2.2.2. Metode Konsentrasi Hambatan Minimum KHM Konsentrasi hambatan minimum KHM adalah konsentrasi antibiotik
terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan organisme tertentu. Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang masih
efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis antibiotik yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien. Inokulum
mikroorganisme yang telah distandarisasi ditambahkan ke dalam tabung yang mengandung seri enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme
akan termonitor dengan perubahan kekeruhan. Dengan cara ini, KHM antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme in vitro dapat ditentukan
Harmita dan Radji, M., 2008.
2.2.3. Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik
Rumah sakit merupakan tempat penggunaan antibiotik paling banyak ditemukan. Di negara yang sudah maju 13 – 37 dari seluruh penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal ataupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30 – 80 penderita yang dirawat di
rumah sakit mendapatkan antibiotik. Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007.
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap antibiotika. Faktor yang penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan
pengendalian infeksi. Oleh karena itu, penggunaan antibiotika secara bijaksana merupakan hal yang sangat penting disamping penerapan pengendalian infeksi
secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut ke masyarakat Hadi, 2006. Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas
penggunaan antibiotika sangat diperlukan. Data-data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan, dianalisis, serta disajikan dengan suatu sistem atau metode
yang terstandar Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007. Resisitensi antibiotik dapat berlaku secara natural terhadap sesuatu mikroba kombinasi obat,
atau resisten yang didapat acquired resistance, dimana penyalahgunaan
Universitas Sumatera Utara
antimikroba disebabkan populasi yang terexpose kepada lingkungan dengan mikroba yang resisten secara genetik mutasi spontaneous atau DNA transfer dari
sel lain yang resisten. Mikroba tersebut dapat tumbuh dan menyebar Rapidmicrobiology.
Setiap wilayah perlu mengembangkan suatu kebijakan penggunaan antibiotika sesuai prevalensi resistensi setempat. Situasi penggunaan antibiotika
memang harus dievaluasi dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan hasil monitoring kepekaan kuman yang mutakhir serta masukan yang dapat diberikan
oleh klinikus Nelwan, 2006. Diketahuinya pola kepekaan kuman juga sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan perputaran penggunaan antibiotika
antibiotics cycling sebagai salah satu upaya meminimalkan kejadian resistensi. Perubahan penggunaan antibiotika untuk pengobatan suatu infeksi sangat
mungkin dan bahkan harus dilakukan dengan catatan dilakukan atas dasar pertimbangan pola kepekaan setempat. Dengan demikian terapi antibiotika
diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal Saepudin, Sulistiawan, R.Y., dan Hanifah, S., 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian