2.2.5 Atlet Futsal Batik Mania Futsal Club dan MUSTIKA Futsal Club
Atlet menurut  wikipedia  bahasa  Indonesia  berasal  dari bahasa  Yunani
athlos yang  berarti  kontes,  adalah  orang  yang  ikut  serta  dalam  suatu kompetisi
olahraga kompetitif.  Dari  segi  kepribadian,  menurut  Monty  2000:29
atlet  adalah  individu  yang  memiliki  keunikan  akan  bakat,  pola  perilaku, kepribadian  serta  latar  belakang  kehidupan  yang  mempengaruhi  seccara  spesifik
terhadap dirinya. Atlet yang dimaksud disini adalah atlet futsal. Menurut wikipedia bahasa
Indonesia,  Futsal    adalah permainan
bola yang  dimainkan  oleh  dua  tim,  yang
masing-masing  beranggotakan  lima  orang.  Tujuannya  adalah  memasukkan  bola ke  gawang  lawan,  dengan  memanipulasi  bola  dengan  kaki.  Selain  lima  pemain
utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan.. Batik Mania futsal club BATMAN merupakan sebuah klub futsal yang
mewakili kota Pekalongan dalam berbagai turnamen futsal yang diselenggarakan di  Kota  Semarang.  Semua  pemainnya  berdomisili  Semarang,  namun  kelahiran
Pekalongan.  Selain  untuk  mengembangkan  potensi  dan  bakat  para  atlet,    klub futsal BATMAN juga bertujuan untuk mempererat hubungan antar pemain futsal
Pekalongan  yang  sedang  merantau  di  kota  Semarang.  Begitu  juga  klub  futsal Mustika  F.C  dari  Blora  yang  merupakan  klub  futsal  yang  berisikan  pemain-
pemain futsal asli Blora yang sedang merantau di Semarang. Dalam  penelitian  kali  ini,  peneliti  akan  memberikan  perlakuan  kepada
para atlet BATMAN F.C yang akan bertanding dalam kompetisi BINPORA yang diselenggarakan di Zona 6 Futsal Gunungpati.
2.2.6 Hubungan Antara Relaksasi Pernafasan Dengan Kecemasan Atlet
Sumber-sumber  kecemasan  atlet  dalam  menghadapi  pertandingan  dapat berasal  dari    dalam  diri  atlet  maupun  dari  luar  diri  atlet.  Namun  darimanapun
sumbernya,  tetap  pada  akhirnya  respon  yang  dipilih  atlet  sendirilah  yang menentukan  apakah  dia  akan  cemas  atau  tidak.  Gejala  yang  timbul  akibat
kecemasan  dapat  berupa  gejala  psikis  dan  gejala  fisik.  Hal  ini  disebabkan  oleh meningkatnya  kerja  otak  akibat  pikiran-pikiran    yang  terlalu  banyak  dan  tidak
pasti sehingga menjadikan kerja otot-otot pernafasan yang dikendalikan oleh otak tidak  stabil  yang  kemudian  menjadikan  nafas  terengah-engah  sehingga
penyerapan oksigen dari luar dan pembentukan karbondioksida dalam tubuh tidak maksimal.
Hal ini menyebabkan otak dan darah kekurangan suplai oksigen sehingga sistem  metabolisme  tubuh  menjadi  terganggu.  Hal  inilah  yang  mengakibatkan
berbagai  gejala-gejala  fisik  yang  beriringan  dengan  munculnya  gejala  psikis seperti otot menjadi tegang, tubuh serasa lemas, mudah lelah, sulit berkonsentrasi,
dan  sebagainya.  Sehingga  teknik  untuk  mengurangi  kecemasan  dengan  relaksasi pernafasan sangat efektif untuk mengurangi gejala-gejala baik fisik maupun psikis
atlet.  Karena  dalam  teknik  ini  atlet  akan  diberikan  pengarahan  atau  pemfokusan pikiran  agar  lebih  tenang  dan  tidak  memikirkan  hal-hal  yang  tidak  pasti  agar
kinerja  otak  dapat  lebih  berkurang,  hal  ini  akan  mengurangi  gejala  psikis  yang timbul  akibat  kecemasan.  Sedangkan  teknik  pernafasan  dilakukan  untuk
membantu mengurangi gejala-gejala fisik yang diakibatkan oleh kurangnya suplai
oksigen ke dalam tubuh, sehingga nafas menjadi lancar dan efektif, metabolisme tubuh meningkat, dan tidak mudah lelah.
Penelitian yang dilakukan oleh Rochaini dan Pratiwi 2009:1 pada siswa yang  mengalami  kecemasan  komunikasi  interpersonal  yang  kemudian  diberikan
terapi relaksasi menunjukan bahwa perubahan yang sangat signifikan dari tingkat tinggi  menjadi  rendah  terhadap  derajat  kecemasan  komunikasi  interpersonal
siswa. Kustanti dan Widodo 2008:131 dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa  teknik  relaksasi  dapat  mengubah  status  mental  pasien  skizofrenia  di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Dewi,  Setyoadi  dan  Widastra  2009:46  dalam  penelitiannya  menemukan
bahwa teknik relaksasi nafas dapat mengurangi persepsi terhadap rasa nyeri pada lansia  dengan  artritis  reumatoid.  Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  Ghofur
dan  Purwoko  2007:1  bahwa  teknik  nafas  dalam  dapat  mengurangi  tingkat kecemasan pada pasien persalinan.
Zelianti,Sujawro dan Hartoyo 2012:1  mengatakan dalam penelitiannya bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi tingkat emosi klien perilaku
kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dari  berbagai  penelitian  yang  telah  dijabarkan, maka  dapat  disimpulkan
bahwa teknik relaksasi pernafasan dapat mengatasi gejala-gejala kecemasan baik yang berupa aspek fisik maupun aspek psikis seorang atlet. Jadi, teknik relaksasi
pernafasan  memiliki  pengaruh  terhadap  kecemasan  atlet  futsal  yang  hendak bertanding.
2.3 Hipotesis