Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Biaya Eksternalitas

sehingga akan lebih menjamin keberlanjutan peran perkebunan kakao bagi perekonomian regional Sulawesi Selatan.

6.2.5. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Biaya Eksternalitas

Pertumbuhan ekonomi secara langsung akan mempengaruhi beban biaya eksternalitas suatu sektor ekonomi selaras dengan pengganda output sektor ekonomi yang bersangkutan. Dalam suatu sistem perekonomian regional, beban biaya eksternalitas suatu sektor ekonomi akan ditransmisikan atau disebarkan ke sektor ekonomi lainnya yang terkait, sehingga masing-masing sektor yang terkait mempunyai andil dalam menggandakan efek dari eksternalitas suatu sektor ekonomi. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai pengganda biaya eksternalitas sektor ekonomi kakao adalah sebesar 0,1182 yang terdiri dari pengganda awal sebesar 0,1095, kemudian pengganda putaran pertama sebesar 0,0006 dan pengganda industri sebesar 0,0001 serta pengganda konsumsi rumah tangga sebesar 0,0080. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan permintaan akhir kakao akan meningkatkan beban biaya eksternalitas perekonomian regional Sulawesi Selatan sebesar 0,1182 satuan. Nilai pengganda biaya eksternalitas tersebut berada pada peringkat ke 5 dari 7 sektor ekonomi yang menghasilkan biaya eksternalitas cukup besar. Sektor ekonomi yang mempunyai nilai pengganda biaya eksternalitas terbesar adalah sektor ekonomi kopi yaitu sebesar 0,6558, disusul sektor ekonomi perkebunan lainnya, sektor industri kopi giling dan kupasan, serta sektor ekonomi industri biji-bijian, cokelat dan kembang gula Tabel 23. Penempatan biaya eksternalitas di luar sistem perekonomian seperti yang telah dilakukan tersebut belum dapat menggambarkan kondisi perekonomian yang sesungguhnya karena nilai outputnya masih bersifat “semu” dan belum dikoreksi dengan biaya eksternalitasnya. Akibatnya nilai PDRB, pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja serta indeks keterkaitan antar sektor ekonomi juga masih bersifat “semu”. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap cara perhitungan dan analisis data dengan membangunan Tabel IO berwawasan lingkungan. Namun karena keterbatasan ketersediaan data, maka koreksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara menginternalisasikan biaya eksternalitas dari berbagai sektor perekonomian regional Sulawesi Selatan ke dalam Tabel IO konvensional yang telah disederhanakan. Hasil analisis Tabel IO dengan koreksi biaya lingkungan atau biaya eksternalitas tersebut di sajikan pada Bab berikut ini. Tabel 23. Nilai pengganda beban biaya eksternalitas perekonomian Sulawesi Selatan Kode Nama Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Tipe I Tipe II 01 Padi 0,0647 0,0017 0,0001 0,0077 0,0743 1,0292 1,1486 02 Tabama lainnya 0,0073 0,0005 0,0001 0,0066 0,0146 1,0943 2,0034 03 Kopi 0,6258 0,0191 0,0012 0,0097 0,6558 1,0323 1,0479 04 Kakao 0,1095 0,0006 0,0001 0,0080 0,1182 1,0061 1,0794 05 Perkeb. Lainnya 0,3161 0,0069 0,0004 0,0106 0,3341 1,0233 1,0568 06 Peternakan 0,0692 0,0048 0,0016 0,0082 0,0838 1,0929 1,2109 07 Kehutanan 0 0 0,0001 0,0021 0,0021 0 0 08 Perikan laut 0 0 0,0005 0,0077 0,0082 0 0 09 Budidaya udang 0 0 0,0023 0,0119 0,0142 0 0 10 Budidaya bandeng ikan 0 0 0,0055 0,0102 0,0157 0 0 11 Tambang nekel 0 0 0,0004 0,0120 0,0124 0 0 12 Tambang Gln lainnya 0 0 0,0003 0,0058 0,0061 0 0 13 Ind biji-an, cokelat k gula 0,1097 0,0078 0,0130 0,1304 0 0 14 Ind kopi giling kupasan 0,1923 0,0080 0,0133 0,2137 0 0 15 Ind Mkn-mnm lainnya 0,0448 0,0064 0,0096 0,0609 0 0 16 Industri pupuk pestisida 0 0 0,0001 0,0003 0,0004 0 0 17 Industri semen 0,0595 0,0005 0,0009 0,0080 0,0689 1,0236 1,1583 18 Industri lainnya 0,0023 0,0005 0,0032 0,0060 0 0 19 Listrik, Gas, Air 0 0 0,0009 0,0075 0,0084 0 0 20 Bangunan 0,0185 0,0013 0,0124 0,0321 0 0 21 Perdag-Hotel-Rst 0,0006 0,0068 0,0100 0,0174 0 0 22 Angkutan-Kmnks 0 0 0,0013 0,0099 0,0113 0 0 23 Bank-Lkeuangan 0 0 0,0026 0,0059 0,0086 0 0 24 Jasa Pemerintahn 0,0001 0,0015 0,0324 0,0340 0 0 25 Jasa Lainnya 0,0005 0,0019 0,0139 0,0163 0 0

VII. PROSPEK PERANAN KAKAO BAGI PEREKONOMIAN REGIONAL

“Sektor ekonomi kakao” yang sebenarnya merupakan bagian dari sub sektor perkebunan dan bagian dari sektor pertanian dalam arti luas mempunyai pangsa PDRB lebih dari 5 dan melebihi pangsa beberapa sektor ekonomi dalam struktur perekonomian regional 9 sektor yang mengacu pada Sistem National Accounts 1968 SNA68. Kondisi ini menggambarkan bahwa kakao sebagai sub dari sub sektor perkebunan mempunyai peran yang lebih besar dalam menghasilkan PDRB dari pada suatu sektor ekonomi seperti sektor Bank dan Lembaga Keuangan, sektor Bangunan dan sektor Listrik, gas dan air. Demikian pula halnya dalam menghasilkan devisa dan penyerapan tenaga kerja Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2004a. Namun peran tersebut masih belum menggambarkan kondisi yang sesungguhnya karena biaya dan manfaat eksternalitas berbagai sektor ekonomi belum diperhitungkan. Biaya dan manfaat eksternalitas berbagai sektor ekonomi yang berhasil diidentifikasi sebagai biaya eksternalitas adalah sebesar Rp 1,764 triliun. Nilai biaya eksternalitas tersebut secara regional relatif kecil karena hanya sebesar 2,53 dari total output perekonomian regional Sulawesi Selatan. Namun jika diperhatikan pada setiap sektor ekonomi penghasil biaya eksternalitas maka akan tampak bahwa biaya eksternalitas yang dihasilkan oleh masing-masing sektor relatif besar yaitu lebih dari 5 nilai outputnya. Sektor ekonomi kakao dalam proses produksinya menghasilkan biaya lingkungan yang masih diperlakukan sebagai biaya eksternalitas sebesar 10,95. Jika biaya eksternalitas sektor ekonomi kakao tersebut diperhitungkan dan digunakan untuk mengkoreksi nilai outputnya maka akan berpengaruh cukup nyata terhadap pangsa PDRB kakao dalam perekonomian regional Sulawesi Selatan. Di samping itu, karena sebagian besar biaya eksternalitas sektor ekonomi kakao tersebut adalah kehilangan unsur hara akibat erosi, maka dalam jangka panjang akan berpengaruh negatif terhadap produktivitas perkebunan kakao jika petani tidak memberikan masukan input pupuk yang memadai sebagai pengganti unsur hara yang hilang.