Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh

IX. STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KAKAO BERKELANJUTAN

Untuk melengkapi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, berikut ini akan disajikan pendapat para pakar perkebunan kakao yang dikombinasikan dengan sintesa hasil penelitian ini dalam rangka memberikan arahan alternatif strategi pembangunan perkebunan kakao berkelanjutan. Pembahasan diawali dengan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis perkebunan kakao, kondisi agribisnis perkebunan kakao saat ini dan kondisi yang diharapkan dapat dicapai di masa yang akan datang, serta beberapa arahan strategi pembangunan perkebunan kakao berkelanjutan di Sulawesi Selatan.

9.1. Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh

Berdasarkan studi literatur, temuan di lapangan yang diperkuat dengan hasil wawancara dengan para petani, diskusi dengan pembina dan tokoh masyarakat serta diskusi dengan para pakar perkebunan kakao telah teridentifikasi 17 faktor penting yang dapat mempengaruhi keberlanjutan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan. Ke-17 faktor yang berpengaruh tersebut terdiri dari 5 faktor yang berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi pengendalian hama PBK yaitu: SL-PHT, keberadaan pembina, tingkat pendapatan petani, kesesuaian teknologi, dan jumlah anggota keluarga serta 12 faktor lain yang berpengaruh terhadap keberlanjutan perkebunan kakao. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Luas kebun kakao petani, yaitu luasan areal perkebunan kakao yang dimiliki individu petani yang dipergunakan dalam menjalankan kegiatan agribisnis kakao. 2. Keterampilan petani, yaitu kemampuan petani secara internal untuk dapat melakukan pengelolaan kebun kakao mulai dari penanaman hingga pasca panen, sehingga dapat menghasilkan biji kakao dengan kualitas sesuai permintaan pasar. 3. Ketersediaan teknologi, yaitu tersedianya teknologi mutakhir budidaya perkebunan kakao dan teknologi untuk mengendalikan serangan hama PBK yang efektif dan efisien secara lokal. 4. Pelatihan, merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah maupun swasta dalam rangka alih teknologi dan penyuluhan kepada petani guna meningkatkan keterampilan petani. 5. Produksi dan produkktivitas; Produksi adalah kemampuan perkebunan kakao petani menghasilkan biji kakao, sedangkan produktivitas adalah kemampuan perkebunan kakao petani menghasilkan biji kakao per hektar kebun kakao. 6. Serangan hama PBK, yaitu intensitas serangan hama PBK terhadap perkebunan kakao petani yang menyebabkan menurunnya produksi maupun produktivitas perkebunan kakao petani. 7. Pendapatan petani adalah hasil perkalian produksi biji kakao dengan harga biji kakao yang diterima petani dan pendapatan merupakan motor penggerak bagi keberlanjutan usaha perkebunan kakao petani. 8. Ketersediaan saprodi, yaitu suatu kondisi dimana berbagai kebutuhan untuk menunjang produksi kebun petani baik berupa bibit, pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian tersedia secara lokal. 9. Ketersediaan kredit, yaitu tersedianya kredit berbunga eendah dan sistem administrasi yang sederhana sehingga dapat membantu petani maupun pengusaha perkebunan kakao dalam mengembangkan usahanya. 10. Biaya tenaga kerja, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mengupah tenaga kerja tambahan yang diperlukan oleh petani untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan di perkebunan kakao petani. 11. Kondisi infrastruktur, yaitu kondisi prasarana jalan, jembatan, pelabuhan dan lain- lain yang mempengaruhi kelancaran aliran produksi kakao maupun sarana produksi yang dibutuhkan petani. 12. Kelembagaan petani, yaitu organisasi dan kelengkapannya yang menjadi tempat para petani melakukan kerjasama, meningkatkan keterampilan dan berbagai kegiatan lainnya, sehingga perkebunan kakao berjalan lancar dan memberikan pendapatan yang optimal. 13. Harga kakao, yaitu harga biji kakao di tingkat petani atau yang diterima petani kakao. 14. Dukungan kebijakan adalah dukungan kebijakan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang melandasi pembangunan perkebunan kakao. Kebijakan ini dapat berupa pemberian insentif kepada petani maupun pengusaha agribisnis kakao, kebijakan pewilayahan komoditas, kebijakan pembentukan lembaga yang dapat menjamin mutu dan harga kakao yang akan diperdagangkan. 15. Tenaga pembina, yaitu petugas dinas perkebunan dan penyuluh lapang yang membantu petani mengatasi berbagai persoalan terkait dengan pengelolaan kebun kakao petani. 16. Pengendalian hama PBK, yaitu tingkat keberhasilan program pengendalian hama PBK yang dijalankan oleh petani atas dukungan berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan dengan keberlanjutan perkebunan kakao petani. 