1.2. Rumusan masalah:
Bagaimanakah pola kuman penyebab infeksi saluran kemih dan bagaimanakah kepekaan bakteri tersebut terhadap antibiotik di RSUP H.Adam Malik pada tahun
2009? 1.3.
Tujuan penelitian: 1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran pola kuman penyebab infeksi saluran kemih dan sensitivitasnya terhadap antibiotika di RSUP H. Adam Malik dari 1
Januari 2009 hingga 31 Desember 2009.
1.3.2. Tujuan khusus
a Mengetahui kejadian infeksi saluran kemih menurut kelompok
umur. b
Mengetahui angka kejadian infeksi saluran kemih menurut jenis kelamin.
c Mengetahui pola kuman penyebab ISK pada pasien rawat inap dan
rawat jalan. d
Mengetahui kepekaan antibiotik terhadap tiap jenis kuman penyebab ISK yang ditemui.
1.4. Manfaat penelitian
a Melalui penelitian ini, hasilnya dapat menjadi sumber informasi kepada
para dokter dan praktisi kesehatan lain, masyarakat umum serta rumah sakit mengenai jenis bakteri yang paling banyak menyebabkan ISK.
b Melalui penelitian gambaran kepekaan antibiotik ini, dapat dijadikan
sebagai pedoman pentalaksanaan penyakit infeksi saluran kemih, baik di rumah sakit, praktek umum, maupun fasilitas kesehatan lainnya bilamana
kultur urin tidak dapat dilakukan. Sehingga diharapkan pemberian antibiotika kepada pasien dapat lebih terarah dan mencapai angka
keberhasilan yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Daftar pustaka : Sehat group:
http:www.sehatgroup.web.id?p=154 Wordpress:
http:drakeiron.wordpress.com20081123info-isk
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 INFEKSI SALURAN KEMIH 2.1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih ISK adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme MO dalam urin Sukandar, E., 2004. Bakteriuria bermakna significant bacteriuria: bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 10
5
colony forming unit cfuml pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik convert bacteriuria. Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan
bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna significant pyuria,
bila ditemukan netrofil 10 per lapangan pandang. Sukandar, E., 2004
2.1.2 Klasifikasi
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU
European Association of Urology dan IDSA Infectious Disease Society of America terbagi kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefritis non
komplikata akut, ISK komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis dan urosepsis Naber KG et al. Pielonefritis akut PNA adalah proses inflamasi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis PNK mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa
Universitas Sumatera Utara
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonifritis kronik yang spesifik. Sukandar, E., 2004
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated simple dan ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan
tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh sempurna sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah
infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun
bersifat resisten terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK complicated lebih sukar diobati.
2.1.3 Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada
laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi pencetus. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah school girls 1 meningkat menjadi 5 selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis
papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi. Sukandar, E., 2004
Universitas Sumatera Utara
Table2.1: Epidemiologi ISK menurut usia dan jenis kelamin Nguyen, H.T.,2004:
Umur tahun
Insidens Faktor risiko
Perempuan Lelaki
1 0,7
2,7 Foreskin, kelainan anatomi gastrourinary
1-5 4,5
0,5 Kelainan amatomi gastrourinary
6-15 4,5
0.5 Kelainan fungsional gastrourinary
16-35
20 0,5
Hubungan seksual, penggunaan diaphragm
36-65 35
20 Pembedahan, obstruksi prostate,
pemasangan kateter
65 40
35 Inkontinensia, pemasangan kateter,
obstruksi prostat Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di
2,7 lelaki dan 0,7 di perempuan Wettergren, Jodal, and Jonasson, 1985. Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat adalah lebih banyak berbanding
dengan lelaki yang disunat 1,12 berbanding 0,11 pada usia hidup 6 bulan pertama Wiswell and Roscelli, 1986. Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens
bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5, sementara berkurang di lelaki menjadi 0,5. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi
dengan kelainan congenital pada saluran kemih, seperti vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada anak usia 6-15
tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan kelainan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang
remaja, insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20, sementara konstan pada lelaki muda. Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis
akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun. Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia
lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas
Universitas Sumatera Utara
dan mortalitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang 1 tahun dan 65 tahun. Nguyen, H.T., 2004.
