Analisis Prospek Pengembangan Usaha Oleh KSU-BMT Rahayu di Kota Pematang Siantar

(1)

Lampiran: Kuisioner Penelitian

Saya yang bernama Hardiansyah adalah mahasiswa tingkat akhir Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU yang sedang mengadakan penelitian di kota Pematang Siantar dalam rangka penyelesaian tugas akhir/skripsi. Adapun penelitian saya ini berjudul: “Analisis Prospek

Pengembangan Usaha Oleh KSU-BMT Rahayu di Kota Pematang Siantar”.

Hasil penelitian saya ini nantinya diharapkan dapat menambah khasanah penelitian disiplin ilmu Ekonomi Pembangunan FE USU dan juga diharapkan dapat menabah pengetahuan peneliti maupun pihak lain mengenai Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) itu sendiri. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan BMT itu sendiri.

Demi kelancaran proses penelitian ini, sudi kiranya Bapak/Ibu/Sdr/I meluangkan waktu untuk mengisi pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini. Identitas dari Bapak/Ibu/Sdr/I akan saya jaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/I dalam memberikan jawaban yang dianggap paling benar. Atas kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/I, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Hardiansyah)


(2)

Isilah titik-titik di bawah ini atau beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu/Sdara/i.

Nama :

Umur : a. < 25 Tahun d. 45-54 Tahun

b. 25-34 Tahun e. > 55 Tahun

c. 35-44 Tahun

Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

Pendidikan Terakhir : a. SD d. Diploma

b. SMP e. Sarjana (S1)

c. SMA

Pekerjaan :

Pendapatan / bln : a. < Rp 1.000.000

b. Rp 1.100.000 – Rp 2.000.000

c. Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000

d. Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000


(3)

Lama Menjadi Nasabah : a. < 1 Tahun d. 3 – 4 Tahun

b. 1 – 2 Tahun e. > 4 Tahun

c. 2 – 3 Tahun

Besarnya pinjaman yang diterima:

a. Rp 1-5 juta c. Rp 11-15 juta

b. Rp 6-10 juta d. Rp 16-20 juta

Pertanyaan:

1. Apa jabatan Bapak/Ibu dalam perusahaan? a. Pemilik usaha/perusahaan

b. Pekerja/anggota

2. Jenis produk usaha apa yang Bapak/Ibu kerjakan saat ini? a. Makanan dan minuman

b. Pakaian

c. Perkakas rumah tangga d. Kerajinan Tangan e. Sayur dan buah

3. Mengapa Bapak/Ibu memutuskan untuk menjadi nasabah di BMT ini? a. Di sarankan keluarga/teman

b. Prosesnya mudah dan cepat c. Kerahasiaan lebih terjamin d. Hubungan baik dengan pengelola


(4)

e. Bebas bunga pinjaman

f. Fleksibilitas dalam membayar cicilan g. Lain-lain

4. Bagaimana perkembangan usaha Bapak/Ibu setelah mendapat pembiayaan dari BMT?

No Pernyataan Tetap Meningkat

1 Omset Produksi 2 Wilayah Penjualan 3 Total Laba

4 Jumlah Karyawan 5 Aset perusahaan

Tanggapan Nasabah Tentang BMT

No Lokasi (jarak tempat kegiatan nasabah

dengan lokasi BMT)

SS S KS TS STS

1 Kedekatan lokasi BMT dengan tempat tinggal nasabah

2 Kemudahan pencapaian lokasi BMT Keterangan:

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju


(5)

No Pelayanan (tindakan/perbuatan yang di

terima nasabah dari karyawan saat bertransaksi)

SM M KM TM STM

1 Pemberian perhatian yang

sungguh-sungguh dari karyawan setiap ada keluhan dari nasabah

2 Pemberian informasi oleh karyawan dengan jelas dan mudah dimengerti 3 Kecepatan dan ketepatan karyawan dalam

melayani nasabah

4 Tindakan cepat dan tanggap oleh karyawan saat nasabah membutuhkan bantuan

Keterangan:

SM = Sangat memuaskan TM = Tidak memuaskan

M = memuaskan STM = Sangat Tidak memuaskan

KM = Kurang memuaskan

No. Pelayanan (sarana, alat dan kelengkapan

dalam bertransaksi)

SB B KB TB STB

1 Kebersihan gedung dan ruangan transaksi 2 Keindahan interior ruang transaksi

3 Cara berpakaian karyawan (bersih dan sopan)

4 Fasilitas pendukung (ruang tunggu, parkir dan lain-lain)

Keterangan:

SB = Sangat Baik TB = Tidak Baik

B = Baik STB = Sangat Tidak Baik


(6)

DAFTAR PUSTAKA

AL-Qur’an :

Surat Al-Baqarah ayat 275 Surat Ar-Rum ayat 39

Huda, Nurul & Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Rised Untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi 3, Erlangga, kaliurang KM 14

Irsyad Lubis, 2010. Bank & Lembaga Keuangan Lain, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.

Ridwan, Ahmad Hasan.2004. BMT & Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Bani Quraisy. Bandung

Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi pertama, Kencana, Jakarta

Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Kedua, Ekonosia, Yogyakarta

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, CV. Alfabeta, Bandung

Artikel dan Jurnal :

Dian Ariani, 2007. Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah di Medan Kania Suci Utami. 2011. Analisis Peran Koperasi Baitul Maal Wat Tamwil

(BMT) Berkah Madani Dalam Pengembangan UMK di Kota Jakarta

Penulisan Online :

Agustianto. 2011. Pemberdayaan Ekonomi Umat Lewat BMT. http://agustiantocentre.com (27 Agustus 2012


(7)

Situs WWW (World Wide Web) :

http://ethasyahbania.blogspot.com/2010/11/lembaga-keuangan-syariah.html (12 Oktober 2012)

http://www.rahasiasunnah.com/191/lembaga-keuangan-syariah.htms (13 Oktober 2012)

http://www.pidii.org/index.php/kota-pematang-siantar/82-gambaran-umum-kotamadya-pematangsiantar (10 September 2012)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pematangsiantar ( 10 September 2012) http://acankende.wordpress.com/2010/11/28/baitul-mal-wat-tamwil-bmt/

(16 Desember 2012)

http://ekbisi.blogspot.com/2012/03/bmt-sejarah-masa-depannya.html (12 Oktober 2012)


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian merupakan suatu cara ilmiah guna memperoleh data dan informasi dengan tujuan untuk memecahkan masalah dan menguji hipotesis penelitian. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian mengenai analisis prospek pengembangan usaha oleh KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar yang digunakan adalah penelitian analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan teknik yang digunakan untuk mengelola data dan informasi yang didapatkan dari lapangan, dengan cara: mengumpulkan, merangkum, menggolongkan, menganalisa dan menginterpretasikan, dan mengolah data yang diperoleh langsung dari lapangan, sehingga memberikan gambaran dan keterangan yang lengkap tentang masalah yang dihadapi (Mudrajat Kuncoro, 2003:172).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kasus untuk mendapatkan informasi dari responden yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh penulis dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data Primer dalam


(9)

penulisan ini adalah data yang diterima langsung dari pengurus dan nasabah KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang teleh dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Data Skunder merupakan data atau informasi yang diperoleh melalui jurnal, skripsi, buku-buku, majalah, internet, tesis serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

Penelitian ini akan di lakukan di KSU-BMT Rahayu di Jln. Rakuta Sembiring Lorong XX kota Pematang Siantar. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar dimana jumlah populasinya adalah 1595 nasabah.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2009:122). Roscoe dan Sugiono (metode penelitian pendidikan, 2004) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut:

1. Ukuran sampel yang layak dalam suatu penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria- wanita, pegawai negri-swasta, dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.


(10)

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 50 sampel dikarenakan ukuran sampel yang layak dalam suatu penelitian adalah 30-500 sampel. Pemilihan sampel ini dengan menggunakan random sampling yaitu pemilihan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden yaitu nasabah KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar.

2. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada pimpinan dan anggota KSU-BMT Rahayu. Adapun hal-hal yang ditanyakan penulis adalah segala sesuatu hal yang berkaitan dengan BMT tersebut.

3. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap nasabah KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar.

4. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan penelitian ini seperti buku-buku, majalah, tesis, artikel-artikel dan bahan bacaan lainnya yang dapat mendukung penelitian.


(11)

3.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data berupa analisis diskriptif. Analisis deskriptif merupakan teknik yang digunakan untuk mengelola data dan informasi yang didapatkan dari lapangan, dengan cara: mengumpulkan, merangkum, menggolongkan, menganalisa dan menginterpretasikan, dan mengolah data yang diperoleh langsung dari lapangan, sehingga memberikan gambaran dan keterangan yang lengkap tentang masalah yang dihadapi (Mudrajat Kuncoro, 2003:172). Selain itu penulis juga menggunakan analisis lain seperti: grafik tabulasi silang (cross tab), tabel dan gambar berupa chart atau grafik yang datanya telah di sesuaikan dengan tabel sebelumnya.

Dari uraian teknik analisis di atas, diharapkan peneliti dapat menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat, bagaimana perkembangan usaha nasabah KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar. Kemudian menghitung dan menjumlahkan total jawaban dari seluruh responden yang diteliti, untuk dijadikan dalam bentuk persen (%) sehingga dapat menarik kesimpulan.

3.6 Definisi Operasional

1. BMT adalah lembaga keuangan islam bukan Bank yang berbasis syari’ah dengan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat yang ekonominya relatif rendah.

2. Masalah BMT adalah kendala, hambatan atau rintangan yang dihadapi BMT dalam operasionalnya baik secara internal maupun eksternal.


