dimonitor dalam budidaya ikan. Bila DO tidak dijaga pada nilai yang memenuhi, maka ikan menjadi stres dan tidak dapat makan dengan baik Stickney 1979.
Oksigen masuk ke dalam air melalui difusi pasif dari atmosfer suatu proses yang dijalankan oleh perbedaan tekanan parsial O
2
di udara dan di dalam air dan dari hasil fotosintesis Stickney 1979. Laju respirasi meningkat sejalan dengan
meningkatnya aktivitas ikan Boyd 1982. Nilai DO dibawah minimum kurang dari 5 ppm dapat menurunkan
kecepatan pertumbuhan organisme dan efisiensi pemasukan pakan yang optimal Stickney 1979. Kelarutan oksigen di air menurun dengan meningkatnya
salinitas, setiap peningkatan salinitas sebesar 9 mgL dapat mengurangi kelarutan oksigen sebesar 5 di dalam air murni.
Penurunan DO juga dapat disebabkan oleh banyaknya sisa pakan yang tidak dimakan sehingga terjadi dekomposisi terhadap sisa pakan yang meningkatkan
kebutuhan oksigen dalam sistem Stickney 1979. Penurunan oksigen terjadi pada malam hari, ketika tanaman air melakukan respirasi, sehingga tidak ada oksigen
yang diproduksi sehingga ikan dan tanaman air memperoleh oksigen dari difusi oksigen Stickney 1979.
Oksigen dapat hilang atau berkurang dari air sebagai hasil reaksi kimia anorganik dan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme Stickney 1979.
Pada umumnya jika konsentrasi DO lebih dari 5 mgL, kondisi ini relatif aman untuk organisme akuatik Forteath et al. 1993
2.3.4 Amonia
Amonia NH
3
dapat dijadikan sebagai indikator kualitas air Forteath et al. 1993. Amonia di air berasal dari ekskresi ikan Boyd 1982 dan mineralisasi
bahan organik oleh bakteri heterotropik Spotte 1970. Amonia merupakan bentuk utama dari nitrogen yang diekskresi oleh organisme akuatik. Pada ikan,
banyak amonia yang dieliminasi oleh insang, sisanya masuk ke air melalui urin. Ketika amonia masuk ke air, ion hidrogen yang ada langsung bereaksi dan
mengubahnya menjadi campuran yang seimbang antara ion amoniak yang tidak toksik NH
4 +
dan NH
3
yang tidak terionisasi bersifat toksik. Reaksinya sebagai berikut:
NH
3
+ H
+
+ OH
-
NH
4 +
+ OH
-
Konsentrasi amonia tergantung dari pH, suhu air, salinitas dan total padatan terlarut Wedemeyer 1996. Menurut Spotte 1970, nilai DO dan pH merupakan
faktor yang paling penting dalam mempengaruhi toksisitas amonia. Peningkatan nilai pH dapat meningkatkan jumlah amonia yang tak terionisasi dan dengan
menurunnya DO akan meningkatkan toksisitas dari amonia yang tak terionisasi. Nilai NH
3
yang tinggi berarti terjadi peningkatan sisa-sisa metabolik yang membuat ikan stres dan terjadi kematian pada wadah pemeliharaan. Populasi
bakteri meningkat dengan cepat, terjadi deplesi DO dan eksresi nitrogen terlarut. Kualitas air untuk organisme pemeliharaan dalam sistem resirkulasi memburuk
dengan cepat Forteath et al. 1993.
2.3.5 Karbondioksida
Secara umum, ikan memproduksi 1,4 mg CO
2
untuk setiap 1 mg O
2
yang dikonsumsi. Bila kandungan CO
2
dalam air meningkat maka ikan tidak dapat mengeluarkan CO
2
bebas dari darahnya, sehingga jumlah O
2
yang diikat Hb akan berkurang dan bila mendadak akan mati lemas Wedemeyer 1996
Kadar CO
2
terlarut lebih dapat ditoleransi oleh ikan dibandingkan dengan NH
3
, bahkan banyak ikan hidup beberapa hari dalam air yang mengandung CO
2
lebih besar dari 60 mgL. Tanda yang membahayakan ikan dalam pengangkutan timbul pada kisaran CO
2
antara 300-600 mgL pada saat O
2
terlarut 0,5-1 mgL Boyd 1982.
2.4 Cahaya
Cahaya adalah suatu bentuk energi yang merambat dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan terdiri dari partikel-partikel yang disebut foton.
Hingga sekarang cahaya masih merupakan dualistik pendapat, ada yang berpendapat bahwa cahaya sebagai foton dan sebagai elektromagnetik Sears dan
Zemansky 1987 dalam Mushoffa 1995. Cahaya dapat dipancarkan oleh sumber, seperti matahari, lilin maupun
lampu pijar. Berkas-berkas cahaya tersebut akan merambat keluar dari sumbernya. Cahaya dapat menembus bahan yang bening, tetapi akan dipantulkan oleh
permukaan yang tidak bening. Apabila berkas-berkas cahaya itu memasuki mata,