17. Jumlah anggota keluarga petani, yaitu jumlah orang yang menjadi tanggungan petani sebagai kepala keluarga. Hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan perkebunan kakao tersebut selanjutnya dievaluasi dan diberikan nilaiskor hubungan antar faktor oleh para pakar di bidang agribisnis kakao untuk memperoleh atau menemukan faktor strategis yang berpengaruh. Hasil penilaian para pakar disajikan pada Tabel 32. Tabel 32. Skor hasil penilaian para pakar terhadap pengaruh langsung antar faktor yang mempengaruhi sistem agribisnis kakao Dari Ļ Terhadap ĺ Luas Kbn Kakao Ketera mpilan Petani Ketersedia an Tek- nologi Pelati han Petani Produksi Produk- tivitas Seranga n Hama PBK Pendap atan Petani Keterse dian Saprodi Keterse diaan Kredit Biaya Tenaga Kerja Kondisi Infrastruk tur Kelemb agaan Petani Harga Kakao Kebija kan Pemda Tenaga Pembi-na Pengen dalian hama PBK Jlh Anggota Kel. Luas Kebun Kakao 1 - 1 3 2 3 1 3 2 2 1 2 1 2 3 2 Keterampilan Petani 2 - 2 3 - 3 - 2 2 1 - 3 1 - 3 - Ketersediaan Teknologi 3 3 2 3 - 3 1 2 2 1 2 3 2 2 3 - Pelatihan Petani 2 3 - 2 1 2 - - 2 1 2 2 - 3 3 - Produksi Produktivitas 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 - 3 3 2 3 1 Serangan Hama PBK 3 1 - 2 3 3 1 1 2 2 - 3 2 1 3 - Pendapatan Petani 3 2 - 1 2 2 1 3 1 2 1 2 2 1 3 2 Ketersedian Saprodi 2 1 - 2 3 2 3 3 - - 2 2 2 2 2 - Ketersediaan Kredit 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 - Biaya Tenaga Kerja 2 1 - 2 2 1 3 - - 1 2 2 1 - 3 1 Kondisi Infrastruktur 2 2 2 2 1 2 3 3 1 - - 3 1 2 - - Kelembagaan Petani - 2 3 3 2 1 1 2 2 - 1 2 2 1 3 - Harga Kakao 2 - 1 2 3 2 3 1 3 2 2 - 2 1 2 - Kebijakan Pemda 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 2 3 3 3 1 Tenaga Pembina - 2 3 3 2 - 2 1 - 1 2 2 1 - 2 - Pengendalian hama PBK 2 - - 1 3 3 3 - - 1 1 2 3 1 1 - Jlh Anggota Kel. 1 1 - - 1 - 3 - - 1 - 1 - - - 1 Berdasarkan hasil penilaian para pakar terhadap hubungan antar faktor tersebut diperoleh hasil analisis tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem agribisnis kakao petani di Sulawesi Selatan sebagai berikut Gambar 8. Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem Agribisnis Kakao -------- Jlh anggota keluarga Pengendalian hama PBK Ketersediaan Teknologi Keterampilan Petani Produksi dan Prodktvs Pelatihan Petani Luas Kebun Kakao Serangan Hama PBK Pendapatan Petani Ketersedian Saprodi Ketersediaan Kredit Biaya Tenaga Kerja Kondisi Infrastruktur Kelembagaan Petani Harga Kakao Dukungan Kebijakan Tenaga Pembina - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 Ketergantungan P e ng ar uh Gambar 8. Hasil analisis keterkaitan antar faktor yang mempengaruhi agribisnis kakao di Sulawesi Selatan. Pada Gambar 8 tampak ada tujuh faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan perkebunan kakao berkelanjutan di Sulawesi Selatan yaitu: ketersediaan teknologi, keterampilan petani, dukungan kebijakan, luas kebun kakao petani, produksi dan produktivitas, pelatihan petani, dan ketersediaan kredit. Tiga faktor strategis yaitu ketersediaan teknologi, keterampilan petani dan dukungan kebijakan dikategorikan sebagai faktor penentu input dalam sistem agribisnis kakao karena faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap faktor lainnya, tetapi ketergantungannya kepada faktor lain relatif lemah. Sementara itu faktor-faktor luas kebun kakao petani, produksi dan produktivitas, pelatihan petani, dan ketersediaan kredit merupakan faktor penghubung dalam sistem agribisni kakao karena mempunyai pengaruh yang kuat kepada faktor lainnya dan juga mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap faktor lainnya. Di samping itu terdapat tiga faktor terikat output yaitu; harga kakao, pengendalian hama PBK dan pendapatan petani yang akan menjadi sasaran akhir atau produk dari strategi pembangunan perkebunan kakao berkelanjutan. Ketiga faktor tersebut mempunyai karakteristik ketergantungan yang cukup kuat pada faktor lainnya, tetapi mempunyai pengaruh yang relatif lemah terhadap faktor lainnya. Sebagai faktor yang menjadi output atau sasaran dari pembangunan perkebunan kakao berkelanjutan, ketiga faktor tersebut dapat dideskripsikan mulai dari kondisi yang paling pesimis, moderat sampai pada kondisi yang paling optimis. Kondisi pesimistik dari output yang diharapkan dapat terjadi apabila faktor input dan faktor penghubung berada pada kondisi dukungan yang sangat minimal, bahkan dapat dikatakan tidak memberikan dukungan bagi keberlanjutan perkebunan kakao. Sebaliknya kondisi output optimistik dapat dicapai apabila berbagai faktor input dan faktor penghubung berada dalam kondisi optimal guna memberikan dukungan penuh bagi pencapaian sasaran pembangunan perkebunan kakao berkelanjutan di Sulawesi Selatan. Sementara itu, kondisi moderat dari sasaran yang diinginkan dapat dicapai apabila kondisi faktor input dan faktor penghubung berada pada kombinasi kondisi dukungan minimal hingga kondisi dukungan optimal.

9.2. Kondisi Faktor-faktor yang Berpengaruh