Analisis untuk Perumusan Kebijakan Strategis Pengembangan

28 5 Aspek teknologi, pemanfatan dan tanggap terhadap dinamika perubahan teknologi yang tercermin pada tata kelembagaan, kerangka kerja dan kapasitas kelembagaannya untuk dapat mengembangkan perikanan secara produktif, efisien, berkualitas dan aman.

2.5.4 Analisis untuk Perumusan Kebijakan Strategis Pengembangan

Perikanan Suatu kebijakan strategis yang efektif dapat dirumuskan secara sistematis dengan membandingkan kondisi internal dan eksternal dari suatu sistem. Kondisi internal mencakup kekuatan strength dan kelemahan weakness, sedangkan kondisi eksternal berupa peluang opportunities dan ancaman threats. Strategi dirumuskan berdasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman SWOT Rangkuti 1998. Proses dalam perumusan strategi mencakup 3 tahap yaitu: 1 Evaluasi faktor internal dan eksternal. 2 Pembuatan matriks internal, eksternal dan matriks SWOT. 3 Pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan untuk memilih alternatif strategi terbaik, dilakukan setelah mengetahui kondisi internal dan eksternal sistem saat ini. Kondisi sistem dapat dikelompokkan dalam 4 kuadran, yaitu seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Perumusan strategi yang tepat dalam berbagai kondisi adalah sebagai berikut: 1 Kuadran 1, merupakan kondisi yang sangat menguntungkan, yaitu sistem memiliki kekuatan dan peluang yang baik. Strategi yang tepat adalah strategi yang mendukung pertumbuhan agresif. 2 Kuadran 2, sistem memiliki kekuatan namun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang tepat adalah strategi diversifikasi, yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. 3 Kuadran 3, sistem memiliki peluang yang baik, namun terkendala kelemahan internal. Strategi yang tepat adalah meminimalkan masalah-masalah internal, sehingga dapat merebut peluang eksternal dengan lebih baik. 4 Kuadran 4, kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Strategi yang tepat adalah strategi defensif, yaitu dengan meminimalkan kerugian-kerugian yang kemungkinan akan timbul. 29 Kuadran 3 Kuadran 1 Kuadran 4 Kuadran 2 Gambar 1 Sistem dalam berbagai kondisi David 2002. Pengukuran kinerja kebijakan strategis dilakukan dengan menggunakan balanced scorecard, yaitu tolok ukur operasional jangka pendek untuk mengukur keberhasilan strategi jangka panjang. Balanced scorecard memandang organisasi dari kurang lebih empat perspektif, yaitu: 1 keuangan, 2 pelanggan, 3 bisnis internal, serta 4 pembelajaran dan pertumbuhan. Pengendalian dilakukan dengan memfokuskan diri pada rasio-rasio kunci yang kritis dan strategis melalui target yang dapat dijangkau stretch target Yuwono et al. 2006 Gambar 2. Gambar 2 Balanced scorecard menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam empat perspektif yang saling berhubungan Yuwono et al. 2006 adaptasi dari Kaplan et al. 1996. Peluang Kelemahan Kekuatan Ancaman 30 Selanjutnya untuk keberhasilan dalam implementasi model pengembangan, dianalisis dengan menggunakan teknik interpretative structural modelling ISM. Interpretative structural modelling ISM adalah suatu permodelan deskriptif yang bernilai efektif bagi proses perencanaan jangka panjang yang bersifat strategis. Perencanaan strategis mencakup suatu totalitas sistem yang tidak dapat dianalisis bagian demi bagian, melainkan harus dipahami secara keseluruhan. Teknik ISM memberikan lingkungan yang sangat sempurna untuk memperkaya dan memperluas pandangan dalam konstruksi sistem yang cukup kompleks. Teknik ISM menganalisis elemen-elemen sistem, dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarki. Data dan informasi yang tersedia dalam perencanaan strategis, biasanya didominasi oleh data dan informasi yang bersifat kualitatif dan normatif, sehingga tidak tepat jika dianalisis dengan menggunakan teknik penelitian operasional atau metode statistik deskriptif Eriyatno 2003; Marimin 2004. Teknik ISM merupakan proses pengkajian kelompok group learning process, dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem. Model dirancang melalui pola yang dirancang secara seksama menggunakan grafik serta kalimat. Teknik ISM dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa tipe struktur, termasuk struktur pengaruh misalnya: dukungan atau pengabaian, struktur prioritas misalnya: “lebih penting dari”, atau “sebaiknya dipelajari terlebih dahulu” dan kategori ide misalnya: “termasuk dalam kategori yang sama dengan”. Metodologi tersebut memberikan lingkungan yang sangat sempurna untuk memperkaya dan memperluas pandangan dalam konstruksi sistem yang cukup kompleks Eriyatno 2003; Marimin 2004. Selanjutnya dinyatakan bahwa, metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi subelemen. Pada tahap pertama diterapkan alat pembangkit generating tool, diantaranya yaitu 1 diskusi ahli, melalui proses musyawarah dan brainstorming oleh para panelis yang terseleksi; 2 expert survey, melalui wawancara secara mendalam dari pakar lintas disiplin; 3 metode DELPHI, melalui pengumpulan informasi terkendali dan 4 media elektronik computerized conferencing, generating graphics atau tele- conference. Tahap kedua adalah pemilihan hubungan-hubungan yang relevan, 31 sehingga elemen-elemen dapat diformasikan. Prinsip dasar teknik ISM adalah identifikasi dari struktur di dalam sebuah sistem, yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Struktur sistem berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang perihal yang dikaji Eriyatno 2003. Aspek yang terkait dalam implementasi model atau program pengembangan dibagi menjadi elemen-elemen, dimana setiap elemen diuraikan menjadi sejumlah subelemen. Menurut Saxena 1992 diacu dalam Eriyatno 2003, aspek yang terkait dalam penerapan program dapat dibagi menjadi sembilan elemen, yaitu: 1 sektor masyarakat yang terpengaruh, 2 kebutuhan dari program, 3 kendala utama program, 4 perubahan yang dimungkinkan, 5 tujuan dari program, 6 tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, 7 aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8 ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan 9 lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Output teknik ISM berupa ranking masing-masing subelemen dan plot subelemen ke dalam empat sektor beserta koordinatnya. Sektor tersebut yaitu: 1 Sektor 1; weak driver-weak dependent variabels autonomus. Subelemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau mempunyai hubungan sedikit. Subelemen pada sektor 1, jika: nilai driver power DP ≤ 0,5X dan nilai dependence D ≤ 0,5X, X adalah jumlah subelemen. 2 Sektor 2; weak driver-strongly dependent variabels dependent. Umumnya subelemen yang masuk dalam sektor ini adalah subelemen yang tidak bebas. Subelemen pada sektor 2, jika: nilai DP ≤ 0,5X dan nilai D 0,5X. 3 Sektor 3; strong driver-strongly dependent variabels linkage. Subelemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antara subelemen tidak stabil. Setiap tindakan pada subelemen akan memberikan dampak terhadap subelemen lainnya dan pengaruh umpan balik dapat memperbesar dampak. Subelemen pada sektor 3, jika: nilai DP 0,5X dan nilai D 0,5X. 4 Sektor 4; strong driver-weak dependent variabels independent. Subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut 32 peubah bebas. Subelemen pada sektor 4, jika: nilai DP 0,5X dan nilai D ≤ 0,5X, X adalah jumlah subelemen.

2.6 Beberapa Penelitian yang Sudah Dilakukan