(12)

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal responden yang meliputi pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana (S1).

4. Omset adalah nilai transaksi yang terjadi dalam hitungan waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan, tahunan.


(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Pematang Siantar 4.1.1 Lokasi Penelitian

Kota Pematang Siantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan merupakan kota terbesar kedua setelah kota Medan di provinsi tersebut. Kota Pematang Siantar berdiri pada tanggal 24 April 1871 dan terletak pada garis 01’ 09” - 2° 54’ 40” LU dan 99° 6’ 23” – 99° 1’ 10” BT. Kota Pematang Siantar memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 250.997 jiwa (2009) dengan penduduk laki-laki 123.481 jiwa dan penduduk perempuan 127.516 jiwa (Sumber: BPS). Wilayah kota Pematang Siantar di bagi menjadi 8 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Siantar Marihat dengan luas 7,825 km2. 2. Kecamatan Siantar Marimbun dengan luas 18,006 km2. 3. Kecamatan Siantar Selatan dengan luas 2,020 km2. 4. Kecamatan Siantar Barat dengan luas 3,205 km2. 5. Kecamatan Siantar Utara dengan luas 3,650 km2. 6. Kecamatan Siantar Timur dengan luas 4,520 km2. 7. Kecamatan Siantar Martoba dengan luas 18,022 km2. 8. Kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas 22,723 km2.

Kota Pematang Siantar memiliki letak geografis yang cukup strategis karena merupakan daerah lintas antar kota/kabupaten yang menghubungkan pantai timur dan barat Sumatera Utara. Kota Pematang Siantar terletak pada


(14)

ketinggian 400-500m di atas permukaan laut dengan topografi datar hingga bergelombang. Daerah bergelombang sampai berbukit di sebelah utara dan barat, sementara sebelah selatan dan timur merupakan daerah landai dengan kemiringan 0%-15%. Kota ini tergolong ke dalam daerah tropis dengan iklim sedang. Suhu maksimum rata-rata 30,500C dan suhu minimum rata-rata 19,700C. Kelembaban udara rata-rata 86% dengan rata-rata tertinggi pada bulan Oktober dan November mencapai 89%. Sedangkan curah hujan di kota ini rata-rata 306 mm dengan tertinggi 574 mm terjadi pada bulan September.

Kota Pematang Siantar terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu: Simalungun (61,43%), Toba, Mandailing (9,6%), Jawa (14,2%), Tionghoa dan Melayu. Secara geografis kota Pematang Siantar di batasi oleh:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun.


(15)

Gambar 4.1 Kota Pematang Siantar

Gambar: kota Pematang Siantar

4.2 KSU-BMT Rahayu

KSU-BMT Rahayu merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang di jalankan menurut syari’at islam yang sangat menentang adanya sistem bunga dalam operasionalnya. Usaha pokok dari KSU-BMT Rahayu adalah menghimpun dana dari umat (funding) dan menyalurkannya (landing) kembali kepada umat secara produktif dan saling menguntungkan dengan sistem bagi hasil.

Sejarah berdirinya KSU-BMT Rahayu yaitu adanya pencanangan dari presiden Soeharto untuk mendirikan 1000 BMT di seluruh Indonesia guna


(16)

menghidupkan dan memperlancar usaha mikro kecil di masyarakat. Dari pencanangan itulah masyarakat mempunyai pemikiran yang sama untuk membentuk suatu organisasi atau lembaga yang dapat membantu kegiatan usaha kecil bawah untuk permodalannya. Maka di bentuklah suatu lembaga keuangan BMT yang di beri nama dengan KSU-BMT Rahayu. Pada saat itu pendiri/pemodal sebagai nasabah adalah 20 orang.

4.2.1 Profil KSU-BMT Rahayu

KSU-BMT Rahayu di dirikan oleh Bpk. Irwan Susandi pada tanggal 18 April 1998 dan beralamat di jln. Rakuta Sembiring lorong XX Perluasan kota Pematang Siantar. KSU-BMT Rahayu berbadan hukum No: 570/99/BH/PMD/1/2005 pada tanggal 17 januari 2005. Adapun susunan kepengurusan KSU-BMT Rahayu yaitu:

1. Pengurus Harian

a. Ketua : Irwan Susandi b. Sekretaris : Irwan Sahputra c. Bendahara : Atika Chaerani 2. Badan Pengawas

a. Ketua : Aman b. Sekretaris : Rusli

Susunan kepengurusan tersebut berlaku hingga sekarang (2012). Adapun jumlah tenaga kerja pada KSU-BMT Rahayu adalah 8 orang pegawai tetap. Standar jam kerja yang digunakan pada KSU-BMT Rahayu adalah di mulai dari


(17)

pukul 08.30 s/d 14.00 atau sekitar 5½ jam kerja dalam 1 hari kerja dan aktif kerja pada hari senin s/d sabtu.

Saat ini KSU-BMT Rahayu memiliki jumlah nasabah yang cukup banyak yaitu 1595 orang, dengan rincian yaitu:

a. Nasabah menabung : 1095 orang b. Nasabah pembiayaan : 500 orang

4.2.2 Visi dan Misi KSU- BMT Rahayu

a. Visi KSU-BMT Rahayu

Menjadi lembaga keuangan berbasis syari’ah yang dapat memberi solusi bagi pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan dan mengentaskan praktik rentenir dan tengkulak yang ada di kota Pematang Siantar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

a. Misi KSU-BMT Rahayu

1. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

2. Menciptakan lapangan kerja yang beroperasi dengan sistem islam. 3. Memajukan kegiatan usaha kecil bawah.

4. Meningkatkan akses permodalan bagi pengusaha mikro dan kecil baik finansial maupun non-finansial.

4.2.3 Tujuan KSU-BMT Rahayu

Tujuan KSU-BMT Rahayu adalah meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui gerakan pemberdayaan ekonomi yang sesuai dengan syari’at islam.


(18)

4.2.4 Produk-produk KSU-BMT Rahayu

KSU-BMT Rahayu menawarkan berbagai produk kepada masyarakat dalam bentuk produk simpanan/tabungan dan produk pembiayaan.

a. Produk Simpanan/tabungan 1. Tabungan Amanah

Tabungan mudharabah mutlaqah yang diperuntukkan bagi lembaga/anggota.

2. Tabungan Siswa

Tabungan mudharabah mutlaqah yang diperuntukkan bagi pelajar/mahasiswa. Tabungan ini bebas administrasi bulanan.

3. Tabungan Hasil

Tabungan mudharabah mutlaqah yang diperuntukkan bagi individu, guna mendapatkan bagi hasil tiap bulan yang halal dan menguntungkan.

4. Tabungan Haji/Umrah

Tabungan mudharabah mutlaqah yang diperuntukkan untuk keperluan ibadah haji dan umrah.

b. Produk Pembiayaan

1. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah sistem pembiayaan yang di berikan dimana BMT sebagai pemilik modal (shahibul mal) dan nasabah sebagai pengelola modal (mudharib). Pembiayaan


(19)

mudharabah ini menggunakan sistem bagi hasil antara shahibul mal dan mudharib sesuai dengan nisbah yang telah di sepakati ketika akad.

2. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah suatu sistem kerjasama antara BMT dengan satu atau lebih mitra usaha dalam suatu proyek/kegiatan usaha. Pihak yang terlibat sama-sama berkontribusi baik dari segi permodalan maupun dari segi pengelolahan usaha. Pembagian hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha sesuai dengan kesepakatan ketika akad dilakukan.

3. Piutang Murabahah

Piutang murabahah adalah BMT bertindak sebagai shahibul mal memberikan modal kepada nasabah dimana sistem bagi hasil dilakukan sesuai dengan kesepakatan ketika akad.

4. Ijarah

Ijarah adalah sistem dimana BMT menyewakan suatu barang atau jasa kepada nasabah yang digunakan manfaatnya dan nasabah memberikan sejumlah imbalan yang di bayarkan kepada BMT atas barang atau jasa yang telah di sewa.


(20)

4.2.5 Struktur Organisasi KSU-BMT Rahayu

Gambar 4.2 : Struktur Organisasi KSU-BMT Rahayu

4.2.6 Masalah KSU-BMT Rahayu

Dalam menjalankan kegiatannya, setiap lembaga keuangan pasti memiliki masalah dalam pelaksanaannya termasuk KSU-BMT Rahayu. Berbagai macam masalah dialami KSU-BMT Rahayu, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. KSU-BMT Rahayu masih kekurangan modal usaha. Modal ini digunakan untuk keperluan persaingan ekonomi dengan organisasi yang lain, kurangnya modal mengakibatkan KSU-BMT Rahayu kalah bersaing dengan organisasi lain yang lebih besar modal usahanya. 2. KSU-BMT Rahayu mempunyai masalah terhadap kualitas dan

kuantitas sumber daya manusia (SDM). Hal ini diperlukan untuk persaingan teknologi dan marketing dengan organisasi lain.

3. KSU-BMT Rahayu mengalami kredit macet pada nasabahnya. Hal ini dikarenakan keadaan perekonomian para nasabah yang tidak stabil

Pengawas

Pengurus

Manajer Administrasi Manajer Pembiayaan Manajer Pemasaran


(21)

4. KSU-BMT Rahayu mengalami kendala ketika mengeluarkan produk yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan sumber daya ilmu pengetahuan nasabah yang terbatas mengenai produk-produk dari BMT.

5. KSU-BMT Rahayu masih kalah bersaing dengan lembaga keuangan bank karena unit bank lain yang melayani mikro pembiayaan yang tidak terkendali.

