Titik Panas Hotspot TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

menjalar ke bawah lereng, akan padam jika melalui daerah lembab yang sering mempunyai kadar air yang tinggi Clar dan Chatten, 1954. d. Waktu Terjadinya Kebakaran Hutan Menurut Saharjo 1999, pada pagi hari dengan suhu yang relatif rendah 18 - 22 C, kelembaban relatif tinggi 95-100, maka tingkat kadar air bahan bakar juga akan relatif tinggi 40, sehingga api sukar untuk menjalar bila kebakaran berlangsung. Selain itu pola kebakaran yang terjadi relatif tidak berubah dari bentuk lingkaran ini karena kecepatan angin relatif stabil atau boleh dikatakan tidak terlalu berpengaruh. Sementara itu pada siang hari dengan suhu udara yang relatif tinggi sekitar 35 C, kelembaban relatif 70 – 80 , Kecepatan angin sekitar 60 metermenit, dan tentu saja kadar air bahan bakar yang relatif rendah 30, membuat proses pembakaran relatif cepat dengan berubah-ubah arah, intensitas kebakaran tinggi membuat bentuk kebakaran yang terjadi tidak beraturan. Bagi bahan bakar yang mengandung kadar air cukup tinggi 30, maka relatif memerlukan energi panas yang cukup tinggi guna mencapai temperatur penyalaan.

2.2. Titik Panas Hotspot

Menurut Anderson, et,al. 1999, pada awalnya hotspot diidentikkan dengan titik api, namun dalam kenyataannya tidak semua hotspot mengindikasikan adanya titik api. Istilah hotspot lebih tepat bila bersinonimkan dengan titik panas. Sebuah titik panas merupakan satu pixel pada potret satelit adalah suatu areal 1.1 km 2 , dimana tinggi temperatur permukaannya mengindikasikan adanya kebakaran. Panas Universitas Sumatera Utara permukaan tersebut diukur oleh satelit NOAA yang dilengkapi oleh sensor-sensor radiometer mutakhir berresolusi sangat tinggi Fire Fight South East Asia, 2002. Hotspot adalah titik panas yang diindikasikan sebagai lokasi kebakaran hutan dan lahan. Parameter ini sudah digunakan secara meluas di berbagai negara untuk memantau kebakaran hutan dan lahan dari satelit. Cara diteksi terjadinya kebakaran hutan dan lahan adalah dengan pengamatan titik panas hotspot. Titik panas hotspot dapat diditeksi dengan satelit National Oceanic and Atmospheric Administration NOAA yang dilengkapi sensor Advenced Very Hight Resulation Radiometer AVHRR. Dalam menditeksi kebakaran hutan, satelit NOAA tidak menditeksi kebakaran suhu secara langsung namun yang diditeksi adalah hotspot. Titik panas hotspot dapat dideteksi dengan satelit NOAA yang dilengkapi sensor AVHRR yang bekerja berdasarkan pancaran energi thermal dari objek yang diamati dari suatu areal yang bersuhu ≥ 42 C. Satelit ini sering digunakan untuk pendeteksian wilayah tersebut karena salah satu sensornya yang dapat membedakan suhu permukaan di darat atau laut. Kelebihan lain adalah seringnya satelit-satelit tersebut mengunjungi tempat yang sama dua kali sehari siang dan malam, keuntungan lainnya adalah harga yang murah. Sebuah titik panas hotspot dapat mencerminkan sebuah areal yang mungkin terbakar sebagian atau seluruhnya karena itu tidak menunjukkan secara pasti seberapa besar areal yang terbakar. Jumlah titik panas hotspot dapat sangat bervariasi dari suatu pengukuran selanjutnya tergantung dari waktu pengukuran pada hari itu aktivitas api berkurang pada malam Universitas Sumatera Utara hari dan paling tinggi pada sore hari, cuaca sensor yang digunakan tidak dapat menembus awan dan asap dan organisasi apa yang memberikan data tersebut tidak terdapat standar ambang batas temperatur atau suhu untuk mengidentifikasikan titik panas Fire FightSouth East Asia, 2002. Titik panas hotspot hanya memberikan sedikit informasi apabila tidak didukung oleh analisa dan interpretasi lanjutan. Kelompok titik panas hotspot dan atau titik panas hotspot yang berjumlah besar dan berlangsung secara terus menerus adalah indikator yang baik untuk kebakaran titik api. Data titik panas hotspot bermanfaat apabila dikombinasikan dengan informasi-informasi seperti mengenai penggunaan lahan, penutupan tanaman, habitat binatang atau peta-peta lainnya. Kesalahan bias atau geografi dari sebuah titik panas hotspot dapat sampai sejauh 3 km Fire Fight South East Asia, 2002. Areal-areal Hotspot meliputi sebagai berikut Heryalianto, 2006 : a. Areal dengan deforestasi yang baru terjadi atau tengah terjadi sekarang menghubungkan kombinasi kecepatan atau intensitas yang berbeda dari perubahan penutupan hutan tinggi, sedang dan rendah dan keadaan penutupan hutan yang berbeda rapat, terpecah-pecah dan kerapatan rendah. b. Areal-areal yang memiliki resiko perubahan penutupan lahan yang tinggi.

2.3. Keetch and Byram Drought Index KBDI