Evolusi Manajemen Luka Moisture balance dalam Perawatan

19 Faktor ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar pasien yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi: pengobatan, radiasi, stres psikologi, infeksi, iskemia, dan trauma jaringan.

2. Konsep Perawatan Luka Moisture Balance

Konsep perawatan luka moisture balance meliputi evolusi manajemen luka, konsep moisturebalance dalam perawatan, dan memilih balutan luka berdasarkan konsep moisture balance.

2.1 Evolusi Manajemen Luka

Perawatan luka dari zaman ke zaman telah mengalami perubahan dalam penatalaksanaannya, dalam hal ini bisa dikatakan adanya evolusi dalam manajemen luka. Dalam evolusi manajemen luka, bisa disebutkan mulai dari perawatan luka secara tradisional, konvensional, maupun modern. Perkembangan manajemen luka dapat diperlihatkan sebagai berikut: Tahun Sebelum tahun 1980 Antara tahun 1980- 2000 Setelah tahun 2000 Metode manajemen luka Tradisional Konvensional AdvanceMODERN Advancesuper modern Contoh Pemakaian kassa, povidone-iodine, rivanol, H2O2, dan lain-lain Penerapan konsep moist wound healing untuk luka akut dan kronik Adjust therapy, untuk menssuport penyembuhan luka disamping upaya utama dalam perawatan luka, seperti: -Growth hormon -Jaringan -Antimikrobal -Enzimatik -Hiperbarik -Enginering rekayasa Universitas Sumatera Utara 20 Ada pun perbandingan konsep penyembuhan luka dengan konsep lama dan baru adalah: a. Perbedaan konsep lama dan konsep baru. Konsep lama, luka dijaga tetap kering karena luka yang basah dikhawatirkan akan rawan infeksi, sedangkan konsep baru, luka dijaga tetap lembab dan dilindungi dari kontaminasi agar proses penyembuhan berjalan lancar. b. Diperbandingkan antara konsep lama dan kaonsep baru. Konsep lama, luka dijaga tetap kering dan dibalut dengan kassa, sedangkan konsep baru, luka dijaga tetap lembab dan dibalut dengan transparan film polyurethnae. c. Sifat balutan lama kassa dan balutan baru transparant film polyurethane. Sifat kassa, yaitu: menyerap eksudat, eksudat bisa menembus ke permukaan sehingga memberi jalan pada bakteri, eksudat bisa menguap sehingga temperatur luka dingin, melekat pada luka, bisa meninggalkan serabut, tidak kedap air, tidak kedap bakteri, dan luka menjadi kering membentuk keropeng. Sifat transparant film polyurethane, yaitu: tembus pandang, elastis, mengikuti lekuk tubuh, menjaga kelembaban luka, kedap air, kedap bakteri, tembus uap air dan udara, dan menjaga temperatur luka.

2.2 Moisture balance dalam Perawatan

Konsep lembab moisture balance dalam perawatan luka saat ini menjadi paradigma baru dalam konteks perawatan luka. Konsep ini baru dimulai pada tahun 1962 setelah penelitian Winter yang menunjukkan bahwa penggunaan Universitas Sumatera Utara 21 occlusive dressing meningkatkan proses penyembuhan dua kali lipat dibandingkan dengan membiarkan luka tetap terbuka. Selain Winter ada beberapa ahli juga yang menyatakan bahwa lingkungan lembab juga lebih baik dari lingkungan kering, Rovee et al pada tahun 1972 menyatakan bahwa lingkungan lembab dilalui tanpa proses perpanjangan inflamasi, Moden et al pada tahun 1989 dan Kats et al pada tahun 1991 menyatakan bahwa lingkungan lembab mempercepat kreatinosit proliferasi. Leipziger et al pada tahun 1985 menyatakan lingkungan lembab dapat meningkatkan collagen gats, dan Holloway menyatakan bahwa lingkungan lembab dapat mengurangi nyeri Menurut Haimowitz, Julia.E., 1997, ada beberapa keuntungan prinsip moisture balance dalam perawatan luka, yaitu: a mencegah luka menjadi kering dan keras; b meningkatkan laju epitalisasi; c menjaga pembentukan jaringan eskar; d meningkatkan pembentukan jaringan dermis; e mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis; f mempercepat proses autolisi dan debridement; g dapat menurunkan kejadian infeksi; h Cost effective; i mempertahankan gradient voltase normal; j mempertahankan aktifitas neutrofil; k menurunkan nyeri; l memberikan keuntungan psikologis; dan m mudah digunakan.

2.3 Memilih Balutan Luka berdasarkan Konsep Moisture Balance