4.3 Hasil Analisa dan Pembahasan

4.3.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini tiap-tiap responden memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dilakukan pengelompokkan dengan karakteristik tertentu. Dari 50 responden yang di ambil sebagai sampel dalam penelitian ini, maka karakteristik responden dapat di lihat sebagai berikut:

4.3.2 Umur

Berdasarkan karakteristik umur, responden di bagi menjadi 5 kelompok umur yakni responden yang berumur di bawah 25 tahun, 26-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, dan di atas 55 tahun. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut:


(22)

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Umur Frekuensi Persentase %

< 25 tahun 5 10%

26-35 tahun 22 44%

36-45 tahun 13 26%

46-55 tahun 8 16%

>55 tahun 2 4%

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 dapat di lihat bahwa dari 50 responden yang telah di teliti, nasabah yang kelompok umurnya di bawah 25 tahun sebanyak 5 orang atau 10%, 26-35 tahun sebanyak 22 orang atau 44%, 36-45 tahun sebanyak 13 orang atau 26%, 46-55 tahun sebanyak 8 orang atau 16%, dan umur di atas 55 tahun sebanyak 2 orang atau 4% dari 50 orang responden yang telah di teliti.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa responden yang menjadi nasabah KSU-BMT Rahayu yang paling banyak adalah nasabah yang kelompok umurnya 26-35 tahun yaitu sebanyak 22 orang atau 44% dari jumlah responden. Hal ini di karenakan nasabah yang kelompok umurnya 26-35 tahun adalah masyarakat yang baru memulai untuk membuka usaha perdagangan dan membutuhkan dana sehingga masyarakat memutuskan untuk menjadi nasabah di KSU-BMT Rahayu.


(23)

Gambar 4.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia

4.3.3 Jenis Kelamin

Perbandingan jenis kelamin nasabah KSU-BMT Rahayu dapat dilihat dari hasil kuisioner yang telah di sebar. Dari 50 responden yang telah di teliti, maka perbandingan jenis kelamin nasabah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %

Laki-laki 30 60% Perempuan 20 40%

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat di jelaskan bahwa dari 50 orang responden yang telah di teliti, masyarakat yang menjadi nasabah KSU-BMT Rahayu lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Hal ini dapat di lihat dari jumlah frekuensinya yaitu responden laki-laki yang menjadi nasabah

0 5 10 15 20 25

< 25 tahun 26‐35 tahun

36‐45 tahun

46‐55 tahun

> 55 tahun Distribusi Responden Berdasarkan Usia


(24)

sebanyak 30 orang dengan pesentase 60% dan perempuan sebanyak 20 orang dengan persentase 40% dari 50 orang responden yang telah di teliti.

Gambar 4.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 4.3.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan nasabah KSU-BMT Rahayu berpariasi, mulai dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma, sampai dengan Sarjana (S1). Dari 50 responden yang telah di teliti, dapat diketahui tingkat pendidikan nasabah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %

SD 1 2%

SMP 13 26%

SMA 27 54%

Diploma 7 14%

Sarjana (S1) 2 4%

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer 0

5 10 15 20 25 30

Laki‐laki Perempuan


(25)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nasabah KSU-BMT Rahayu di dominasi oleh nasabah dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 orang atau 54%, kemudian SMP sebanyak 13 orang atau 26%, Diploma sebanyak 7 orang atau 14%, Sarjana (S1) sebanyak 2 orang atau 4%, dan SD sebanyak 1 orang atau 2%. Hal ini di karenakan pembiayaan KSU-BMT Rahayu di khususkan bagi pedagang menengah ke bawah, dan tingkat pendidikan pedagang rata-rata SMA sehingga nasabah KSU-BMT Rahayu di dominasi oleh nasabah dengan tingkat pendidikan SMA.

Gambar 4.5 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.3.5. Pekerjaan dan Jenis Produk Usaha

Pembiayaan KSU-BMT Rahayu hanya diperuntukkan bagi pedagang saja, sehingga dari 50 responden yang telah di teliti semuanya bekerja sebagai pedagang. Berbagai jenis produk usaha yang di miliki responden sangat berpariasi mulai dari kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder mereka produksi.

0 5 10 15 20 25 30

SD SMP SMA Diploma Sarjana (S1) Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat


(26)

Keseluruhan responden atau 100% adalah sebagai pemilik perusahaan, dimana usaha yang dilakukan adalah milik pribadi dari responden.

Dari 50 orang responden yang telah di teliti, jenis produk usaha nasabah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Responden Menurut Jenis Produk Usaha Jenis Produk Usaha Frekuensi Persentase %

Makanan dan Minuman 17 34 %

Pakaian 12 24 %

Perkakas Rumah Tangga 4 8%

Kerajinan Tangan 4 8%

Sayur dan Buah 13 26 %

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari keseluruhan responden atau 100% yakni sebanyak 50 orang responden, jenis produk usaha yang digeluti sangat berpariasi dan di bagi menjadi lima kelompok jenis produk usaha yaitu makanan dan minuman, pakaian, perkakas rumah tangga, kerajinan tangan dan sayur dan buah. Dari 50 orang responden, yang memiliki jenis produk usaha makanan dan minuman sebanyak 17 orang atau 34%, pakaian sebanyak 12 orang atau 24%, perkakas rumah tangga sebanyak 4 orang atau 8%, kerajinan tangan sebanyak 4 orang atau 8%, dan sayur dan buah sebanyak 13 orang atau 26%.


(27)

Gambar 4.6 : Distribusi Responden Menurut Jenis Produk Usaha

4.3.6 Lama Menjadi Nasabah

Kepercayaan masyarakat menjadi nasabah pada suatu BMT dapat di lihat dari berapa lama menjadi nasabah di BMT tersebut. Lamanya masyarakat menjadi nasabah KSU-BMT Rahayu terbagi menjadi lima kelompok yaitu mulai kurang dari 1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun dan lebih dari 4 tahun. Data responden berdasarkan lama menjadi nasabah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah Lama Menjadi Nasabah Frekuensi Persentase %

< 1 tahun 5 10%

1-2 tahun 11 22%

2-3 tahun 17 34%

3-4 tahun 14 28%

>4 tahun 3 6%

Jumlah 50 100%

Sumber: Data Primer 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Makanan dan Minuman Pakaian Perkakas Rumah Tangga Kerajinan Tangan

Sayur dan Buah Distribusi Responden menurut Jenis Produk


(28)

Dari tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa dari 50 orang responden, yang paling lama menjadi nasabah KSU-BMT Rahayu adalah 2-3 tahun dengan total responden sebanyak 17 orang atau 34%, responden yang menjadi nasabah 3-4 tahun sebanyak 14 orang atau 28%, responden yang menjadi nasabah 1-2 tahun sebanyak 11 orang atau 22%, responden yang menjadi nasabah di bawah 1 tahun sebanyak 5 orang atau 10%, dan responden yang menjadi nasabah lebih dari 4 tahun sebanyak 3 orang atau 6% dari total responden. Berdasarkan data lama menjadi nasabah KSU-BMT Rahayu dapat juga di gambarkan dengan grafik sebagai berikut:

Gambar 4.7 : Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah

4.3.7 Penghasilan

Penghasilan merupakan tujuan masyarakat melakukan suatu usaha. Untuk kategori penghasilan responden selama satu bulan, ada lima kelompok yang di sediakan oleh peneliti yaitu penghasilan dibawah Rp 1 juta/bulan, Rp 1.1-2

0 5 10 15 20

<1 tahun 1‐2 tahun 2‐3 tahun 3‐4 tahun >4 tahun Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjadi


(29)

juta/bulan, Rp 2.1-3 juta/bulan, 3.1-4 juta/bulan dan penghasilan lebih dari Rp 4 juta/bulan. Distribusi responden berdasarkan penghasilan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan/Bulan

Penghasilan/bulan Frekuensi Persentase %

<Rp 1.000.000 1 2%

Rp 1.100.000-2.000.000 12 24%

Rp 2.100.000-3.000.000 18 36%

Rp 3.100.000-4.000.000 13 26%

>Rp 4.000.000 6 12%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 50 orang responden, kelompok penghasilan nasabah KSU-BMT Rahayu tertinggi adalah Rp 2.1-3 juta/bulan sebanyak 18 orang atau 36%, selanjutnya nasabah dengan penghasilan Rp 3.1-4 juta/bulan sebanyak 13 orang atau 26%, nasabah dengan penghasilan Rp 1.1-2 juta/bulan sebanyak 12 orang atau 24%, nasabah dengan penghasilan lebih dari Rp 4 juta/bulan sebanyak 6 orang atau 12% dan nasabah dengan penghasilan dibawah Rp 1 juta/bulan sebanyak 1 orang atau 2% dari total responden. Dari data penghasilan nasabah dapat juga di gambarkan dengan grafik sebagai berikut:


(30)

Gambar 4.8 : Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

Dari data di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kota Pematang Siantar yang menjadi nasabah di KSU-BMT Rahayu merupakan masyarakat yang perekonomiannya menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat dari penghasilan nasabahnya paling banyak adalah kelompok penghasilan Rp 2.1-3 juta/bulan sebanyak 18 orang dengan persentase 36% dari 50 orang responden yang di telah teliti. Hal ini di karenakan pembiayaan yang di berikan oleh KSU-BMT Rahayu di khususkan bagi masyarakat menengah ke bawah.

