BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bising merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kota-kota besar. Laporan WHO tahun 1988 sebagaimana yang disampaikan oleh Dinas
Kesehatan RI 1995, menyatakan bahwa 8 - 12 penduduk dunia telah menderita dampak kebisingan Ikron 2007.
Lalulintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang menganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Menurut Kryter, tingkat kebisingan jalan
raya dapat mencapai 70-80 dB Purnanta dkk 2008. Salah satu sumber bising lalulintas jalan antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga
maupun roda empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson dan suara knalpot Ikron dkk, 2007. Bashiruddin 2002 pada penelitiannya
menemukan bahwa rerata intensitas bising kendaraan bajaj adalah 91 dB. Masalah kebisingan akibat lalulintas yang padat di daerah perkotaan bukan
merupakan masalah baru, sehingga sulit untuk mendapatkan lokasi sekolah yang tenang, sementara kawasan sekolah membutuhkan lingkungan yang tenang agar
kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
718MEN.KESPERXI1987 bahwa sekolah masuk dalam Zona B, yaitu zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.
Intensitas bising yang diperbolehkan untuk zona ini adalah 45 dB sampai 55 dB. Data dari Dinas Pendidikan Nasional Kota Medan tahun 2007, jumlah sekolah dasar
Universitas Sumatera Utara
SD negeri sebanyak 403 sekolah dan sebagian besar berada pada lingkungan yang bising. terutama di dekat jalan raya yang padat kendaraan bermotor.
Masalah bersuara sering dijumpai pada profesi yang mengandalkan suara untuk bekerja. Sebagian besar kelompok ini adalah guru. Berbagai studi
menemukan bahwa guru mempunyai resiko yang besar untuk mengalami gangguan bersuara Jonsdotir 2003, Jardim 2007. Berbagai studi epidemiologi
mengenai kesehatan lingkungan kerja menemukan bahwa guru mempunyai resiko yang tinggi mengalami kelelahan bersuara terutama pada guru SD Gassull et al.
2010. Pada tahun 2004, studi yang dilakukan Roy et al menemukan prevalensi
kelelahan bersuara lebih tinggi pada guru dibandingkan dengan profesi lain Sliwinska-Kowalska 2008. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Preciado et al
2005, Sim es et al 2006, dan Munier et al 2007. Salah satu gangguan bersuara yang paling sering dialami guru adalah
kelelahan bersuara. Sivasankar 2002 mengatakan bahwa guru mudah mengalami kelelahan bersuara. Hal ini disebabkan karena guru sering menggunakan suara yang
keras selama mereka mengajar terutama saat berada pada kelas yang bising. Guru akan mengalami kelelahan bersuara 3.5 kali lebih sering dibandingkan
dengan profesi lain, ini disebabkan karena pemakaian suara yang berlebihan dan terus menerus selama mereka mengajar Sim es et al. 2006, Preciado et al. 2008,
Gassull et al. 2010. Studi yang dilakukan di Yogyakarta menemukan, guru yang berobat ke RS. Sardjito Yogyakarta, 86 menderita kelelahan bersuara Kadriyan
dan Sastrowijoyo 2005.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan sekolah yang bising tidak hanya mempengaruhi tingkat konsentrasi belajar mengajar siswa, tetapi dapat juga menyebabkan munculnya
masalah bersuara pada guru Kadryan dkk 2008, Purnanta dkk 2008. Berdasarkan teori dalam bidang ilmu THT, bising tidak hanya berdampak
pada gangguan pendengaran, tetapi dapat juga berdampak pada gangguan komunikasi verbal. Gangguan ini dapat mengakibatkan seseorang harus berbicara
dengan suara yang lebih keras agar terdengar oleh lawan bicaranya Kadriyan dkk 2008. Jika hal ini berlangsung terus-menerus dan dalam waktu lama dapat
mengakibatkan munculnya masalah bersuara. Disadari bahwa beberapa penelitian tentang kebisingan dengan gangguan
kesehatan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, terutama terhadap pekerja. Akan tetapi pengaruh kebisingan lingkungan sekolah terhadap munculnya
kelelahan bersuara pada guru SD di wilayah Kota Medan belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik
untuk mengetahui apakah ada pengaruh bising lingkungan sekolah terhadap munculnya kelelahan bersuara pada guru yang mengajar di SD yang berada dekat
jalan raya.
1.2 Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh bising lingkungan sekolah terhadap munculnya kelelahan
bersuara pada guru yang mengajar di SD negeri di Kota Medan. 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Universitas Sumatera Utara
Mengetahui pengaruh bising lingkungan sekolah terhadap munculnya kelelahan bersuara pada guru yang mengajar di SD negeri di Kota Medan yang
berada dekat jalan raya dibandingkan dengan guru yang mengajar di SD negeri di Kota Medan yang berada jauh dari jalan raya.
1.3.2 Tujuan Khusus a.
Mengetahui hubungan bising lingkungan sekolah dengan munculnya kelelahan bersuara.
b. Mengetahui tingkat kelelahan bersuara pada guru yang mengajar di SD
negeri di Kota Medan yang berada dekat jalan raya dengan SD negeri di Kota Medan yang berada jauh dari jalan raya yang dipresentasi skor
Voice Handicap Indeks. c.
Mengetahui faktor resiko untuk timbulnya kelelahan bersuara pada guru yang mengajar di SD negeri di Kota Medan yang berada dekat jalan
raya.
1.4 Manfaat Penelitian a.
Memberikan informasi kepada guru bahwa ada pengaruh bising lingkungan sekolah terhadap munculnya kelelahan bersuara yang dapat
berdampak pada mereka dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. b.
Memberikan masukkan kepada Dinas terkait mengenai adanya pengaruh bising lingkungan sekolah terhadap kesehatan guru
c. Sebagai pengembangan keilmuan di bidang Ilmu Penyakit THT Bedah
Kepala Leher di sub bagian THT Komunitas
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA