pemasukan pakan, kecernaan, pertumbuhan dan berpengaruh terhadap metabolisme ikan Forteath et al. 1993.
Setiap spesies mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhan optimumnya dan kisaran toleransi suhu agar ikan masih bisa hidup. Suhu di atas dan di bawah
kisaran optimum, pertumbuhan menurun. Metabolisme rendah berarti pakan yang dimakan berkurang dan pertumbuhan berjalan lambat. Suhu di atas kisaran
optimum kurang dari 32,2
o
C biasanya konsumsi pakan meningkat untuk mengimbangi kecepatan metabolisme yang tinggi, tapi pertumbuhan tidak
meningkat Stickney 1979.
2.3.2 Nilai pH
Nilai pH power of hydrogen merupakan ukuran konsentrasi ion H
+
di dalam air Forteath et al. 1993. Keasaman adalah kapasitas air untuk
menetralkan ion-ion hidroksi OH
-
. Nilai pH disebut asam bila kurang dari 7, pH 7 disebut netral, dan pH di atas 7 disebut basa Forteath et al. 1993.
Akumulasi bahan kimia terlarut dalam sistem resirkulasi menyebabkan pH mengalami depresi asam, kecuali kalau sistem adalah buffer sehingga pH dapat
stabil. Pada saat air lebih asam, ikan menjadi stress dan jika pH menjadi terlalu rendah maka kematian ikan akan terjadi. Pada saat air dalam keadaan basa, maka
toksisitas amonia meningkat. Nilai pH air mempunyai efek yang sangat besar pada kesehatan organisme akuatik yang ada dalam sistem resirkulasi air tersebut
Forteath et al. 1993. Jika pH terlalu tinggi lebih dari 8 maka toksisitas amonia meningkat. Jadi,
penting untuk menjaga pH air dalam sistem resirkulasi sekitar 7,2 dalam air tawar dan 7,8-8,2 di air laut Forteath et al. 1993. Nilai pH yang baik untuk sistem
intensif adalah 6,5-9 Wedemeyer 1996. Nilai pH yang kurang dari 6,0 dan lebih dari 9,0 untuk waktu yang cukup lama akan mengganggu reproduksi dan
pertumbuhan Boyd 1982.
2.3.3 Disolved Oxygen DO
Oksigen terlarut DO merupakan faktor pembatas dalam sistem budidaya. Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang paling penting untuk
dimonitor dalam budidaya ikan. Bila DO tidak dijaga pada nilai yang memenuhi, maka ikan menjadi stres dan tidak dapat makan dengan baik Stickney 1979.
Oksigen masuk ke dalam air melalui difusi pasif dari atmosfer suatu proses yang dijalankan oleh perbedaan tekanan parsial O
2
di udara dan di dalam air dan dari hasil fotosintesis Stickney 1979. Laju respirasi meningkat sejalan dengan
meningkatnya aktivitas ikan Boyd 1982. Nilai DO dibawah minimum kurang dari 5 ppm dapat menurunkan
kecepatan pertumbuhan organisme dan efisiensi pemasukan pakan yang optimal Stickney 1979. Kelarutan oksigen di air menurun dengan meningkatnya
salinitas, setiap peningkatan salinitas sebesar 9 mgL dapat mengurangi kelarutan oksigen sebesar 5 di dalam air murni.
Penurunan DO juga dapat disebabkan oleh banyaknya sisa pakan yang tidak dimakan sehingga terjadi dekomposisi terhadap sisa pakan yang meningkatkan
kebutuhan oksigen dalam sistem Stickney 1979. Penurunan oksigen terjadi pada malam hari, ketika tanaman air melakukan respirasi, sehingga tidak ada oksigen
yang diproduksi sehingga ikan dan tanaman air memperoleh oksigen dari difusi oksigen Stickney 1979.
Oksigen dapat hilang atau berkurang dari air sebagai hasil reaksi kimia anorganik dan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme Stickney 1979.
Pada umumnya jika konsentrasi DO lebih dari 5 mgL, kondisi ini relatif aman untuk organisme akuatik Forteath et al. 1993
2.3.4 Amonia
Amonia NH
3
dapat dijadikan sebagai indikator kualitas air Forteath et al. 1993. Amonia di air berasal dari ekskresi ikan Boyd 1982 dan mineralisasi
bahan organik oleh bakteri heterotropik Spotte 1970. Amonia merupakan bentuk utama dari nitrogen yang diekskresi oleh organisme akuatik. Pada ikan,
banyak amonia yang dieliminasi oleh insang, sisanya masuk ke air melalui urin. Ketika amonia masuk ke air, ion hidrogen yang ada langsung bereaksi dan
mengubahnya menjadi campuran yang seimbang antara ion amoniak yang tidak toksik NH
4 +
dan NH
3
yang tidak terionisasi bersifat toksik. Reaksinya sebagai berikut:
NH
3
+ H
+
+ OH
-
NH
4 +
+ OH
-
Konsentrasi amonia tergantung dari pH, suhu air, salinitas dan total padatan terlarut Wedemeyer 1996. Menurut Spotte 1970, nilai DO dan pH merupakan
faktor yang paling penting dalam mempengaruhi toksisitas amonia. Peningkatan nilai pH dapat meningkatkan jumlah amonia yang tak terionisasi dan dengan
menurunnya DO akan meningkatkan toksisitas dari amonia yang tak terionisasi. Nilai NH
3
yang tinggi berarti terjadi peningkatan sisa-sisa metabolik yang membuat ikan stres dan terjadi kematian pada wadah pemeliharaan. Populasi
bakteri meningkat dengan cepat, terjadi deplesi DO dan eksresi nitrogen terlarut. Kualitas air untuk organisme pemeliharaan dalam sistem resirkulasi memburuk
dengan cepat Forteath et al. 1993.
2.3.5 Karbondioksida