4.3.8 Motif Responden Untuk Menjadi Nasabah KSU-BMT Rahayu

Ada beberapa motif yang mendorong masyarakat memutuskan untuk menjadi nasabah di KSU-BMT Rahayu. Berikut beberapa motif yang di anggap sebagai alasan yang mendorong masyarakat untuk menjadi nasabah KSU-BMT Rahayu:

1. Ajakan keluarga / teman 0

5 10 15 20

<Rp 1 juta Rp 1.1 ‐ 2 juta

Rp 2.1 ‐ 3 juta

Rp 3.1 ‐ 4 juta

>Rp 4 juta Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan


(31)

3. Kerahasiaan lebih terjamin

4. Hubungan baik dengan pengelolah 5. Bebas bunga pinjaman

6. Fleksibilitas dalam membayar cicilan 7. Lain-lain

Dari hasil kuisioner yang telah di lakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7

Motif Responden Untuk Menjadi Nasabah KSU-BMT Rahayu

Alasan Frekuensi Persentase %

Ajakan keluarga / teman 7 14 %

Prosesnya mudah dan cepat 21 42 %

Kerahasiaan lebih terjamin 1 2 %

Hubungan baik dengan pengelolah 8 16 %

Bebas bunga pinjaman 9 18 %

Fleksibilitas dalam membayar cicilan 4 8 %

Lain-lain - -

Jumlah 50 100 %

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa motif responden memutuskan untuk menjadi nasabah KSU-BMT Rahayu adalah yang pertama “prosesnya mudah dan cepat” dengan jumlah responden sebanyak 21 orang atau 42%, kemudian pada urutan kedua yakni “bebas bunga pinjaman” dengan jumlah responden sebanyak 9 orang atau 18%, kemudian pada urutan ketiga yakni “hubungan baik dengan pengelolah” sebanyak 8 orang atau 16%, kemudian pada urutan keempat yakni


(32)

“disarankan keluarga / teman” sebanyak 7 orang atau 14%, kemudian pada urutan kelima yakni “fleksibilitas dalam membayar cicilan” sebanyak 4 orang atau 8%, dan terakhir pada urutan keenam yakni “kerahasiaan lebih terjamin” sebanyak 1 orang atau 2% dari total responden. Sementara pada opsi “lain-lain” tidak ada responden yang merespon.

Maka kita dapat melihat mengapa masyarakat lebih memilih menjadi nasabah BMT dibandingkan di bank. Dalam pelayanannya BMT memberikan proses peminjaman yang cepat dan mudah jika dibandingkan dengan bank yang proses peminjamannya berbelit-belit dan proses pencairan dananya lebih lama.

Gambar 4.9 : Motif Responden Untuk Menjadi Nasabah KSU-BMT

Rahayu

4.3.9 Tingkat Pinjaman

Besarnya tingkat pinjaman responden yang diterima dari BMT berbeda-beda, yakni Rp 1-5 juta, Rp 6-10 juta, Rp 11-15 juta, dan Rp 16-20 juta. Besarnya

0 10 20 30

Motif Responden untuk menjadi Nasabah KSU-BMT Rahayu


(33)

Tabel 4.8

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pinjaman

Pinjaman Frekuensi Persentase %

Rp 1-5 juta 3 6 %

Rp 6-10 juta 14 28 %

Rp 11-15 juta 20 40 %

Rp 16-20 juta 13 26 %

Jumlah 50 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 50 orang responden yang mendapat pinjaman dari KSU-BMT Rahayu terbanyak adalah kelompok pinjaman Rp 11-15 juta sebanyak 20 orang dengan persentase 40%, selanjutnya kelompok pinjaman Rp 6-10 juta sebanyak 14 orang dengan persentase 28%, kelompok pinjaman Rp 16-20 juta sebanyak 13 orang dengan persentase 26%, dan terakhir kelompok pinjaman Rp 1-5 juta sebanyak 3 orang dengan persentase 6%.

Gambar 4.10 : Distribusi Responden Menurut Tingkat Pinjaman 0

5 10 15 20

Rp 1‐5 juta Rp 5‐10 juta Rp 11‐15 juta Rp 16‐20 juta Distribusi Responden Menurut Tingkat Pinjaman


(34)

4.3.10 Perkembangan Usaha Nasabah Setelah Mendapat Pembiayaan

Tujuan BMT adalah meningkatkan kesejahteraan anggota dan nasabah dan memajukan usaha para nasabahnya. Peran pembiayaan yang diberikan BMT kepada nasabah dapat dilihat dari berbagai sisi kehidupan usaha. Seperti kenaikan omset produksi, wilayah penjualan, total laba, jumlah karyawan dan aset perusahaan. Dari pembiayaan yang diberikan BMT tersebut memberikan dampak yang baik bagi perkembangan usaha nasabahnya, sebagaimana tujuan dari BMT itu sendiri. Dari 50 responden yang telah di teliti diperoleh hasil mengenai perkembangan usaha nasabah setelah mendapat pembiayaan dari BMT. Perkembangan usaha nasabah setelah mendapat pembiayaan dapat dilihat dari tebel berikut:

Tabel 4.9

Perkembangan Usaha Responden Setelah Mendapat Pembiayaan dari BMT

Pernyataan Tetap Meningkat Total

Omset Produksi 0

(0 %)

50 (100 %)

100 (100 %) Wilayah Penjualan 37

(64 %)

13 (26 %)

50 (100 %)

Total Laba 0

(0 %)

50 (100 %)

50 (100 %) Jumlah Karyawan 30

(60 %)

20 (40 %)

50 (100 %) Aset Perusahaan 0

(0 %)

50 (100 %)

50 (100 %) Sumber : Data Primer


(35)

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa perkembangan usaha nasabah setelah mendapat pembiayaan dari BMT meningkat. Hal ini dapat dilihat dari 50 responden menyatakan terjadi peningkatan pada omset produksi, total laba yang diterima dan aset perusahaan dengan persentase yang dicapai sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan yang diberikan BMT berpengaruh positif terhadap perkembangan usaha nasabahnya.

Namun pada sisi wilayah penjualan terdapat 13 orang responden dengan persentase 26% menyatakan wilayah penjualannya meningkat dan 37 responden dengan persentase 74% menyatakan bahwa wilayah penjualannya tetap. Sedangkan pada sisi jumlah karyawan terdapat 20 orang responden dengan persentase 40% menyatakan jumlah karyawannya meningkat dan 30 orang responden dengan persentase 60% menyatakan bahwa jumlah karyawannya tetap dan tidak mengalami perubahan.

Dari hasil penelitian terhadap 50 responden yang merupakan nasabah KSU-BMT Rahayu, mereka menyatakan terjadi peningkatan kehidupan secara financial setelah mendapat pembiayaan dari BMT dan dampaknya dirasakan langsung oleh nasabah tersebut. Kehidupan nasabah meningkat, diikuti dengan omset produksi dan total laba yang diterima meningkat. Hal ini menggambarkan bahwa pembiayaan yang diberikan BMT memberikan dampak yang sangat positif bagi perkembangan usaha para nasabahnya.


(36)

4.3.11 Peran KSU-BMT Rahayu Dalam Pengembangan Usaha Nasabah

KSU-BMT Rahayu sangat berperan dalam pengembangan usaha nasabahnya. KSU-BMT Rahayu melakukan pemberdayaan kepada nasabah dengan melakukan berbagai kegiatan seperti:

1. Pembiayaan

KSU-BMT Rahayu memberikan pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya. Proses pembiayaan yang dilakukan KSU-BMT Rahayu lebih mudah dan tidak berbelit-belit dalam proses pencairannya dibandingkan dengan perbankan. Pembiayaan BMT ini sangat membantu untuk mengembangkan usaha para nasabahnya.

2. Pembinaan

Nasabah KSU-BMT Rahayu khususnya pedagang kecil dan mikro dalam melakukan usahanya dan agar mampu mempertanggungjawabkan pembiayaannya, maka BMT sering melakukan pembinaan kewirausahaan maupun pengelolahan keuangan. Bentuk pembinaan yang dilakukan BMT dengan cara mengadakan seminar ataupun pelatihan-pelatihan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki nasabah.

4.4 Tanggapan Nasabah Tentang KSU-BMT Rahayu

Berikut adalah tanggapan para nasabah tentang KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar berdasarhan hasil kuisioner yang telah disebar.


(37)

Tabel 4.10

Tanggapan Nasabah Tentang KSU-BMT Rahayu di Kota Pematang Siantar No Uraian

Pertanyaan Tanggapan Sangat setuju (Orang) (%) Setuju (%) Kurang setuju (%) Tidak Setuju (%) Sangat Tidak Setuju (%) Total (Orang) 1. Kedekatan lokasi BMT dengan tempat tinggal nasabah 18 (36%) 25 (50 %) 7 (14%) 0 (0%) 0 (0%) 50 (100%) 2. Kemudahan pencapaian lokasi BMT 20 (40 %) 24 (48%) 6 (12%) 0 (0%) 0 (0%) 50 (100%) Rata-rata (%) 38,00 (%) 49,00 (%) 13,00 ( %) 0 ( %) 0 (%) 100 (%) Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.10 dapat dilihat penilaian terhadap tanggapan nasabah, dapat diketahui bahwa kedekatan lokasi BMT dengan tempat tinggal nasabah pada uraian pertama jawaban mengatakan sangat setuju sebanyak 18 responden dengan persentase 36%, menjawab setuju sebanyak 25 responden dengan persentase 50%, sedangkan sisanya sebanyak 7 responden atau 14% menjawab kurang setuju.

Pada uraian kedua diketahui bahwa kemudahan pencapaian lokasi BMT sebanyak 20 responden dengan persentase 40% menjawab sangat setuju, menjawab setuju sebanyak 24 responden dengan pesentase 48%, sedangkan sisanya sebanyak 6 responden atau 12% menjawab kurang setuju.


