Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan Berkelanjutan

Sementara itu, dokumen lainnya yang cukup penting untuk memberikan arahan agar setiap negara melaksanakan pembangunan berkelanjutan adalah Agenda 21 Global. Dokumen setebal 700 halaman tersebut berisikan program aksi pembangunan berkelanjutan yang dapat digunakan oleh pemerintah, organisasi internasional, kalangan industri maupun masyarakat lainnya untuk mendukung upaya pengintegrasian lingkungan ke dalam seluruh aspek kegiatan sosial ekonomi. Tujuan dari setiap kegiatan yang tercantum dalam Agenda 21, pada dasarnya adalah untuk mengentaskan kemiskinan, kelaparan, penyakit dan buta huruf di seluruh dunia, di samping untuk menghentikan kerusakan ekosistem yang penting bagi kehidupan manusia Djajadiningrat 2001. Pemerintah Indonesia menindaklanjuti hasil KTT Bumi dengan meratifikasi konvensi perubahan iklim dan konvensi keanekaragaman hayati pada tahun 1994 dan meratifikasi Protokol Kyoto pada tahun 2004, serta menerbitkan Agenda 21 Indonesia pada tahun 1997. Agenda 21 Indonesia terdiri dari 18 bab yang isinya merupakan suatu pedoman program pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di abad ke 21. Dokumen Agenda 21 Indonesia tersebut merupakan terjemahan, interpretasi dan penyesuaian kondisi dan perkembangan Indonesia dengan Agenda 21 Global.

2.2.2. Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan cukup sederhana namun mengandung pengertian yang kompleks, multidimensi dan multi-interpretasi. Oleh karena itu para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh komisi Brundtland yang menyatakan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Konsep pembangunan berkelanjutan tersebut masih sangat normatif sehingga operasionalnya menghadapi banyak kendala Fauzi 2004. Jadi walaupun arah pembangunan negara-negara di dunia telah disepakati, tetapi perdebatan di kalangan politisi, akademisi maupun LSM masih terus berlangsung. Perdebatan berkembang bukanlah tentang konsepnya, tetapi bagaimana konsep itu dapat dilaksanakan karena syarat terlaksananya konsep tersebut tidak mudah dipenuhi. Sampai saat ini belum dapat dibuat pedoman umum kebijakan atau kegiatan pembangunan berkelanjutan karena sistem sosial, ekonomi dan kondisi ekologi tiap negara sangat beragam. Hal ini telah disadari oleh semua pihak, karena itu setiap negara harus menyusun sendiri model pembangunan berkelanjutan yang disesuaikan dengan konteks, kebutuhan, kondisi dan peluang yang ada. Munasinghe 1993, mencoba mengelaborasi lebih lanjut konseptual pembangunan berkelanjutan dengan mengajukan tiga pilar keberlanjutan yaitu pilar ekonomi, sosial dan ekologi. Pilar ekonomi menekankan bahwa pembangunan atau peningkatan pendapatan dilakukan dengan penggunaan sumberdaya yang efisien. Pilar sosial menekankan agar pembangunan tidak menimbulkan konflik dan kesenjangan sosial. Pilar ekologi menekankan pentingnya perlindungan keanekaragaman hayati untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Pembangunan dapat dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan pembangunan tersebut layak secara ekonomi, tidak terjadi kesenjangan sosial budaya dan tidak menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Salim 2005, yang menyatakan bahwa keberlanjutan pembangunan pada hakekatnya mencakup: keberlanjutan ekonomi yang ditopang oleh modal buatan manusia, keberlanjutan sosial yang ditopang oleh modal manusia dan modal sosial, dan keberlanjutan ekologi yang ditopang oleh modal ekosistem alami. Pembangunan akan berkelanjutan apabila: penyusutan modal buatan manusia disubstitusi oleh modal sosial dan ekologi; modal manusia mampu menambah nilai sumberdaya alam dan modal sosial menambah nilai kualitas jejaring sosial; modal ekologi melestarikan ekosistem alami penunjang kehidupan manusia. Menurut Mitchell et al. 2003, ada beberapa prinsip pembangunan berkelanjutan yang cukup penting antara lain: melindungi sistem penunjang kehidupan, melindungi dan meningkatkan keanekaragaman hayati, mempertahankan kegiatan manusia dibawah daya dukung biosfer, mengenali biaya lingkungan dari kegiatan manusia dan merehabilitasi ekosistem yang rusak. Prinsip-prinsip tersebut masih memerlukan pengembangan berbagai indikator, sehingga lebih operasional dan praktikal. Pandangan lain disampaikan oleh Djajadiningrat 2001, bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan dalam eksploitasi sumberdaya, pengembangan teknologi, dan pengembangan kelembagaan yang semuanya selaras untuk meningkatkan potensi masa kini dan masa depan bagi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia. Jadi dalam pembangunan berkelanjutan terkandung paling tidak empat prinsip dasar yaitu: pemerataan, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan menjamin pemerataan dan keadilan sosial untuk generasi masa kini dan generasi mendatang. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa pembangunan berkelanjutan menuntut pencapaian pemerataan distribusi kesejahteraan antar negara dan antar generasi. Meskipun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai dan konsepnya relatif, tetapi etika pembangunan berkelanjutan mengarahkan upaya untuk memperkecil kesenjangan pendapatan antar negara maupun antar individu secara global. Selain itu pembangunan generasi masa kini harus selalu mengindahkan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan menghargai keanekaragaman dan hal ini merupakan prasyarat untuk memastikan bahwa sumberdaya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati merupakan dasar bagi keseimbangan tatanan lingkungan atau ekosistem. Disamping itu keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat. Pembangunan berkelanjutan menggunakan pendekatan integratif yaitu mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan harus lebih integratif dan memanfaatkan pengertian tentang kompleksnya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial pada setiap langkah pembangunan. Pembangunan berkelanjutan menuntut perspektif jangka panjang, sehingga perlu perubahan pemikiran para pengambil keputusan ekonomi maupun masyarakat yang cenderung menilai masa kini lebih tinggi dari masa depan. Prospektif jangka panjang lebih dikedepankan dari pada kerangka jangka pendek yang hingga kini masih mendominasi keputusan ekonomi. Dengan memperhatikan berbagai konsep dan prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut maka paling tidak ada beberapa prinsip dasar yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan pembangunan yaitu: a. Pertumbuhan ekonomi dan efesiensi penggunaan sumberdaya alam; b. Menjaga kelestarian fungsi ekologis penunjang kehidupan; c. Pemerataan antar waktu dan antar wilayah. Untuk mengetahui atau mengukur apakah kegiatan pembangunan telah memenuhi prinsip dasar pembangunan berkelanjutan diperlukan berbagai alat analisis. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan keterkaitannya dengan aspek lingkungan adalah Analisis Tabel Input Output.

2.3. Model Input Output