODIS yang diperoleh dari BMKG. Teknik validasi dilakukan dengan metode overlay dengan menggunakan Arc-GIS. Ketika terjadi kesesuaian antara lokasi hotspot dengan daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi KBDI = 1500 maka dapat dikatakan bahwa peta kerawanan kebakaran tersebut telah tepat. Universitas Sumatera Utara

3.3.5. Diagram alir penelitian

ANALISA KORELASI MODEL REGRESI CURAH HUJAN ESTIMASI METODE MOCK 1973 SUHU MAXIMUM ESTIMASI PERHITUNGAN KBDI ARC GIS VER. 10 PETA RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TERVALIDASI PETA RAWAN KEBAKARAN HUTAN TITIK PANAS HOTSPOT VALIDASI FILTERING SUHU UDARA MAXIMUM CURAH HUJAN OBS CURAH HUJAN TRMM FILTERING KESIMPULAN SARAN Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.

Hasil Penelitian 4.1.1. Filtering data curah hujan observasi dan satelit TRMM Berdasarkan faktor kontinuitas dan kualitas data, dalam penelitian ini dipergunakan data curah hujan dari 4 stasiun BMKG dengan periode data yaitu dari tanggal 01 Januari 2010 s.d. 31 Desember 2012. Alasan pertama pemilihan stasiun BMKG yang terutama didasarkan pada posisi stasiun tersebut dan kontinuitas data yang ada. Empat stasiun yang dipilih telah mewakili 3 jenis wilayah di provinsi Sumatera Utara yaitu Stasiun Meteorologi Polonia mewakili wilayah pantai Timur, Stasiun Geofisika Tuntungan dan Parapat mewakili wilayah pegunungan, dan Stasiun Geofisika Gunung Sitoli mewakili wilayah pantai Barat. Penyebab kedua pemilihan stasiun-stasiun tersebut adalah mengingat bahwa resolusi spasial curah hujan satelit TRMM yaitu sekitar 27 km, sedangkan jarak antar stasiun BMKG biasanya masih berkisar antara 7-15 km. Oleh karena itu, telah dipilih satu stasiun BMKG yang dapat mewakili tiap grid sesuai dengan pembagian wilayah Propinsi Sumatra Utara Pantai Timur, Pantai Barat dan wilayah Pegunungan. Pada data curah hujan dari satelit TRMM dan observasi, telah dilakukan proses filtering data dengan metode Grub’s test. Pertama-tama, Metode Grub’s test diterapkan untuk data harian per bulan per tahun dengan confidence level 90 dimana batas Z= 1.46. Ketika sebuah data memiliki nilai Z dari 1.46 maka data tersebut diindikasikan sebagai Outlier dan dihilangkan dari data yang ada. Universitas Sumatera Utara Kemudian data harian yang telah difiltering per bulan per tahun per stasiun tersebut digabungkan per bulannya sehingga didapatkan data per bulan per 3 tahun tahun 2010 s.d. 2012 untuk masing-masing stasiun. Berikut ini adalah presentase data curah hujan observasi dan satelit TRMM yang dideteksi sebagai outlier dan kemudian dihapus untuk setiap stasiun per bulan dalam periode tahun 2010 s.d. 2012. Proses filtering data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.1. Presentase data curah hujan observasi setelah dilakukan filtering Stasiun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Polonia 90.3 93.8 92.0 95.8 93.5 92.5 91.9 94.3 97.5 93.5 91.7 95.9 Tuntungan 91.1 92.9 92.7 93.3 91.1 93.3 91.9 95.9 0.92 88.7 93.3 93.5 Parapat 95.9 94.7 96.8 95.0 93.5 95.8 95.2 93.5 95.0 94.3 94.2 90.3 Gunung Sitoli 91.1 92.0 91.1 93.3 92.7 95.0 93.5 91.9 95.0 92.7 89.2 90.3 Tabel 4.2. Presentase data curah hujan TRMM setelah dilakukan filtering Stasiun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Polonia 88.7 95.6 84.7 85.1 83.9 93.3 87.9 93.5 93.3 86.3 89.2 83.1 Tuntungan 90.3 93.8 88.7 94.2 86.3 90.8 83.9 83.1 0.80 76.6 7.75 93.5 Parapat 90.3 94.7 90.3 77.5 81.4 89.2 92.7 95.1 92.5 85.5 92.5 90.3 Gunung Sitoli 91.1 91.1 77.4 86.7 86.3 86.7 90.3 78.2 86.7 91.9 99.2 90.3 Universitas Sumatera Utara 4.1.2. Korelasi antara data curah hujan harian TRMM dengan data hujan harian dari stasiun penakar hujan Setelah melalui proses filtering data, maka dilakukan korelasi dengan menggunakan regresi linear. Derajat korelasi antara variabel bebas curah hujan harian satelit TRMM dan variabel tidak bebas curah hujan harian observasi dipresentasikan oleh koefisien korelasi r dari model regressi StatSoft, 2012, Steel and Torrie, 1960. Gambar 4.1. Grafik perbandingan nilai koefisien korelasi r Berdasarkan model regressi Berdasarkan grafik perbandingan nilai koefisien korelasi r dari model regressi, dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi antara curah hujan harian dari stasiun observasi dan satelit TRMM bervariasi setiap bulannya. Korelasi tertinggi dicapai oleh Stasiun Geofisika Tuntungan dengan nilai korelasi 0.79 pada bulan Agustus. Korelasi terendah terlihat pada Stasiun Geofisika Parapat dengan nilai korelasi 0.24 Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari. Secara umum, nilai korelasi akan meningkat pada bulan Maret s.d. Mei dan Agustus s.d. Desember r 0.5. Rata-rata korelasi tertinggi berada di Stasiun Geofisika Tuntungan dan Stasiun Meteorologi Polonia dengan nilai korelasi lebih besar dari 0.50.

4.1.3. Estimasi curah hujan harian berdasarkan data satelit TRMM

Dari hasil korelasi data curah hujan maka diperoleh persamaan linear untuk masing-masing stasiun utama pada bulan tertentunya. Adapun persamaan regressi linear yang diperoleh untuk 4 empat stasiun utama yaitu sebagai berikut : Tabel 4.3. Persamaan Regresi Linear untuk stasiun utama Bulan Stasiun Polonia Tuntungan Parapat Gunung Sitoli Januari y = 0.5337x + 0.9415 y = 0.7782x - 0.0732 y = 0.2439x + 1.1648 y = 0.2612x + 1.0987 Februari y = 0.3817x + 0.3342 y = 0.1416x + 0.243 y = 0.2823x + 0.4408 y = 0.3851x + 1.5985 Maret y = 0.577x + 0.2992 y = 0.9915x + 0.969 y = 0.4654x + 0.2934 y = 0.3515x + 1.9916 April y = 0.6053x + 0.3337 y = 0.6195x + 0.657 y = 0.663x + 0.5023 y = 0.5153x + 0.505 Mei y = 0.6607x + 0.1798 y = 0.7401x + 0.729 y = 0.4423x + 0.5502 y = 0.524x + 1.4637 Juni y = 0.4303x + 0.2256 y = 0.5856x + 1.372 y = 0.3051x + 0.1894 y = 0.4634x + 1.6162 Juli y = 0.4614x + 0.5226 y = 1.0781x - 0.1539 y = 0.6755x - 1.1546 y = 0.5385x + 1.9883 Agustus y = 0.608x + 0.6605 y = 0.8393x - 0.9495 y = 0.4108x - 1.0922 y = 0.4643x + 1.5408 September y = 0.9033x + 0.2659 y = 0.6555x + 1.314 y = 0.3118x + 0.4554 y = 0.6386x + 2.5974 Oktober y = 0.6008x + 0.6015 y = 0.8637x - 0.0888 y = 0.6683x + 0.7454 y = 0.5494x + 0.9157 Nopember y = 0.5351x + 0.9881 y = 0.7111x + 0.384 y = 0.8078x - 0.5211 y = 0.5199x + 1.9707 Desember y = 0.5261x + 0.1647 y = 0.5711x + 0.83 y = 0.5207x + 0.913 y = 0.4474x + 1.8253 Universitas Sumatera Utara Setelah mendapatkan persamaan regressi linear per bulan per stasiun utama, maka persamaan tersebut akan dipergunakan untuk memprediksi curah hujan harian di ketiga belas stasiun tambahan yang telah ditentukan. Adapun hasil estimasi curah hujan satelit TRMM yang diperoleh dibagi dalam 3 wilayah yaitu pantai barat, pantai timur dan pegunungan untuk masing - masing stasiunnya adalah sebagai berikut :. Gambar 4.2. Pola Harian Curah Hujan Estimasi satelit TRMM Periode Tahun 2010 - 2012 untuk wilayah Pantai Barat Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3. Pola Harian Curah Hujan Estimasi satelit TRMM Periode Tahun 2010 - 2012 untuk wilayah Pegunungan Sumatera Utara Gambar 4.4. Pola Harian Curah Hujan Estimasi satelit TRMM Periode Tahun 2010 - 2012 untuk wilayah Pantai Barat Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 4.1.4. Estimasi Suhu Udara Harian Demikian juga untuk suhu udara maximum harian hasil estimasi dengan