(38)

Tabel 4.11

Tanggapan Nasabah Tentang Pelayanan KSU-BMT Rahayu di Kota Pematang Siantar

No Uraian Pertanyaan Tanggapan Sangat Memuaskan (Orang) (%) Memuaskan (%) Kurang Memuaskan (%) Tidak Memuaskan (%) Sangat Tidak Memuaskan (%) Total (Orang) 1. Pemberian perhatian yang sungguh-sungguh dari karyawan setiap ada keluhan dari nasabah 29 (58 %) 21 (42 %) 0 ( 0 %)

0 ( 0 %)

0 ( 0%) 50 (100 %) 2. Pemberian informasi oleh karyawan dengan jelas dan mudah dimengerti 19 (38 %) 28 (56 %) 3 ( 6 %)

0 (0 %) 0 ( 0%) 50 (100 %) 3. Kecepatan dan ketepatan karyawan dalam melayani nasabah 30 (60 %) 19 ( 38%) 1 ( 2 %)

0 ( 0 %)

0 ( 0%) 50 (100 %) 4. Tindakan cepat dan tanggap oleh karyawan saat nasabah membutuhkan bantuan 25 (50 %) 23 (46 %) 2 ( 4 %)

0 ( 0 % )

0 ( 0%)

50 (100 %)

Rata-rata 51,50 (%) 45,50 ( %) 3,00 ( %) 0 ( % ) 0 (% ) 100 ( %) Sumber : Data Primer


(39)

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari uraian pertama yakni pemberian perhatian yang sungguh-sungguh dari karyawan setiap ada keluhan dari nasabah sebanyak 29 responden dengan persentase 58% menjawab sangat memuaskan, sedangkan sisanya 21 responden dengan persentase 42% menjawab memuaskan.

Pada uraian kedua yakni pada opsi pemberian informasi oleh karyawan dengan jelas dan mudah dimengerti sebanyak 19 responden dengan persentase 38% menjawab sangat memuaskan, sedangkan 28 responden dengan persentase 56% menjawab memuaskan. Dan sisanya sebanyak 3 responden dengan persentase 6% menjawab kurang memuaskan.

Selanjutnya pada uraian ketiga yakni pada opsi kecepatan dan ketepatan karyawan dalam melayani nasabah sebanyak 30 responden dengan persentase 60% menjawab sangat memuaskan, sedangkan 19 responden dengan persentase 38% menjawab memuaskan. Dan sisanya sebanyak 1 responden dengan persentase 2% menjawab kurang memuaskan.

Terakhir pada uraian keempat yakni pada opsi tindakan cepat dan tanggap oleh karyawan saat nasabah membutuhkan bantuan sebanyak 25 responden dengan persentase 50% menjawab sangat memuaskan, sedangkan 23 responden dengan persentase 46% menjawab memuaskan. Dan sisanya sebanyak 2 responden dengan persentase 4% menjawab kurang memuaskan.


(40)

Tabel 4.12

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Kepedulian Karyawan Terhadap Nasabah

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SM M KM TM STM

1. SD 0 1 0 0 0 1

2. SMP 7 6 0 0 0 13

3. SMA 18 9 0 0 0 27

4. Diploma 3 4 0 0 0 7

5. Sarjana (S1) 1 1 0 0 0 2

Total 29 21 0 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada uraian pertanyaan kepedulian karyawan terhadap nasabah pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden yang menjawab memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 7 responden menjawab sangat memuaskan dan 6 responden menjawab memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 18 responden menjawab sangat memuaskan dan 9 responden menjawab memuaskan.

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 3 responden menjawab sangat memuaskan dan 4 responden menjawab memuaskan.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 1 responden menjawab sangat memuaskan dan 1 responden menjawab memuaskan.


(41)

Tabel 4.13

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Kejelasan Informasi Dari Karyawan BMT

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SM M KM TM STM

1. SD 1 0 0 0 0 1

2. SMP 5 7 1 0 0 13

3. SMA 10 15 2 0 0 27

4. Diploma 3 4 0 0 0 7

5. Sarjan (S1) 0 2 0 0 0 2

Total 19 28 3 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada uraian pertanyaan kejelasan informasi dari karyawan BMT pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden menjawab sangat memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 5 responden menjawab sangat memuaskan, 7 responden menjawab memuaskan dan 1 responden menjawab kurang memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMA sebnayak 10 responden menjawab sangat memuaskan, 15 responden menjawab memuaskan dan 2 responden menjawab kurang memuaskan.

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 3 responden menjawab sangat memuaskan dan 4 responden menjawab memuaskan.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 2 responden yang menjawab memuaskan.


(42)

Tabel 4.14

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Kecepatan Dan Ketepatan Karyawan Dalam Melayani Nasabah

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SM M KM TM STM

1. SD 1 0 0 0 0 1

2. SMP 9 4 0 0 0 13

3. SMA 17 10 0 0 0 27

4. Diploma 3 4 0 0 0 7

5. Sarjan (S1) 0 1 1 0 0 2

Total 30 19 1 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada uraian pertanyaan kecepatan dan ketepatan karyawan dalam melayani nasabah pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden yang menjawab sangat memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 9 responden menjawab sangat memuaskan dan 4 responden menjawab memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 17 responden menjawab sangat memuaskan dan 10 responden menjawab memuaskan.

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 3 responden menjawab sangat memuaskan dan 4 responden menjawab memuaskan.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 1 responden menjawab memuaskan dan 1 responden menjawab kurang memuaskan.


(43)

Tabel 4.15

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Kesigapan Karyawan Saat Nasabah Membutuhkan Bantuan

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SM M KM TM STM

1. SD 0 0 1 0 0 1

2. SMP 5 8 0 0 0 13

3. SMA 16 11 0 0 0 27

4. Diploma 3 4 0 0 0 7

5. Sarjan (S1) 1 0 1 0 0 2

Total 25 23 2 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada uraian pertanyaan kesigapan karyawan saat nasabah membutuhkan bantuan pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden yang menjawab kurang memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 5 responden menjawab sangat memuaskan dan 8 responden menjawab memuaskan.

Pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 16 responden menjawab sangat memuaskan dan 11 responden menjawab memuaskan.

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 3 responden menjawab sangat memuaskan dan 4 responden menjawab memuaskan.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 1 responden menjawab sangat memuaskan dan 1 responden menjawab kurang memuaskan.


(44)

Tabel 4.16

Tanggapan Nasabah Tentang Pelayanan KSU-BMT Rahayu di Kota Pematang Siantar

No Uraian Pertanyaan Tanggapan Sangat Baik (Orang) (%) Baik (%) Kurang Baik (%) Tidak Baik (%) Sangat Tidak Baik (%) Total (Orang) 1. Kebersihan gedung dan ruangan transaksi 28 (56 %) 22 (44 %) 0 ( 0 %)

0 ( 0 %)

0 ( 0%) 50 (100 %) 2. Keindahan interior ruang transaksi 16 (32 %) 30 (60 %) 4 ( 8 %)

0 (0 %) 0 ( 0%) 50 (100 %)

3. Cara berpakaian karyawan (bersih dan Sopan) 32 (64 %) 18 ( 36%) 0 (0 %) 0 ( 0 %)

0 ( 0%) 50 (100 %) 4. Fasilitas pendukung (ruang tunggu, parkir dan lain-lain) 15 (30 %) 24 (48 %) 11 ( 22 %)

0 ( 0 % )

0 ( 0%)

50 (100 %)

Rata-rata 45,50 (%) 47,00 ( %) 7,50 ( %) 0 ( % ) 0 (% ) 100 ( %) Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwa dari uraian pertama yakni kebersihan gedung dan ruang transaksi sebanyak 28 responden dengan persentse 56% menjawab sangat baik, sedangkan sisanya 22 responden dengan persentase 44% menjawab baik.

Pada uraian kedua yakni pada opsi keindahan interior ruang transaksi sebanyak 16 responden dengan persentase 32% menjawab sangat baik, 30 responden dengan persentase 60% menjawab baik, sedangkan sisanya 4


(45)

Selanjutnya pada uraian ketiga yakni pada opsi cara berpakaian karyawan (bersih dan sopan) sebanyak 32 responden dengan persentase 64% menjawab sangat baik, sedangkan sisanya sebanyak 18 responden dengan persentase 36% menjawab baik.

Terakhir pada uraian keempat yakni pada opsi fasilitas pendukung (ruang tunggu, parkir dan lain-lain) sebanyak 15 responden dengan persentase 30% menjawab sangat baik, 24 responden dengan persentase 48% menjawab baik, sedangkan sisanya 11 responden dengan persentase 22% menjawab kurang baik.

Tabel 4.17

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Kebersihan Gedung Dan Ruang Transaksi

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SB B KB TB STB

1. SD 1 0 0 0 0 1

2. SMP 7 6 0 0 0 13

3. SMA 15 12 0 0 0 27

4. Diploma 4 3 0 0 0 7

5. Sarjan (S1) 1 1 0 0 0 2

Total 28 22 0 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa pada uraian pertanyaan kebersihan gedung dan ruang transaksi pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden menjawab sangat baik.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 7 responden menjawab sangat baik, sedangkan 6 responden menjawab baik.


(46)

Pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 15 responden menjawab sangat baik, sedangkan 12 responden menjawab baik.

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 4 responden menjawab sangat baik, sedangkan 3 responden menjawab baik.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 1 responden menjawab sangat baik dan 1 responden menjawab baik.

Tabel 4.18

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Keindahan Interior Ruang Transaksi

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SB B KB TB STB

1. SD 0 0 1 0 0 1

2. SMP 4 9 0 0 0 13

3. SMA 10 16 1 0 0 27

4. Diploma 2 4 1 0 0 7

5. Sarjan (S1) 0 1 1 0 0 2

Total 16 30 4 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa dari uraian pertanyaan keindahan interior ruang transaksi pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden menjawab kurang baik.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 4 responden menjawab sangat baik, sedangkan 9 responden menjawab baik.

Pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 10 responden menjawab sangat baik, 16 responden menjawab baik, dan 1 responden menjawab kurang baik.


(47)

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 2 responden menjawab sangat baik, 4 responden menjawab baik dan 1 responden menjawab kurang baik.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 1 responden menjawab baik dan 1 responden menjawab kurang baik.

Tabel 4.19

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Cara Berpakaian Karyawan (Bersih dan Sopan)

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SB B KB TB STB

1. SD 1 0 0 0 0 1

2. SMP 5 8 0 0 0 13

3. SMA 19 8 0 0 0 27

4. Diploma 5 2 0 0 0 7

5. Sarjan (S1) 2 0 0 0 0 2

Total 32 18 0 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa dari uraian pertanyaan cara berpakaian karyawan (bersih dan sopan) pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden menjawab sangat baik.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 5 responden menjawab sangat baik dan 8 responden menjawab baik.

Pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 19 responden menjawab sangat baik dan 8 responden menjawab baik.

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 5 responden menjawab sangat baik dan 2 responden menjawab baik.


(48)

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 2 responden menjawab sangat baik.

Tabel 4.20

Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan Fasilitas Pendukung (Ruang Tunggu, Parkir dan Lain-lain)

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan

Total

SB B KB TB STB

1. SD 0 1 0 0 0 1

2. SMP 4 7 2 0 0 13

3. SMA 10 13 4 0 0 27

4. Diploma 1 3 3 0 0 7

5. Sarjan (S1) 0 0 2 0 0 2

Total 15 24 11 0 0 50

Sumber : Data Primer

Dari tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa dari uraian pertanyaan fasilitas pendukung (ruang tunggu, parkir dan lain-lain) pada tingkat pendidikan SD sebanyak 1 responden menjawab baik.

Pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 4 responden menjawab sangat baik, 7 responden menjawab baik dan 2 responden menjawab kurang baik.

Pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 10 responden menjawab sangat baik, 13 responden mnejawab baik dan 4 responden menjawab kurang baik.

Pada tingkat pendidikan Diploma sebanyak 1 responden menjawab sangat baik, 3 responden menjawab baik dan 3 responden menjawab kurang baik.

Sedangkan pada tingkat pendidikan Sarjana (S1) sebanyak 2 responden menjawab kurang baik.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis prospek pengembangan usaha oleh KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa KSU-BMT Rahayu berperan penting dalam prospek pengembangan usaha nasabah. Hal ini dapat dilihat dari peran BMT dalam pengembangan usaha nasabahnya seperti memberikan pembiayaan, pembinaan serta pelatihan usaha. Hasilnya nasabah KSU-BMT Rahayu merasakan manfaat pembiayaan, pembinaan dan pelatihan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan omset produksi, kenaikan laba, asset perusahaan, jaringan dan juga pemasaran usaha nasabah.

2. Dari segi omset nasabah, terjadi perbedaan omset nasabah setelah mendapat pembiayaan dari KSU-BMT Rahayu. Hal ini dapat dilihat dari 50 responden, seluruhnya menyatakan terjadi peningkatan pada omset produksi, total laba dan asset perusahaan. Sedangkan pada wilayah penjualan 13 responden menyatakan meningkat dan pada jumlah karyawan 20 responden menyatakan jumlah karyawannya meningkat.


(50)

5.2 Saran

1. Kehadiran KSU-BMT Rahayu di kota Pematang Siantar memberikan pengaruh yang positif bagi pengembangan UMK yang saat ini belum dapat perhatian yang lebih dari pemerintah. Karakteristik sistem BMT yang berbeda dengan lembaga keuangan lainnya merupakan wadah yang cocok bagi UMK untuk mendapatkan pembiayaan yang menguntungkan guna mengembangkan usahanya. Bagi para UMK penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dalam keputusan pengambilan kredit modal usaha untuk pengembangan usahanya.

2. Kepada pihak BMT diharapkan dapat terus membenahi kualitas pelayanannya baik itu pelayanan (tindakan/perbuatan karyawan terhadap nasabah) maupun kualitas pelayanan (sarana, alat dan kelengkapan dalam bertransaksi) guna memenuhi harapan masyarakat terhadap lembaga pembiayaan yang aman, nyaman, islami dan dapat dipercaya.


(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Keuangan Syari’ah

Sesuai dengan sistem keuangan yang ada di Indonesia, maka dalam operasionalnya lembaga keuangan dapat berbentuk lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Menurut SK Menkeu RI No. 792, lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Lembaga keuangan menurut Dahlan Siamat adalah “badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan (claims) dibandingkan dengan aset nonfinansial atau aset riil. Dengan demikian, lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan (Soemitra, 2010: 29).

Maretha Syahbania mengatakan Lembaga keuangan syariah merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial asset) maupun non-financial asset atau aset-aset riil berlandaskan konsep syariah (ethasyahbania.blogspot.com). Lembaga keuangan syariah berbeda dengan lembaga keuangan konvensional baik secara tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup serta tanggung jawabnya. Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis yang terkait. Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan dan


(52)

keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Soemitra, 2010: 35-36).

Prinsip-prinsip lembaga keuangan syariah yaitu:

1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan resiko masing-masing pihak.

2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.

3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya.

4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip islam sebagai rahmatan lil alamin.

Lembaga keuangan syariah memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional. Adapun ciri-ciri lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:

1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

2. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan Syariah sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur.


(53)

3. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit orianted, tetapi juga falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

4. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial.

5. Lembaga keuangan syariah hanya melakukan investasi yang halal dan

tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar islam.

2.1.1 Struktur Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia

Sistem keuangan di Indonesia di jalankan oleh dua jenis lembaga keuangan, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank.

1. Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan bank secara operasional di bina dan di awasi oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI. Lembaga keuangan bank terdiri dari (Soemitra, 2010: 45):

a. Bank Umum Syariah

Sejak dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang di ubah dengan No. 10 Tahun 1998 bank umum terdiri dari bank konvensional dan bank syariah belakangan, disahkan pula UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah dalam rapat paripurna DPR tanggal 17 Juni 2008 yang menjadi payung hukum perbankan syariah nasional di mana Bank Syariah terdiri dari Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.


(54)

b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Jenis produk yang ditawarkan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah relatif sempit dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring.

2. Lembaga Keuangan Non-Bank

Lembaga keuangan nonbank lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Masing-masing lembaga keuangan nonbank mempunyai ciri-ciri usahanya sendiri. Lembaga keuangan nonbank secara operasional di bina dan di awasi oleh Departemen Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI.

Lembaga keuangan nonbank dengan prinsip syariah antara lain (Sudarsono, 2004: 8):

1. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) dan Koperasi Pondok Pesantren

Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank syariah atau BPR syariah. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (tijarah), sewa (ijarah), dan titipan (wadiah).


(55)

2. Asuransi Syariah (Takaful)

Asuransi syariah menggantikan prinsip bunga dengan prinsip dana kebajikan (tabarru), di mana sesama umat di tuntun untuk saling tolong-menolong ketika saudara mengalami musibah.

3. Reksadana Syariah

Reksadana syariah mengganti sistem deviden dengan bagi hasil mudharabah dan hanya mempertimbangkan investasi-investasi yang halal sebagai portfolionya.

4. Pasar Modal Syariah

Sebagaimana reksadana syariah, pasar modal syariah juga menggunakan prinsip yang sama.

5. Pegadaian Syariah (Rahn)

Pegadaian syariah menggunakan sistem jasa administrasi dan bagi hasil untuk menggantikan sistem bunga.

6. Lembaga Zakat, Infaq, Shadaqah dan Waqaf

Lembaga ini merupakan lembaga yang hanya ada dalam sistem keuangan islam, karena islam mendorong umatnya untuk menjadi sukarelawan dalam beramal. Dana inni hanya boleh di alokasikan untuk kepentingan sosial atau peruntukan yang telah digaiskan meurut syariah islam (misalnya alokasi zakat maal dan zakat fitrah telah di tentukan oleh alqur’an).


(56)

2.2 Sejarah Perkembangan BMT

a. Masa Rasulullah SAW

Pada masa Rasulullah SAW, Baitul Mal lebih mempunyai pengertian sebagai pihak (Al-Jihat) yang menangani setiap harta benda kaum muslimin, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran. Saat itu Baitul Mal belum memiliki tempat khusus untuk menyimpan harta karena saat itu harta yang diperoleh belum begitu banyak. Jika ada, harta yang diperoleh hampir selalu habis dibagi-bagikan kepada kaum muslimin serta dibelanjakan untuk pemeliharaan urusan mereka. Rasulullah SAW senantiasa membagikan ghanimah dan seperlima bagian darinya (al-akhmas) setelah usainya peperangan, tanpa menunda-nundanya lagi. Dengan kata lain, beliau segera menginfakkannya sesuai peruntukannya masing-masing. b. Masa Abu Bakar Ash Shiddiq

Pada masa Abu Bakar Ash Shiddiq, keadaan Baitul Mal berlangsung masih seperti pada masa Rasulullah SAW di tahun pertama kekhalifahannya, Jika datang harta kepadanya dari wilayah-wilayah kekuasaan khilafah islamiyah, Abu Bakar membawa harta itu ke Masjid Nabawi dan membagikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Pada tahun kedua kekhalifahannya, Abu Bakar merintis embrio Baitul Mal dalam arti yang lebih luas. Baitul Mal bukan sekedar berarti pihak (al-jihat) yang menangani harta umat, namun juga berarti suatu temapat (al-makan) untuk menyimpan harta Negara. Abu bakar menyiapkan tempat khusus di rumahnya berupa karung atau kantong (ghirarah) untuk menyiapkan harta yang dikirimkan ke Madinah. Hal ini berlangsung sampai kewafatannya pada tahun 13 H/ 634 M.


