Perumusan Strategi Pengembangan Perikanan Pantai

262

8.1.2 Perumusan Strategi Pengembangan Perikanan Pantai

Perumusan strategi untuk pengembangan perikanan pantai dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT dan balanced scorecard. Analisis SWOT dilakukan dengan membandingkan antara faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan, dengan faktor-faktor eksternal peluang dan ancaman. Kajian internal dan eksternal dilakukan berdasarkan pembahasan pada Bab terdahulu, yaitu kondisi sistem perikanan Bab 5 dan model pengembangan perikanan pantai Bab 7.4. Evaluasi faktor internal, eksternal, serta perumusan strategi pengembangan perikanan pantai dapat dilihat pada Lampiran 49. 1 Evaluasi faktor internal pengembangan perikanan pantai 1 Faktor-Faktor kekuatan sistem pengembangan perikanan pantai a Ketentuan internasional tentang hak pengelolaan sumberdaya di perairan ZEE yaitu UNCLOS 1982, Indonesia sudah meratifikasi ketentuan tersebut melalui UU 171985 lihat Bab 5.3.1 K1. b Undang-Undang terkait dengan perikanan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan Indonesia sudah dibuat lihat Bab 5.3.1 K2. c Aturan kewenangan daerah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan telah ada, yaitu UU 322004 dan PP 382007 lihat Bab 5.3.1 K3 d Kegiatan usaha perikanan pantai telah berkembang di Indonesia lihat Bab 5.1.2 sampai dengan Bab 5.1.7 K4. e Sumberdaya manusia ahli perikanan telah banyak dihasilkan K5. f Prasarana dan sarana pelabuhan perikanan telah banyak dibangun, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah lihat Bab 5.2 K6. 2 Faktor-Faktor kelemahan sistem pengembangan perikanan pantai a Biaya operasional usaha perikanan pantai tinggi lihat Bab 7.4.1 L1. b Usaha perikanan pada umumnya berskala kecil, dengan teknologi yang masih rendah lihat Bab 5.1.2 sampai dengan Bab 5.1.7 L2. c Sumberdaya nelayan sebagian besar masih berkualitas rendah lihat Bab 5.1.2 sampai dengan Bab 5.1.7 dan Bab 7.4 L3. d Akses permodalan rendah lihat Bab 7.4.1 L4. e Pelabuhan perikanan belum berfungsi optimal lihat Bab 7.4.1 L5. 263 f SDM pengelola pelabuhan perikanan PPPPPI masih lemah L6. g Kebijakan dan kelembagaan pemerintah belum banyak mendukung bagi pengembangan perikanan pantai lihat Bab 7.4.1 L7. 2 Evaluasi faktor eksternal pengembangan perikanan pantai 1 Faktor-Faktor peluang pengembangan perikanan pantai a Potensi sumberdaya ikan di Perairan Selatan Jawa belum dimanfaatkan optimal P1. b Potensi jumlah penduduk yang besar sebagai peluang pasar produk perikanan P2. c Potensi pasar beberapa jenis ikan komoditi ekspor masih terbuka P3. d Menghasilkan pendapatan bagi daerah PAD P4. e Peluang kesempatan kerja di bidang perikanan P5. f Peluang berkembangnya industri hulu dan hilir P6. 2 Faktor-Faktor ancaman sistem pengembangan perikanan pantai a Hambatan perdagangan ekspor perikanan tinggi, khususnya hambatan teknis technical barrier terkait penerapan standar kualitas produk A1. b Diterapkannya perdagangan bebas, menjadikan persaingan usaha akan semakin tinggi A2. c Ancaman embargo ekspor produk perikanan Indonesia A3. d Substitusi terhadap produk perikanan untuk konsumsi tinggi A4. e Koordinasi antar sektor pembangunan masih lemah A5. f Perbedaan kepentingan pengelolaan perikanan antar daerah provinsi dan atau kabupatenkota A6. 3 Strategi pengembangan perikanan pantai Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal, maka dapat dirumuskan strategi kebijakan pengembangan perikanan pantai sebagai berikut: 1 Membangun sistem usaha perikanan pantai dalam dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dan pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk dan ekspor K1, K2, K3, K4, K5, K6, P1, P2, P3. 264 2 Meningkatkan teknologi penangkapan dan kualitas SDM dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dan pemenuhan konsumsi penduduk dan ekspor L2, L3, P1, P2, P3. 3 Meningkatkan fungsionalitas pelabuhan melalui peningkatan fasilitas dan pelayanan dalam rangka peningkatan kesempatan kerja, menghasilkan pendapatan bagi daerah dan berkembangnya industri hulu dan hilir L5, L6, P4, P5, P6. 4 Menanamkan kesadaran kepada semua pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan perikanan akan pentingnya menghasilkan produk berkualitas ekspor K5, A1, A2, A3, A4. 5 Mengembangkan diversifikasi produk olahan dalam rangka pengembangan pasar dalam negeri, menutup biaya produksi dan meningkatkan akses nelayan terhadap permodalan L1, L3, L4, A4. 6 Peningkatan koordinasi antar sektor maupun antar daerah untuk dapat melakukan pengelolaan sumberdaya secara bertanggungjawab, melalui peningkatan peran kelembagaan perikanan dan pembuatan kebijakan perikanan yang tepat L7, A5, A6. 4 Indikator strategis pengembangan perikanan pantai Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja strategis pengembangan perikanan pantai, dibedakan menjadi indikator sebab dan indikator akibat Tabel 34. Indikator akibat terdiri atas beberapa indikator yang bersifat komprehensif, untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis jangka panjang pada perikanan pantai. Indikator akibat bermuara pada keberhasilan usaha perikanan pantai, dengan indikator usaha perikanan pantai yang menguntungkan, disertai kemampuannya untuk dapat memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan secara optimal berkelanjutan. Indikator akibat diterjemahkan kedalam indikator operasional jangka pendek, yang merupakan faktor pendorong untuk pencapaian kinerja jangka panjang. Indikator sebab atau faktor pendorong kinerja jangka pendek yang perlu diwujudkan, diantaranya yaitu peningkatan skala usaha, penurunan biaya input produksi, pemahaman tentang pentingnya menjaga kualitas ikan dan lainnya. 226 Tabel 34 Balanced scorecard: sasaran strategis dan indikator untuk pencapaian sasaran strategis pengembangan perikanan pantai Sasaran Strategis Ukuran Strategis Indikator Akibat Indikator Sebab Peningkatan sistem usaha perikanan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan dan pemenuhan konsumsi penduduk Meningkatkan teknologi penangkapan dan kualitas SDM perikanan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan dan pemenuhan konsumsi penduduk Meningkatkan fungsionalitas pelabuhan perikanan melalui peningkatan fasilitas dan pelayanan dalam rangka peningkatan kesempatan kerja, menghasilkan pendapatan bagi daerah dan berkembangnya industri hulu dan hilir Mulai menanamkan kesadaran kepada seluruh pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan perikanan akan pentingnya menghasilkan produk berkualitas tinggi Mengembangkan diversifikasi produk ikan olahan dalam rangka pengembangan pasar dalam negeri, menutup biaya produksi dan meningkatkan akses nelayan terhadap pemodalan Pengelolaan koordinasi antar sektor maupun antar pemerintah daerah untuk dapat melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan secara 2 65 Usaha perikanan tuna menguntungkan Pemanfaatan sumberdaya perikanan optimal Penggunaan teknologi dan penguasaan teknologi penangkapan ikan oleh nelayan baik Pelabuhan perikanan berfungsi dengan baik, aktivitas kegiatan perikanan tinggi Jaminan kualitas produk perikanan meningkat Pendapatan nelayan meningkat dan kemampuan terhadap akses permodalan meningkat Pengelolaan sumberdaya perikanan terintregasi, sehingga mengurangi tekanan terhadap sumberdaya ikan dan meminimalkan biaya pengelolaan Biaya input produksi rendah Konsumsi ikan penduduk meningkat Skala usaha perikanan meningkat Kualitas SDM perikanan meningkat Penyuluhan pemahaman pentingnya menjaga kualitas hasil tangkapan kepada nelayan Diversifikasi produk ikan olahan Usaha perikanan menguntungkan Fasilitas PPPPPI meningkat Kualitas dan kuantitas SDM pelabuhan perikanan PPPPPI meningkat Nelayan dan keluarga terlibat langsung dalam diversifikasi produk Daya saing produk perikanan meningkat Peran kelembagaan meningkat Kerjasama antar daerah meningkat Koordinasi antar sektor meningkat Kebijakanperaturan lebih banyak dibuat untuk mendukung kegiatan usaha 266 5 Pola sentra industri perikanan pantai Berdasarkan perumusan strategi tersebut di atas, maka pengembangan perikanan pantai akan membentuk sentra industri dengan pola Marshalian. Pola industri Marshalian memiliki karakteristik: 1 industri dengan skala ekonomi rendah, 2 kerjasama horizontal yang tinggi, serta 3 kerjasama vertikal dan hubungan eksternal yang sangat rendah. Usaha skala kecil dan menengah tepat diterapkan di semua kabupaten di Selatan Jawa. Potensi sumberdaya ikan yang ada, perlu dimanfaatkan dengan baik sebagai alternatif solusi mengatasi kondisi ekonomi bangsa yang sedang terpuruk saat ini. Pengembangan perikanan pantai di setiap kabupaten, diharapkan dapat menghasilkan produksi ikan dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan penduduk. Disamping itu juga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, meningkatkan pemerataan ekonomi masyarakat khususnya nelayan dengan lebih baik, serta dapat peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal ini seperti dinyatakan Tambunan 2002, usaha skala kecil dan menengah cenderung memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih baik, dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak serta tingkat pemerataan ekonomi yang lebih baik. Usaha perikanan yang dikembangkan hendaknya lebih ditingkatkan dari kondisi saat ini. Penggunaan perahu jukung fiberglass, berukuran 1 GT yang sangat banyak dan dihampir diketemukan di semua tempat-tempat pendaratan ikan, sangat berbahaya bagi keberlanjutan sumberdaya ikan. Hal ini disebabkan operasi terbatas dan terkonsentrasi pada fishing ground di perairan dekat pantai. Usaha perikanan perlu ditingkankan pada skala usaha yang lebih besar, minimal dengan menggunakan kapal motor 5GT. Unit penangkapan bersifat multipurpose, sehingga nelayan dapat mengoptimalkan musim penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang tepat. Kepemilikan kapal dapat dilakukan secara berkelompok 5-7 orang, melalui kelompok usaha bersama KUB. Pemerintah perlu memfasilitasi berkembangnya kegiatan perikanan ini dengan memberikan kebijakan yang tepat. Subsidi harga BBM merupakan salah satu diantaranya. Kebijakan pemberian modal usaha dengan bunga pinjaman lunak, disertai dengan upaya pendampingan usaha. Melalui kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan nelayan dapat mengelola usahanya dengan lebih baik 267

8.2 Strategi Implementasi Model Pengembangan Perikanan