menggunakan persamaan Mock 1973 dan yang akan digunakan untuk menghitung nilai KBDI, adapun hasl perhitungannya dibagi dalam 3 wilayah yaitu Pantai Timur, Pegunungan, Pantai Barat adalah sebagai berikut : Gambar 4.5. Pola Harian Suhu Udara Estimasi Periode Tahun 2010 - 2012 untuk wilayah Pantai Timur Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6. Pola Harian Suhu Udara Estimasi Periode Tahun 2010 - 2012 untuk wilayah Pegunungan Gambar 4.7. Pola Harian Suhu Udara Estimasi Periode Tahun 2010 - 2012 untuk wilayah Pantai Barat Universitas Sumatera Utara 4.1.5. Pembuatan peta rawan bencana kebakaran hutan dengan KBDI a. Peta Rawan Bencana Kebakaran Hutan bulan Januari Pada bulan Januari tahun 2010 KBDI yang terjadi secara umum berkisar antara sedang hingga tinggi. Pada KBDI tingkat tinggi terjadi di sekitar pantai Barat hingga Selatan dan pantai Timur Sumatera Utara dan Selatan pulau Nias. Sedangkan untuk daerah pegunungan KBDI berada pada tingkat sedang. Gambar 4.8. Peta KBDI Rata-rata Bulan Januari Tahun 2010 berdasarkan Data satelit TRMM Universitas Sumatera Utara Pada umumnya bulan Januari tahun 2011 KBDI berkisar antara rendah hingga tinggi. Dimana KBDI tingkat tinggi terjadi di bagian Selatan Sumatera Utara, sedangkan daerah lereng Barat dan pegunungan berada pada tingkat sedang. Untuk nilai KBDI tingkat rendah terjadi pada daerah pantai Timur, lereng Timur dan sebagian pegunungan. Gambar 4.9. Peta KBDI Rata-rata Bulan Januari Tahun 2011 berdasarkan Data satelit TRMM Universitas Sumatera Utara Pada bulan Januari tahun 2012 indeks KBDI secara umum berada pada tingkat tinggi kecuali sebagian pegunungan dan lereng Timur berada pada tingkat sedang. Sedangkan untuk pulau Nias juga terbagi dua dimana tingkat tingggi di Nias bagian Selatan sedangkan tingkat sedang berada pada daerah Nias bagian Utara. Gambar 4.10. Peta KBDI Rata-rata Bulan Januari Tahun 2012 berdasarkan Data satelit TRMM Universitas Sumatera Utara Dari peta KBDI rata-rata bulan Januari, maka dapat terlihat dimana pada bulan Januari nilai KBDI berkisar dari sedang hingga tinggi. Pada KBDI tinggi terjadi di daerah bagian Selatan Sumatera Utara dan sebagian pantai Barat sedangkan untuk tingkat KBDI sedang terjadi pada daerah lereng Barat, pegunungan, lereng Timur dan pantai Timur Sumatera Utara. Gambar 4.11. Peta KBDI Rata-rata Bulan Januari berdasarkan Data satelit TRMM Universitas Sumatera Utara

b. Peta Rawan Bencana Kebakaran Hutan bulan Pebruari