(57)

c. Masa Umar bin Khaththab

Pada masa Umar bin Khaththab tetap memelihara Baitul Mal secara hati-hati, menerima pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai dengan aturan syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah satu pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir, penulis sejarah dan mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam Baitul Mal, Umar berkata, “Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik Allah ini melainkan dua potong pakaian musim panas dan sepotong pakaian musim dingin serta uang yang cukup untuk kehidupan sehari-hari seseorang di antara orang-orang Quraisy biasa, dan aku adalah seorang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.” (Dahlan, 1999).

d. Masa Utsman bin Affan

Pada masa Utsman bin Affan, kondisi Baitul Mal hampir sama pada masa sebelumnya. Namun, dalam hal ini, lbnu Sa’ad menukilkan ucapan Ibnu Syihab Az Zuhri, seorang yang sangat besar jasanya dalam mengumpulkan hadis, yang menyatakan, “Usman telah mengangkat sanak kerabat dan keluarganya dalam jabatan-jabatan tertentu pada enam tahun terakhir dari masa pemerintahannya. Ia memberikan khumus (seperlima ghanimah) kepada Marwan yang kelak menjadi Khalifah ke-4 Bani Umayyah, memerintah antara 684-685 M dari penghasilan Mesir serta memberikan harta yang banyak sekali kepada kerabatnya dan ia (Usman) menafsirkan tindakannya itu sebagai suatu bentuk silaturahmi yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ia juga menggunakan harta dan meminjamnya dari Baitul Mal sambil berkata, ‘Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka dari Baitul Mal, sedangkan aku telah mengambilnya dan


(58)

membagi-bagikannya kepada sementara sanak kerabatku.’ Itulah sebab rakyat memprotesnya.” (Dahlan, 1999).

d. Masa Ali bin Abi Talib

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, kondisi Baitul Mal ditempatkan kembali pada posisi yang sebelumnya. Ali, yang juga mendapat santunan dari Baitul Mal, seperti disebutkan oleh lbnu Kasir, mendapatkan jatah pakaian yang hanya bisa menutupi tubuh sampai separuh kakinya, dan sering bajunya itu penuh dengan tambalan.

e. Masa Khalifah-Khalifah Sesudahnya

Ketika dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayyah, kondisi Baitul Mal berubah. Al Maududi menyebutkan, jika pada masa sebelumnya Baitul Mal dikelola dengan penuh kehati-hatian sebagai amanat Allah SWT dan amanat rakyat, maka pada masa pemerintahan Bani Umayyah Baitul Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan Khalifah tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik oleh rakyat (Dahlan, 1999). Keadaan itu berlangsung sampai datangnya Khalifah ke-8 Bani Umayyah, yakni Umar bin Abdul Aziz (memerintah 717-720 M). Umar berupaya untuk membersihkan Baitul Mal dari pemasukan harta yang tidak halal dan berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Umar membuat perhitungan dengan para Amir bawahannya agar mereka mengembalikan harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah. Di samping itu, Umar sendiri mengembalikan milik pribadinya sendiri, yang waktu itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, ke Baitul Mal. Harta tersebut diperoleh dan warisan ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan. Di antara harta


(59)

itu terdapat perkampungan Fadak, desa di sebelah utara Mekah, yang sejak Nabi SAW wafat dijadikan rnilik negara. Namun, Marwan bin Hakam (khalifah ke-4 Bani Umayah, memerintah 684-685 M) telah memasukkan harta tersebut sebagai milik pribadinya dan mewariskannya kepada anak-anaknya. (Dahlan, 1999) f. Perkembangan BMT di Indonesia

Upaya merintis pendirian BMT di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1990-an. Berdirinya BMT bersamaan dengan usaha pendirian Bank Syariah di Indonesia. Bank Syariah pertama di Indonesia adalah Bank Mualalat Indonesia (BMI). Pada saat itu operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan Bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah.

Seperti lembaga-lembaga ekonomi lainnya, kedudukan dan satus BMT merupakan lembaga keuangan yang memiliki badan hukum. Tiga landasasn pokok pendirian BMT yakni filosofis, sosiologis dan yuridis menjadi patokan dasar utama kenapa BMT dianggap sebagai lembaga keuangan syariah yang berbadan hukum.

Secara filosofis, gagasan pendirian BMT didasarakan kepada kepentingan menjabarkan prinsip-prinsip ekonomi islam (fiqh al-muamalah) dalam praktek. Prinsip-prinsip ekonomi islam sejenis tauhid, keadilan, persamaan, kebebasan, tolong-menolong dan toleransi menjadi kerangka filosofis bagi pendirian BMT di Indonesia. Selain itu, azas-azas muamalah seperti kekeluargaan, gotong-royong, mengambil manfaat dan menjauhi mudharat serta kepedulian terhadap golongan


(60)

ekonomi lemah menjadi dasar utama bagi kepentingan mendirikan BMT di Indonesia (Sadrah, 2004: 49).

Secara sosiologis, pendirian BMT di Indonesia lebih didasarkan kepada adanya tuntutan dan dukungan dari umat islam bagi adanya lembaga keuangan berdasarkan syariah. Seperti diketahui, umat islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia, tetapi belum ada lembaga keuangan berbasiskan syariah. Pada akhirnya, ide pembentukan BMT semakin mencuat ke permukaan di awal tahun 1990-an (Sadrah, 2004: 49).

Adapun secara yuridis, pendirian BMT di Indonesia diilhami oleh keluarnya kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 7/1992 dan PP No. 72/1992 tentang perbankan. Pada saat bersamaan, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sangat aktif melakukan pengkajian intensif tentang pengembangan ekonomi islam di Indonesia. Dari berbagai penelitian dan pengkajian tersebut, maka terbentuklah BMT-BMT di Indonesia. ICMI berperan besar dalam mendorong pendirian BMT-BMT di Indonesia (Sadrah, 2004:49).

Pengembangan BMT merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah (YINBUK). YINBUK sendiri dibentuk oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan akta notaries Leila Yudoparipurno, SH. Nomor 5 tanggal 13 Maret 1995 (Soemitra, 2010: 455).


(61)

1. Mensupervisi dan membina teknis, administrasi, pembukuan, dan finansial BMT-BMT yang terbentuk.

2. Mengembangkan sumber daya manusia dengan melakukan inkubasi bisnis pengusaha baru dan penyuburan pengusaha yang ada.

3. Mengembangkan teknologi maju untuk para nasabah BMT sehingga meningkat nilai tambahnya.

4. Memberikan penyuluhan dan latihan.

5. Melakukan promosi, pemasaran hasil dan mengembangkan jaringan perdagangan usaha kecil.

6. Memfasilitasi alat-alat yang tidak mampu dimiliki oleh pengusaha secara perorangan, seperti faks alat-alat promosi dan alat-alat pendukung lainnya.

2.2.1 Pengertian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitulmaal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti; zakat, infaq, dan sedekah. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial (Sudarsono, 2004: 96). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya (Soemitra, 2010: 452).


(62)

BMT juga merupakan lembaga keuangan syariah yang mandiri dan terpadu serta berfungsi untuk mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka menunjang kegiatan usaha kecil dan menengah di masyarakat. Berdirinya BMT dilatarbelakangi karena adanya tuntutan masyarakat bagi adanya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Prinsip dan tujuan dari didirikannya BMT adalah menyelenggarakan berbagai jenis produk pelayanan dan jasa keuangan kepada masyarakat yang terhindar dari praktek-praktek usaha yang berbau riba (Sadrah, 2004: 114).

BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) menurut Soemitra (2009) adalah “lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin”.

Baitul Mal Wat Tamwil mempunyai visi dan misi dalam operasionalnya. Visi BMT, yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, yang kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. Misi BMT, yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridha Allah SWT (Soemitra, 2010: 453).


(63)

2.2.2 Karakteristik BMT

Pengembangan infrastruktur ekonomi islam salah satunya dapat dilakukan melalui BMT. Sebagai instrument lembaga keuangan syariah, BMT mempunyai karakteristik sebagai berikut (Soemitra, 2010: 115-116):

1. Business Oriented, yaitu bertujuan untuk mencari laba dan keuntungan bersama dikalangan anggotanya dari berbagai kegiatan usaha yang dikelola.

2. Social Benefit, yaitu dapat menyelenggarakan pengelolaan dana infaq, zakat dan shadaqah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

3. People Economic System, yaitu menjadi lembaga keuangan syariah yang bergantung kepada peran serta masyarakat di dalamnya.

4. Accountable Economic System, yaitu menjadi lembaga keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

2.2.3 Fungsi BMT

Adapun fungsi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah sebagai berikut (Huda, 2010: 363-364):

1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).


(64)

2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.

3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.

4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai resiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

5. Sebagai satu lembaga keuangan mikro islam yang dapat memberikan pembiayaan bagi usaha kecil, mikro dan menengah dan juga koperasi dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi UMKMK tersebut.

Selain fungsi umum, BMT juga mempunyai fungsi di masyarakat, yaitu (Huda, 2010: 364):

1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih profesional, salaam (selamat, damai dan sejahtera), dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah) menghadapi tantangan global.

2. Mengorganisasi dan memobolisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.


(65)

4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk anggota. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial masyarakat banyak.

2.2.4 Peranan BMT

Adapun peranan BMT adalah sebagai berikut (Huda, 2004: 264):

1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non islam. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting ekonomi islami.

2. Malakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.

3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu sedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana, dan lain sebagainya.

4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang rata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan


(66)

kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis jenis pembiayaan yang dilakukan.

2.2.5 Prinsip-prinsip utama BMT

Sebagai lembaga keuangan islam, tentu saja BMT mempunyai prinsip-prinsip utama dalam menjalankan kegiatannya. Prinsip-prinsip utama BMT yaitu (Soemitra, 2010: 453):

1. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah islam ke dalam kehidupan nyata.

2. Keterpaduan (kaffah) dimana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakkan etika moral yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia.

3. Kekeluargaan (kooperatif) 4. Kebersamaan

5. Kemandiriran 6. Profesionalisme

7. Istikamah: konsisten, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.

2.2.6 Akad, Produk Dana dan Jenis Usaha Pembiayaan BMT

Dalam menjalankan usahanya, ada berbagai akad yang ada dalam BMT dan akad tersebut mirip dengan akad yang ada pada bank pembiayaan rakyat islam. Adapun akad-akad tersebut adalah: pada sistem operasional BMT, pemilik


(67)

tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil (Huda, 2010: 366). Produk penghimpunan dana lembaga keuangan islam adalah (Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003):

1. Giro Wadiah, adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja. Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh BMT. Besarnya bonus tidak ditetapkan di muka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT. Walaupun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif (Fatwa DSN-MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000).

2. Tabungan Mudarabah, dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah bertindak sebagai shahibul mal dan lembaga keuangan islam bertindak sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).

3. Deposito Mudarabah, BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan islam dan mengembangkannya. BMT bebas mengelola dana (mudarabah mutaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah sebagai shahibul mal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan pengguna dana untuk jenis dan tempat tertentu. Jenis ini disebut mudarabah muqayyadah.


(68)

Sedangkan jenis usaha pembiayaan BMT lebih diarahkan pada pembiayaan usaha mikro, kecil bawah dan bawah. Diantara usaha pembiayaan tersebut adalah:

1. Pembiayaan Mudharabah. 2. Pembiayaan Musyarakah. 3. Pembiayaan Murabahah.

4. Pembiayaan Bay’ bi Saman Ajil 5. Al-Qardhul Hasan.

Usaha-usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan BMT yang berkaitan langsung dengan masalah keuangan. Selain kegiatan-kegiatan keuangan tersebut, BMT juga mengembangkan usaha dibidang sektor ril, seperti kios telepon, kios benda pos, memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan produktivitas hasil para nasabah, mendorong tumbuhnya industri rumah tangga atau pengolahan hasil, mempersiapkan jaringan perdagangan atau pemasaran masukan dan hasil produksi, serta usaha lainnya yang layak, menguntungkan dalam jangka panjang dan tidak menganggu program jangka pendek (Soemitra, 2010: 464).

2.3 Mendirikan BMT

2.3.1 Modal pendirian BMT

BMT dapat didirikan dengan modal awal sebesar Rp20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) atau lebih. Namun demikian, jika terdapat kesulitan dalam mengumpulkan modal awal, dapat dimulai dengan modal Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) bahkan Rp5.000.000 (lima juta rupiah). Modal awal ini


(69)

masjid atau BAZIS setempat. Namun sejak awal anggota pendiri BMT harus terdiri antara 20 sampai 44 orang. Jumlah batasan 20 sampai 44 anggota pendiri, ini diperlukan agar BMT menjadi milik masyarakat setempat (Sudarsono, 2004: 105).

2.3.2 Tahap Pendirian BMT

Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam pendirian BMT adalah sebagai berikut (Sudarsono, 2004: 105):

1. Pemrakarsa membentuk Panitia Penyiapan Pendirian BMT (P3B) di lokasi tertentu, seperti masjid, pesantren, desa miskin, kelurahan, kecamatan atau lainnya.

2. P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar Rp5.000.000,- sampai 10.000.000 atau lebih besar mencapai Rp20.000.000, untuk segera memulai langkah operasional. Modal awal ini dapat berasal dari perorangan, lembaga, yayasan, BAZIS, pemda atau sumber-sumber lainnya.

3. Atau langsung mencari pemodal-pemodal pendiri dari 20 sampai 44 orang di kawasan itu untuk mendapatkan dana urunan hingga mencapai jumlah Rp20.000.000 atau minimal Rp5.000.000.

4. Jika calon pemodal telah ada maka dipilih pengurus yang ramping (3 sampai 5 orang) yang akan mewakili pendiri dalam mengerahkan kebijakan BMT.

5. Melatih 3 calon pengelola (minimal berpendidikan D3 dan lebih baik S1) dengan menghubungi Pusdiklat PINBUK Propinsi atau Kab/Kota.


(1)

10.Seluruh sahabat-sahabat dan rekan seperjuangan penulis khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan stambuk 2008 yang telah banyak memberikan motivasi, doa, dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis di dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis hanya mampu mendo’akan semoga amal semua pihak di terima Allah SWT, Amin. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 8 Januari 2013 Penulis

Hardiansyah (080501017)


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………...……….. ii

ABSTRACT ………...………... iii

KATA PENGANTAR ..……… iv

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ..……….. ix

DAFTAR GAMBAR ...………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ..……….. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 3

1.4 Manfaat Penelitian ……… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Keuangan Syari’ah ……… 5

2.1.1 Struktur Lembaga Keuangan Syari’ah di Indonesia. 7

2.2 Sejarah Perkembangan BMT ……… 10

2.2.1 Pengertian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) ………. 15

2.2.2 Karakteristik BMT ……….. 17

2.2.3 Fungsi BMT ……… 17

2.2.4 Peranan BMT ……….. 19

2.2.5 Prinsip-prinsip Utama BMT ………... 20

2.2.6 Akad, produk Dana dan Jenis Usaha Pembiayaan BMT ………. 20

2.3 Mendirikan BMT ……….. 22

2.3.1 Modal Pendirian BMT ……… 22

2.3.2 Tahap Pendirian BMT ……… 23

2.3.3 Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK …….. 24

2.3.4 Prinsip Pemberian Pembiayaan BMT ………. 25


(3)

3.5 Metode Analisis Data ………. 30

3.6 Definisi Operasional ………... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Pematang Siantar ………. 32

4.1.1 Lokasi Penelitian ……….. 32

4.2 KSU-BMT Rahayu ………. 34

4.2.1 Profil KSU-BMT Rahayu ………. 35

4.2.2 Visi dan Misi KSU-BMT Rahayu ………. 36

4.2.3 Tujuan KSU-BMT Rahayu ……… 36

4.2.4 Produk-produk KSU-BMT Rahayu ……….. 37

4.2.5 Struktur Organisasi KSU-BMT Rahayu ………… 39

4.2.6 Masalah KSU-BMT Rahayu ……….. 39

4.3 Hasil Analisa dan Pembahasan ……… 40

4.3.1 Karakteristik Responden ……… 40

4.3.2 Umur ……….. 40

4.3.3 Jenis Kelamin ………. 42

4.3.4 Tingkat Pendidikan ………. 43

4.3.5 Pekerjaan dan Jenis Produk Usaha ………. 44

4.3.6 Lama Menjadi Nasabah ……….. 46

4.3.7 Penghasilan ………. 47

4.3.8 Motif Responden Untuk Menjadi Nasabah KSU- BMT Rahayu ……….. 49

4.3.9 Tingkat Pinjaman ………... 51

4.3.10 Perkembangan Usaha Nasabah Setelah Mendapat Pembiayaan ………... 53

4.3.11 Peran KSU-BMT Rahayu Dalam Pengembangan Usaha Nasabah ………. 55

4.4 Tanggapan Nasabah Tentang KSU-BMT Rahayu …….. 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 68

5.2 Saran ………... 69

DAFTAR PUSTAKA ………... 70


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ………. 41 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……...… 42 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43 4.4 Distribusi Responden Menurut Jenis Produk Usaha .………. 45 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah . 46 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan/Bulan .…... 48 4.7 Motif Responden Untuk Menjadi Nasabah KSU-BMT

Rahayu ……….. 50 4.8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pinjaman ………… 52 4.9 Perkembangan Usaha Responden Setelah Mendapat

Pembiayaan Dari BMT ………...……….. 53 4.10 Tanggapan Nasabah Tentang KSU-BMT Rahayu di Kota

Pematang Siantar ………... 56 4.11 Tanggapan Nasabah Tentang Pelayanan KSU-BMT Rahayu

di Kota Pematang Siantar ……….. 57 4.12 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan

Kepedulian Karyawan Terhadap Nasabah ……… 59 4.13 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan

Kejelasan Informasi Dari Karyawan BMT ……… 60 4.14 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan

Kecepatan Dan Ketepatan Karyawan Dalam Melayani

Nasabah ……….. 61 4.15 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan

Kesigapan Karyawan Saat Nasabah Membutuhkan Bantuan . 62 4.16 Tanggapan Nasabah Tentang Pelayanan KSU-BMT Rahayu

di Kota Pematang Siantar ……….. 63 4.17 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan

Kebersihan Gedung Dan Ruang Transaksi ……… 64 4.18 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan

Keindahan Interior Ruang Transaksi ………. 65 4.19 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Responden dengan


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK ………. 24

4.1 Kota Pematang Siantar ……….. 34

4.2 Struktur Organisasi KSU-BMT Rahayu ……… 39

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ………. 42

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 43

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44

4.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Produk Usaha ……. 46

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ………. 47

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan ………... 49

4.9 Motif Responden Untuk Menjadi Nasabah KSU-BMT Rahayu ………... 51

4.10 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pinjaman ……… 52


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman