Kerangka Pikir Penelitian Perumasan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Vitamin C

kehidupannya tetapi tidak mampu membuat vitamin C tersebut di dalam tubuhnya Winarno,1982.

1.2. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Pada gambar ini dapat dilihat hubungan pemberian vitamin C dalam dosis, lamanya pemberian hari dan interaksi antara pemberian dengan lamanya pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia. Hal ini dapat dilihat dalam 2 faktor, yaitu : 1. Variabel bebas berupa pemberian vitamin C dosis dan lamanya pemberian vitamin C hari 2. Variabel terikat berupa kadar kolesterol dan trigliserida darah. Variabel Bebas Variabel Terikat Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Kadar trigliserida darah Kadar kolesterol darah Kontrol Dosis vitamin C Lamanya pemberian vitamin C Universitas Sumatera Utara

1.3 Perumasan Masalah

Apakah pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

1.4 Hipotesis

Pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar kolesterol dan trigliserida serum darah marmot yang hiperkolesterolemia.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum dan tenaga kesehatan bahwa mengkonsumsi vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Sehingga dapat digunakan untuk mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan jumlah kolesterol dan trigliserida dalam tubuh. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat dengan rumus C 6 H 8 O 6 merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air 1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air Andarwulan, 1992. Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam askorbat atau vitamin C dengan rumus bangun berikut ini : Ganiswara,1995 Vitamin C disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan banyak hewan dari glukosa kecuali primata dan marmot. Hal ini disebabkan tidak adanya enzim untuk membentuk vitamin C yaitu enzim gulonolakton oksidase yang mengoksidasi 1-gulonolakton menjadi 2 keto-1-gulonolakton. Evolusi ini terjadi 25 sampai 60 juta tahun yang menyebabkan hilangnya kemampuan manusia dan marmot untuk mensintesis vitamin C sendiri Goodman, 2000. Vitamin C terdapat banyak di semua sayur mayur, seperti kol, paprika, kentang dan asparagus, serta buah-buahan terutama dari jenis jeruk. Dalam tubuh terdapat di banyak jaringan, termasuk darah dan leukosit. Vitamin C dalam makanan mudah dioksidasi bila makanan terlalu lama dimasak Tjay, 2002. Universitas Sumatera Utara Vitamin C mudah teroksidasi oleh adanya panas, sinar, basa, serta oleh logam tembaga dan besi Winarno, 1982. Vitamin C mudah diserap melalui saluran cerna dan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Persediaan tubuh sebagian besar terdapat dalam cortex anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara reversibel menjadi dehidroaskorbat yang sama aktif dengan vitamin C itu sendiri. Sebagian kecil dirombak menjadi asam oksalat dengan jalan pemecahan ikatan antara C 2 dan C 3 Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukkan kolage. Kolagen merupakan protein bahan penunjang utama dalam tulang rawan dan jaringan ikat. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat pendarahan. Hal ini berkaitan dengan efek stimulasi vitamin C terhadap pengubahan prolin menjadi hidroksiprolin Darmawan, 1987 ; Tjay, 2002. . Eksresi berlangsung terutama sebagai metabolit dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat Tjay, 2002. Kebutuhan sehari berdasarkan RDA ialah 25-40 miligram untuk bayi, 70 miligram pada dewasa, 90 miligram wanita hamil dan 110 miligram selama menyusui.Tjay,2002. Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut, dengan gejalanya terjadi pembengkakan dan perdarahan pada gusi, kaki menjadi empuk dan gigi menjadi mudah lepas Winarno, 1982. Vitamin C dengan dosis lebih dari 1,5 gramhari dapat menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang mengakibatkan peningkatan peristaltik Ganiswara, 1995. Bila terapi dihentikan secara Universitas Sumatera Utara mendadak dapat terjadi rebound scorbut, karena sistem perombakkan vitamin C telah sangat dirangsang oleh dosis tinggi Tjay, 2002.

2.2 Kolesterol