2.1.4 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis 30 dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi
kurang dari 5 pada anak perempuan , Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai penyebab.
Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies mikroorganisme MO yang Paling Sering Sebagai Penyebeb ISK Sukandar, E., 2004
Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis enterokokus,
Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan
struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan
Pseudomonas Lumbanbatu, S.M., 2003.
Gram negative Gram positive
Famili Genus
Spesies Famili
Genus Spesies
Enterobacteri acai
Escherichia coli
Micrococc aceae
Staphyloc occus
aureus Klebsiella
pneumonia oxytosa
Streptococ ceae
Streptococ cus
fecalis enterococcu
s Proteus
mirabilis vulgaris
Enterobacter cloacae
aerogenes Providencia
rettgeri stuartii
Morganella morganii
Citrobacter freundii
diversus Serratia
morcescens Pseudomonad
aceae Pseudomonas aeruginosa
2.1.5. Pathogenesis
Universitas Sumatera Utara
Pathogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas dan status pasien sendiri host.
A. Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk
Escherichia coli diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin LPS.
Hanya IG serotype dari 170 serotipe O E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitas
khusus Sukandar, E., 2004. B.
Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa
fimbriae merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya P
fimbriae akan terikat pada P blood group antigen yang terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah Sukandar, E., 2004.
C. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli
berhubungan dengan toksin. Dikenal beberapa toks in seperti α-hemolisin,
cytotoxic necrotizing factor-1CNF-1, dan iron reuptake system aerobactin dan enterobactin.
Hampir 95 α-hemolisin terikat pada kromosom dan
Universitas Sumatera Utara
berhubungan degan pathogenicity island PAIS dan hanya 5 terikat pada gen plasmio. Sukandar, E., 2004
Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini
menunjukan ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri
berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. Sukandar, E., 2004 D.
Peranan Faktor Tuan Rumah host
i. Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik
mendukung hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih
pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh eksasebasi bila
sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat
menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. Endotoksin lipid A dapat menghambat peristaltik ureter.
Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim
ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal
GGT tipe kering, artinya tanpa edema dengantanpa hipertensi. Sukandar, E., 2004
ii. Status Imunologi Pasien host. Penelitian laboratorium mengungkapkan
bahwa golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Pada tabel di bawah dapat dilihat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara berbagai ISK ISK rekuren dan status secretor sekresi antigen darah yang larut dalam air
dan beberapa kelas immunoglobulin sudah lama diketahui. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI
Universitas Sumatera Utara
antigen terhadap tipe fimbriae bakteri dan dengan fenotipe golongan darah Lewis. Sukandar, E., 2004
Table 2.3 Faktor-faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap infeksi saluran kemih UTI Sukandar, E., 2004.
Genetic Biologis
Perilaku Lainnya
Status nonsekretorik
Kelainan congenital Senggama
Operasi urogenital
Antigen golongan darah ABO
Urinary tract obstruction
Riwayat infeksi saluran kemih
sebelumnya Diabetes inkontinensi
Penggunaan diafragma,
kondom, spermisida,
penggunaan, penggunaan
antibiotic terkini. Terapi estrogen
Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih normal ISK tipe sederhana lebih besar pada kelompok antigen darah non-
sekretorik dibandingkan kelompok sekretorik. Penelitian lain melaporkan sekresi IgA urin meningkat dan diduga mempunyai peranan penting untuk kepekaan
terhadap ISK rekuren. Sukandar, E., 2004
2.1.6. Patofisiologi ISK
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative. Sukandar, E., 2004
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan
di klinik, mungkit akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan lokasi
Universitas Sumatera Utara
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis Stafilokkokus aureus
dikenal Nephritis Lohein. Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut PNA sebagai akibat lanjut invasi hematogen. Sukandar, E., 2004
2.1.7 Presentasi klinis ISK
Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan harus dilakuakan investigasi faktor predisposisi atau pencetus.
a. Pielonefritis Akut PNA. Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi
39,5-40,5 °C, disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK bawah sistitis.
b. ISK bawah sistitis. Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik,
polakiuria, nokturia, disuria, dan stanguria. c.
