Latar Belakang Gambaran Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Dr. F. L. Tobing Sibolga Tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semenjak masa pra kemerdekaan, rumah sakit di Indonesia sudah melakukan pencatatan, hanya saja belum dilakukan dengan baik atau belum mengikuti sistem informasi yang baik. Penataan masih tergantung selera pemimpin rumah sakit Direktorat Jenderal Pelayanan Medis,1997. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat profesi dan padat modal. Agar Rumah Sakit dapat melaksanakan fungsi dengan baik, maka rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia, sarana dan prasarana peralatan yang memadai serta dikelola secara profesional Depkes RI, 2004. Rekam medis merupakan salah satu bagian dari manajemen yang dilaksanakan di rumah sakit dalam rangka menunjang keberhasilan tertib administrasi untuk peningkatan pelayanan kesehatan. Rekam medis merupakan dokumen hukum permanen yang harus berisi informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan dan mencatat hasilnya. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1996 kepada semua petugas kesehatan wajib untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis. Kemudian dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis. Dengan dikeluarkannya Permenkes No. 269MenkesPerIIItahun 2008 tentang Rekam Medis, sehingga dengan demikian rekam medis mempunyai landasan Universitas Sumatera Utara hukum yang kuat. Guna melengkapi ketentuan dalam pasal 19 Permenkes tersebut yang menyebutkan pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Permenkes No. 749aMenkesPerXII1989 tentang Rekam Medis, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dan diharapkan penyelenggaraan rekam medis dapat menjadi lebih baik. Dari profil Rumah Sakit Umum Dr. F. L.Tobing Sibolga, dengan predikat Rumah Sakit Umum Kelas B non Pendidikan memiliki nilai indikator efisiensi rumah sakit yaitu BOR= 50, LOS = 4 hari, TOI = 4 hari, BTO = 50 kali RS FL.Tobing, 2009. Sedangkan tenaga kesehatan yang bekerja di unit rekam medis berdasarkan pendidikan terakhir terdiri dari 1 orang dokter gigi, 1 orang dokter umum, 1 orang Sarjana Keperawatan, 1 orang Akademi Kebidanan D4, 2 orang Akademi Kebidanan D3 dan 1 orang SLTA. Fasilitas di unit rekam medis terdapat 2 komputer PC dan 1 mesin ketik. Petugas rekam medis mengatakan gambaran pekerjaan mereka tidak jelas yang mana menjadi tanggung jawab dan kejelasan pekerjaan sebagai unit rekam medis. Di loket belum ada komputer sehingga segala aktifitas di loket masih dilakukan secara manual. Dan terkadang dalam pemberian nomor rekam medis pasien tidak dipungkiri bisa terjadi penomoran ganda. Pada unit rekam medis di Rumah Sakit Umum DR. F.L.Tobing Sibolga juga belum pernah dilakukan evaluasi penyelenggaraan rekam medis sampai sekarang ini sejak rumah sakit tersebut didirikan. Pada survei awal, dari 10 berkas rekam medis yang diambil untuk melihat kelengkapan pengisian formulir rekam medis, ternyata 6 berkas yang lengkap terisi. Oleh sebab itu, ingin diketahui dan dievaluasi bagaimana sistem penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit Umum Dr. F. L.Tobing Sibolga. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah