Subsistem Pelabuhan Perikanan: Fungsionalitas dan Aksesibilitas

17 yang minimal antar pembeli dan pemasok di dalam sentra, pengambilan keputusan investasi dilakukan secara eksternal, serta derajat kerjasama dan keterkaitan yang tinggi dengan perusahaan-perusahaan diluar sentra terutama perusahaan induk.

2.3.2 Subsistem Pelabuhan Perikanan: Fungsionalitas dan Aksesibilitas

Terkait dengan lokasi dari sebuah pelabuhan perikanan yang merupakan pusat kegiatan industri perikanan, faktor geo-topografi merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Yani et al. 2004 menyatakan, aspek geo-topografi mempunyai pengaruh yang potensial terhadap kegiatan industri. Pengambilan keputusan penentuan lokasi industri mempunyai kerangka kerja yang prospektif, yaitu pemilihan lokasi strategis atau dengan kata lain lokasi tersebut memiliki pilihan-pilihan menguntungkan dari sejumlah akses. Semakin strategis lokasi industri, semakin besar peluang untuk meraih keuntungan. Selanjutnya dikatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan lokasi industri yang strategis adalah bahan baku, modal, tenaga kerja, sumber energi, transportasi, komunikasi, pasar, teknologi, peraturan, iklim dan ketersediaan sumber air. Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan, karena tidak semua unsur pendukung dapat tersedia di suatu tempat. Lokasi ideal jarang ditemukan, penempatan lokasi industri harus memilih diantara lokasi-lokasi yang paling menguntungkan. Dalam ilmu perencanaan wilayah dan perkotaan, setiap tata guna lahan mempunyai beberapa ciri dan persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam perencanaan dan perancangannya. Daerah pemukiman, industri, pertokoan, fasilitas hiburan, dan fasilitas sosial, semuanya mempunyai beberapa persyaratan teknis dan non teknis yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasinya. Beberapa ciri teknis yang sering dipakai adalah kondisi topografi datar, bukit, pegunungan, kesuburan tanah dan geologi. Akibatnya, lokasi kegiatan tersebar secara heterogen di dalam ruang yang ada yang menyebabkan perlu adanya pergerakan atau transportasi yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan. Transportasi merupakan satu kesatuan antara aspek alam iklim, morfologi, keadaan tanah, dan struktur geologi dan aspek manusianya aktivitas ekonomi, politik, dan teknologi. Alam sangat berpengaruh terhadap keberadaan jaringan transportasi baik darat, laut, maupun udara. Adanya transportasi memungkinkan 18 hubungan antar daerah, antar-hinterland dan foreland, serta menimbulkan dampak terhadap sosial ekonomi penduduk dan penggunaan lahan Tamin 2000. Keberadaan infrastruktur jalan dan sarana transportasi termasuk didalam pengkajian ini. Sebagian besar Wilayah Pantai Selatan Jawa secara geo-topografi berada pada lokasi yang tidak strategis untuk kegiatan industri perikanan. Lokasi yang terisolir, dengan bentuk permukaan bumi yang berbukit-bukit dan berlereng terjal, infrastruktur jalan belum dibangun secara memadai, serta sarana transportasi yang tidak memadai merupakan faktor potensial yang menghambat berkembangnya kegiatan industri perikanan di daerah ini. Biaya transportasi yang tinggi, tidak efisien bagi upaya untuk mendistribusikan ikan ke tempat tujuan pemasaran, dan berpotensi untuk meningkatkan biaya faktor-faktor produksi. Jika dilihat dari aspek geo-topografinya, daerah pusat-pusat kegiatan perikanan yang telah berkembang dengan baik di Selatan Jawa, memiliki aspek- aspek yang positif untuk menunjang pengembangan industri perikanan di daerah tersebut. Cilacap misalnya, kondisi topografinya relatif datar, sarana infrastruktur berupa jalan dan sarana transportasi telah terbangun dengan baik. Hubungan dari Cilacap ke daerah-daerah yang menjadi hinterland-nya yaitu Bandung, Semarang, Jakarta dan kota-kota lainnya untuk memasarkan produksi ikan mudah dilakukan. Aspek geo-topografi terkait juga dengan pemilihan lokasi wilayah daratan yang tepat untuk pembangunan pelabuhan perikanan. Lokasi pelabuhan perikanan mensyaratkan wilayah daratan yang cukup luas, dengan bentuk permukaan yang hampir rata. Areal tanah yang luas diperlukan untuk pembangunan fasilitas, seperti tempat pelelangan ikan, tempat menjemur jaring, tempat pengolahan ikan, bengkel, pabrik es, cold storage, parkir kendaraan, dan sebagainya Murdiyanto 2002. Kondisi permukaan tanah yang rata memungkinkan untuk memudahkan di dalam aliran barang dari satu fasilitas ke fasilitas lainnya di dalam lokasi pelabuhan. Fasilitas-fasilitas tersebut tentunya akan lebih mudah dibangun pada permukaan tanah yang datar, dari pada permukaan tanah yang berbukit-bukit. Pelabuhan perikanan berfungsi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan kerja. Fungsinya meliputi berbagai aspek yaitu sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan 19 kapal perikanan, pusat pemasaran dan distribusi, pusat pembinaan, penyuluhan dan pengumpulan data Penjelasan UU 312004 tentang Perikanan. Kramadibrata 1985 menyatakan, untuk dapat merealisir pembangunan pelabuhan minimal ada 7 data pokok yang dibutuhkan, yaitu: 1 asal, tujuan dan jenis muatan; 2 klimatologi, meliputi angin, pasang surut dan sifat air laut; 3 topografi, geologi dan struktur tanah; 4 rencana pembiayaan, ukuran keberhasilan secara ekonomis dilihat dari segi investasi; 5 pendayagunaan modal ditinjau dari segi operasional, terutama dalam penanganan muatan; 6 kaitan pelabuhan dengan kapal yang menyinggahi dan sarana prasarana angkutan lain, yang mendukung kegiatan pelabuhan dengan daerah pendukungnya; 7 kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lain dalam rangka lalu lintas dan jaringan pendukung perdagangan.

2.3.3 Subsistem Kebijakan dan Kelembagaan Perikanan