Sindroma Uretra Akut SUA. Presentasi klinis SUA sulit dibedakan
dengan sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 thun. Presentasi klinis SUA sangat miskin hanya disuri dan sering
kencing disertai cfuml urin 10
5
i. Kelompok pertama pasien dengan piuria, biakan uria dapat
diisolasi E-coli dengan cfuml urin 10 ; sering disebut sistitis abakterialis.
Sindrom uretra akut SUA dibagi 3 kelompok pasien, yaitu:
3
-10
5
ii. Kelompok kedua pasien leukosituri 10-50lapangan pangdang
tinggi dan kultur urin steril. Kultur khusus ditemukan clamydia
trachomalis atau bakteri anaerobic.
. Sumber infeksi berasal dari kelenjar peri-uretral atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini
memberikan respon baik terhadap antibiotik standar seperti
ampsilin.
iii. Kelompok ketiga pasien tanpa piuri dan biakan urin steril.
d. ISK rekuren. ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu: a. Re-infeksi re-
infections. Pada umumnya episode infeksi dengan interval 6 minggu mikroorganisme MO yang berlainan. b. Relapsing infection. Setiap kali
Universitas Sumatera Utara
infeksi disebabkan MO yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak
mendapat terapi yang adekuat. Sukandar, E., 2004
Table 2.4 : klasifikasi ISK Rekuren dan Mikroorganisme MO Sukandar, E., 2004.
Klasifikasi ISK Pathogenesis
Mikroorganisme Gender
Sekali-sekali ISK Reinfeksi
Berlainan Laki-laki atau
wanita Sering ISK
Sering episode ISK
Berlainan Wanita
ISK persisten Sama
Wanita atau laki- laki
ISK setelah terapi Terapi tidak sesuai Sama
Wanita atau laki- laki
Tidak adekuat relapsing
Terapi inefektif setelah reinfeksi
Sama Wanita atau laki-
laki Infeksi persisten
Sama Wanita atau laki-
laki Reinfeksi cepat
Samaberlainan Wanita atau laki-
laki Fistula
enterovesikal Berlainan
Wanita atau laki- laki
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Pemeriksaan penunjang diagnosis ISK
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin, serta jumlah kumanmL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan. Sukandar, E., 2004
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Renal imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi
ISK termasuklah ultrasonogram USG, radiografi foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram, dan isotop scanning. Sukandar, E., 2004
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosuria
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat 5 leukositlapang
pandang besar LPB sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
Gambar 2.1. Leukosuria
b. Hematuria
Universitas Sumatera Utara
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10 eritrositLPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh
berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
a. Mikroskopis
2. Bakteriologis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri lapangan pandang minyak
emersi. b.
Biakan bakteri
Gambar 2.2. Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell, 1996:
• Wanita, simtomatik
10
2
10 organisme koliformml urin plus piuria, atau
5
Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik
organisme pathogen apapunml urin, atau
• Laki-laki, simtomatik
10
3
• Pasien asimtomatik
organisme patogenml urin
10
5
organisme patogenml urin pada 2 contoh urin berurutan.
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai
3. Tes kimiawi
Universitas Sumatera Utara
lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7 dan spesifisitas 99,1
untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
4. Tes Plat-Celup Dip-slide
Gambar 2.3. Plat celup
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin.
Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 37° C.
Penentuan jumlah kumanml dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
2.1.9 Manajemen ISK 2.1.9.1 Infeksi saluran kemih bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:
Universitas Sumatera Utara
• Hampir 80 pasien akan memberikan respon setelah 48jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg •
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi lekositoria diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari
• Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa lekositoria. Reinfeksi berulang frequent re-infection
• Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikut i
koreksi faktor resiko. •
Tanpa faktor predisposisi -
Asupan cairan banyak -
Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal misal trimetroprim 200mg
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Sindroma uretra akut SUA. Pasien dengan SUA dengan hitungan kuman 10
3
-10
5
2.1.9.2 Infeksi saluran kemih atas
memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasi l yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobic diperlukan antimikroba
yang serasi, misal golongan kuinolon. Sukandar, E., 2004
Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling
sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut: -
Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika oral.
- Pasien sakit berat atau debilitasi.
- Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.
- Diperlukan invesstigasi lanjutan.
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi.
Universitas Sumatera Utara
- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut.
The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72jam sebelum diketahui MO sebagai
penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur dan tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas
terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan status
klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi
oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan
antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien Coyle and Prince,
2005.
2.1.10. Pencegahan
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai
presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria harus rutin dengan jadual tertentu untuk kelompok pasien perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan
pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan kateterasi laki-laki dan perempuan. Sukandar, E., 2004
2.2. Uji Sensitiviatas Antibiotika Antibiotic Sensitivity Test
Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambatmembasmi mikroba lain
jasad renik bakteri, khususnya mikroba yang merugikan manusia yaitu mikroba
Universitas Sumatera Utara
penyebab infeksi pada manusia Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S.,
2007. Tes uji kepekaan antibiotika merupakan suatu metode untuk menentukan
kerentanan suatu orgamisme terhadap terapi antibiotika yang diberikan. Apabila organism infeksius telah dikenali, ia dikultur dan diuji terhadap beberapa jenis
obat antibiotic tergantung jenis mikroba sama ada gram positif atau gram negative. Sekiranya pertumbuhan mikroba dihambat oleh aksi obat tersebut, ia
dilaporkan sebagai sensitivepeka terhadap antibiotic tersebut. Jika pertumbuhan mikroba tidak dihambat oleh antibiotik, dikatakan sebagai resisten terhadap obat
tersebut. The Free Dictionary by Farlex Identifikasi suatu mikroba selalu dikerjakan bersamaan dengan tes AST.
Ini dapat memberi gambaran jenis mikroba yang telah dikultur sekaligus mengenali jenis antibiotika yang harus dipertimbangkan. Kepekaan suatu isolasi
terhadap antibiotic tertentu diukur dengan mencapai Minimim Inhibitory Concentration MIC atau
breakpoint. Ini merupakan konsentrasi
minimalterendah diuji di double dilutions antibiotika dimana isolate tidak dapat memberikan pertumbahan yang tampak setelah inkubasi Rapidmicrobiology.
Penetapan kerentanan patogen terhadap antimikroba penting untuk menyelidik antibiotik yang sesuai untuk mengobati penyakit. Tidak ada gunanya
menggunakan antibiotik yang tidak efektif untuk menlawan mikroorganisme penyebab penyakit. Ada beberapa prosedur berbeda yang digunakan oleh ahli
mikrobiologi klinis untuk menentukan sensitivitas mikroorganisme terhadap antibiotik, antara lain metode Cakran KIRBY-BAUER dan Metode Konsentrasi
Hambatan Minimum KHM atau Minimum inhibitory concentration MIC Harmita dan Radji, M., 2008.
Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap mikroorganisme terhadap antibiotik adalah degan mengokulasi pelat agar dengan
biakan dan membiarkan antibiotik berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandungi antibiotik diletakakkan di permukaan pelat agar yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme yang ingin diuji. Konsentrasi sebanding dengan luas bidang difusi. Pada jarak tertentu pada masing-masing cakram, antibiotik berdifusi
sampai pada titik antibiotik tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan
tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan
penggaris dan hasil dari eksperimen ini merupakan satu antibiogram Harmita dan Radji, M., 2008.
