BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Infeksi saluran kemih ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim
ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus,
atau mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada
pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 10
5
ml urin. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari
ISK dapat terjadi pada 5 anak perempuan dan 1-2 anak laki-laki. Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali
lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal 0,1-1. Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya,
sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana ISK pada perempuan mencapai 0,8, sementara pada laki-laki
hanya 0,2. Dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada
anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 15-120 dari anak laki-laki yang tidak disunat Sehat Group, 2006.
pada laki- laki, pada wanita dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada laki-laki di
bawah umur 50 tahun jarang terjadi. Lumbanbatu, S.M., 2003.
Infeksi saluran kemih ISK merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang ke
dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Di suatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam
10 besar penyakit data bulan Juli – Desember 2004. Komplikasi ISK yang
Universitas Sumatera Utara
paling berat adalah urosepsis dengan angka kematian yang masih tinggi 25-60, dan bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut. Dari data rekam medik di
RSUD Dr Sutomo Surabaya penyebab GGA melalui ISK sebesar 16,85. Dari penelitian Pranawa tahun 1997 mendapatkan infeksi nosokomial dari 80 penderita
yang dilakukan pemasangan kateter sebanyak 27,50, lebih rendah dari yang didapatkan Hernomo Kusumobroto di tahun 1984 sebesar 57,5. Serta
didapatkan bakteriuri asimtomatik pada kehamilan sebesar 10,7.
Widayati, A., Wirawan, I P.E., Kusharwanti, A., 2004
Suatu penelitian yang berjudul Pola Dan Sensitivitas Kuman Penderita Infeksi Saluran Kemih dilakukan oleh Samirah et al secara retrospektif pada
sampel urin pada tahun 2004 di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kuman yang terbanyak ditemukan ialah Escherichia coli
E.coli yaitu 39,4 dan di urutan kedua adalah Klebsiella pneumonia 26,3. Untuk Escherichia coli, antimikroba yang paling sensitif adalah fosfomycin
85,7, diikuti cefepime, ceftriaxone, aztreonam, dan amikacin. Yang paling resisten yaitu amoxycillin 96,0, diikuti oleh trimethoprim, ampicillin,
cefoperazone, dan tetracycline. Untuk Klebsiella pneumoniae, antimikroba yang paling sensitif ialah ceftriaxone 87,5, diiukuti ciprofloxacin dan cefotaxime,
sedangkan yang resisten yaitu amoxycillin dan ampicillin 100 dan diikuti trimethoprim. Antimikroba yang sensitive terhadap Pseudomonas aerogenosa
ialah amikacin, cefepime, cefoperazone, dibekacin, norfloxacin 100, sedangkan yang resisten ialah amoxycillin, ampicillin, tetracycline, dan
trimethoprim 100 Samirah et al, 2006. Berdasarkan suatu penelitian mengenai etiologi dan pola resisten antibiotik
di pasien infeksi saluran kemih di J N M C Hospital Aligarh, India dalam periode Augustus 2004- Juli 2005, dalam sebanyak 100 significant isolates, bakteri jenis
batang gram-negatif aerob adalah sebanyak 92 sementara selebihnya adalah kokus gram-positif. Prevalensi bakteri yang paling sering di pasien ISK adalah E.
coli 61, K. pneumoniae. 22, dan S. aureus 7.0, diikuti oleh P. aeruginosa, A. baumannii, Citrobacter sp. dan E. faecalis.
Antibiotic β-lactam,
Universitas Sumatera Utara
imipenem mempunyai daya hambat yang paling luas menentang E-coli 100, diikuti oleh amikacin 49 dan cephalosporin 15-45. Selain itu, isolat
klebsiella juga sensitif terhadap imipenem 88 dikuti oleh amikacin dan cephotaxime 59.
Nitrofurantoin, tetracycline, co-trimoxazole, dan cefpodoxime didapati paling resisten terhadap isolate Pseudomonas. Akram, M.,
Shahid, dan Khan, A.U.,2007 Satu penelitian untuk meneliti pola sensitivitas microbal di ISK pada
anak di Mofid Children’s Hospital selama March 2000 hingga Agustus 2001 juga telah dilakukan. Mikroba terbanyak yang didadapat melalui kultur dilapor adalah
E-coli 56,6, Klebsiella 11,3 dan Proteus 8,9. E-coli mempunyai kadar sensitivitas 97,8 terhadap ceftriaxone, 95,8 ke ceftizoxime, dan 95,2 ke
cefotaxim. Selain itu, Pseudomonas paling sensitive terhadap amikacin 84, diikuti oleh ciprofloxacin 85 dan gentamycin 76. Didapati Pseudomanas
resisten total terhadap amoxicillin, ampicillin, dan trimsulfa 100. Klebsiella sp. paling sensitif terhadap ciprofloxaxin 95,1 dan ceftriaxone 90,7,
sementara resisten terhadap ampicillin 81,5 dan amoxicillin 77. Sharifan, M., Karimi, A., Tabatabaci, S.R. and Anvaripour, N., 2006
Suatu penelitian yang berjudul Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika Di Ruang Rawat Interesif RS Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002
memberikan hasil yang berbeda dari lain.
Hasil terbanyak ditunjukkan oleh Pseudomonas sp 39.4 , diikuti Klebsiella sp 27.8 , Escherichia coli 21.5 dan
Streptococcus β haemoliticus, 4.9 .
Pola kepekaan yang diperoleh dari data menunjukkan kuman Pseudomonas sp. mempunyai kepekaan yang tinggi
berturut-turut terhadap fosmisin, amikasin dan seftriakson. Resistensi tertinggi berturut-turut adalah penisilin G, amoksisilin, ampisilin dan sefaleksin. Kuman
Klebsiella sp. didapati sensitif terhadap netilmisin, amikasin, seftriakson dan sefotaksim sementara resistensi terhadap amoksisilin, penisilin G, ampisilin dan
kloramfenikol. Kuman Escherichia coli. Adalah sensitif terhadap seftriakson, amikasin dan seftizoksim sedangkan resistens terhadap ampisilin, penisilin G,
Universitas Sumatera Utara
amoksisilin dan kloramfenikol. Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., Endang, P., 2004
Mempertimbangkan fenomena pola kuman yang dapat berubah dari waktu ke waktu dan berbeda-beda di satu tempat dengan tempat lain, resistensinya
terhadap antibiotika yang tertentu juga berbeda. Ha-hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti pola kuman penyebab ISK dan sensitivitas antibiotika di
RSUP H. Adam Malik selama tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan masalah: