Kegiatan Perikanan Provinsi DI Yogyakarta

89 2 Kondisi Sosial dan Ekonomi Luas wilayah Provinsi Yogyakarta 3.185,80 km 2 . Jumlah penduduk pada tahun 2005 sekitar 3.243.277 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.019 jiwa per km². Sebagian besar perekonomian disokong oleh hasil cocok tanam, berdagang, kerajinan perak, kerajinan wayang kulit, dan kerajinan anyaman, serta wisata www.bapeda.pemda-diy.go.id. Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawa. Seni dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Tradisi merupakan hal penting dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Seni dan budaya menjadi suatu bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Yogyakarta.

4.7.2 Kegiatan Perikanan Provinsi DI Yogyakarta

1 Unit penangkapan ikan Kapalperahu yang beroperasi di DI Yogyakarta yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Kapalperahu periode tahun 1994-2004 didominasi oleh perahu motor tempel Lampiran 12a. Jumlah kapalperahu cenderung meningkat, yaitu dari 142 unit tahun 1994 menjadi 527 unit pada tahun 2004. Perahu tanpa motor, menurun dan sejak 1999 sudah tidak ada. Perahu motor tempel meningkat, dari 81 unit tahun 1994 menjadi 515 unit tahun 2004. Kapal motor menurun, yaitu 48 unit tahun 1994 menjadi 12 unit pada tahun 2004. Jumlah alat tangkap periode 1994-2004 berfluktuasi, cenderung meningkat sampai tahun 2001, menurun tahun 2002 dan 2004 Lampiran 12b. Jenis alat tangkap dominan adalah jaring insang dan pancing. Jaring insang periode 1994- 2004 berfluktuasi, meningkat dari 1.557 unit tahun 1994 menjadi 7.536 unit tahun 1997, selanjutnya menurun menjadi 2.694 unit tahun 2004. Jumlah alat tangkap pancing meningkat dari 69 unit tahun 1994, menjadi 472 unit pada tahun 2004. Pukat kantong awalnya banyak dioperasikan yaitu tahun 1994 berjumlah 2.258 unit, namun tidak dioperasikan lagi sejak 1999. Perangkap dioperasikan tahun 1994-1996 sekitar 400 unit, tahun 1997-2000 tidak dioperasikan, tahun 2001-2004 dioperasikan kembali dengan jumlah 932 unit pada tahun 2004. Perahu yang digunakan nelayan bersifat multipurpose. Nelayan dapat mengganti alat tangkapnya, sesuai dengan musim ikan tanpa harus mengganti 90 perahu. Penggunaan alat tangkap sirang, trammel net, dan krendet dioperasikan dengan menggunakan perahu yang sama. 2 Produksi dan nilai produksi Produksi utama dari kelompok pelagis yaitu tuna Thunnus sp., cakalang Katsuwonus pelamis, tongkol Euthynnus sp., kembung Rastrelliger sp dan lemuru Sardinella longiceps. Kelompok demersal, cucut Charcharinus sp., kakap Lates calcarifer, bawal putih Pampus argentus, dan layur Trichiurus spp.. Ikan berkulit keras rajungan Portunus sp.. Tuna dan cakalang ditangkap dengan pancing tonda, merupakan inovasi baru bagi nelayan di PPP Sadeng. Jumlah produksi selama periode 1994-2004 berfluktuasi Lampiran 12c. Produksi berjumlah 1.171 ton pada tahun 1994, meningkat menjadi 1.428 ton pada tahun 2000 atau meningkat sekitar 4 per tahun. Produksi tahun 2001 sedikit menurun, meningkat kembali menjadi 1.444 ton pada tahun 2004. Nilai produksi meningkat searah dengan peningkatan jumlah produksi. Kecenderungan peningkatan nilai produksi lebih tajam dibandingkan dengan jumlah produksi Lampiran 12d, dapat dikatakan terjadi peningkatan harga ikan yang cukup signifikan. Nilai produksi meningkat dari Rp 1.929.685.000,00 tahun 1994, menjadi Rp 14.743.950.000,00 pada tahun 2000, atau rata-rata terjadi peningkatan sebesar 40 per tahun. Nilai produksi menurun menjadi Rp 10.264.660.000,00 pada tahun 2004.

4.8 Kabupaten Gunung Kidul