2.2.1. Metode Cakram KIRBY-BAUER
Metode difusi agar telah digunakan secara luas dengan menggunakan cakram kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan yang menujukkan
konsentrasi antibiotik tertentu juga tersedia. Efektivitas relatif antibiotik yang berbeda menjadi dasar bagi spektrum sensitivitas suatu organisme. Informasi ini,
bersama dengan berbagai pertimbangan farmakologi, digunakan dalam memilih antibiotik untuk pengobatan Harmita dan Radji, M., 2008.
Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media.
Selain itu, zat yang ditemukan mempunyai efek samping signifikan tidak bolah digunakan untuk terapi karena zat ini mungkin juga mempunyai efek samping
signifikan pada sistem yang diobati Harmita dan Radji, M., 2008. Metode cakram mewakili prosedur sederhana untuk menyelidik zat dalam
menentukan apakah zat tersebut signifikan dan mempunyai aktivitas antibiotik yang berguna Harmita dan Radji, M., 2008.
Universitas Sumatera Utara
sumber: Rapidmikrobiology Gambar 2.4. menunjukkan suatu hasil daripada metode cakram. Bakteri tersebut
adalah sensitif terhadap antibiotika C dan D, sementara resisten terhadap A, B, ,dan E.
Tabel 2.5. Interpretasi sensitivitas antibiotic diameter zona hambat dalam mm
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Metode Konsentrasi Hambatan Minimum KHM Konsentrasi hambatan minimum KHM adalah konsentrasi antibiotik
terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan organisme tertentu. Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang masih
efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis antibiotik yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien. Inokulum
mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung yang mengandung seri enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme
akan termonitor dengan perubahan kekeruhan. Dengan cara ini, KHM antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme in vitro dapat ditentukan
Harmita dan Radji, M., 2008.
2.2.3. Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik
Rumah sakit merupakan tempat penggunaan antibiotik paling banyak ditemukan. Di negara yang sudah maju 13 – 37 dari seluruh penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal ataupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30 – 80 penderita yang dirawat di
rumah sakit mendapatkan antibiotik. Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007.
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap antibiotika. Faktor yang penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan
pengendalian infeksi. Oleh karena itu, penggunaan antibiotika secara bijaksana merupakan hal yang sangat penting disamping penerapan pengendalian infeksi
secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut ke masyarakat Hadi, 2006. Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas
penggunaan antibiotika sangat diperlukan. Data-data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan, dianalisis, serta disajikan dengan suatu sistem atau metode
yang terstandar Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007. Resisitensi antibiotik dapat berlaku secara natural terhadap sesuatu mikroba kombinasi obat,
atau resisten yang didapat acquired resistance, dimana penyalahgunaan
Universitas Sumatera Utara
antimikroba disebabkan populasi yang terexpose kepada lingkungan dengan mikroba yang resisten secara genetik mutasi spontaneous atau DNA transfer dari
sel lain yang resisten. Mikroba tersebut dapat tumbuh dan menyebar Rapidmicrobiology.
Setiap wilayah perlu mengembangkan suatu kebijakan penggunaan antibiotika sesuai prevalensi resistensi setempat. Situasi penggunaan antibiotika
memang harus dievaluasi dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan hasil monitoring kepekaan kuman yang mutakhir serta masukan yang dapat diberikan
oleh klinikus Nelwan, 2006. Diketahuinya pola kepekaan kuman juga sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan perputaran penggunaan antibiotika
antibiotics cycling sebagai salah satu upaya meminimalkan kejadian resistensi. Perubahan penggunaan antibiotika untuk pengobatan suatu infeksi sangat
mungkin dan bahkan harus dilakukan dengan catatan dilakukan atas dasar pertimbangan pola kepekaan setempat. Dengan demikian terapi antibiotika
diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Pasien dengan dugaan ISK
Pemeriksaan kultur sampel urin dengan hasil kultur yang
positif
Pola kuman penyebab infeksi saluran kemih
Uji sensitivitas mikroba terhadap antibiotika:
disk diffusion method.
-
Sensitif
-
Kurang sensitif
-
resisten -
Jenis kelamin -
Usia -
Pasien yang dirawat inap
rawat jalan
Universitas Sumatera Utara
3.2. Definisi Operasionil