Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus

pada suhu 20 o C, dengan suhu optimal 25-28 o C. Pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-30 o C dan untuk pemijahan 24-28 o C, pada pH 6,5–9 Mahyudin 2008.

2.2 Transportasi Ikan Hidup

Transportasi ikan hidup dibagi menjadi dua cara, yaitu sistem basah dan sistem kering. Transportasi sistem basah menuntut media yang sama dengan tempat hidup ikan sebelumnya yaitu, air, oksigen, dan cahaya. Pengangkutan sistem basah dapat dilakukan dengan cara tertutup dan terbuka. Pada cara tertutup ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan semua kebutuhan hidup ikan berada dalam kemasan pengangkutan. Wadah yang dipergunakan dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup rapat. Pada cara terbuka ikan diangkut dalam wadah terbuka dan suplai oksigen diberikan secara terus-menerus Muljanah et al. 1994. Salah satu faktor penting pada transportasi ikan hidup adalah kualitas air. Transportasi ikan hidup akan mempengaruhi kualitas air, faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kualitas air adalah suhu, DO dissolved oxygen, pH, karbondioksida dan amoniak. Peningkatan suhu akan mempengaruhi kandungan amoniak dalam air, terlarutnya karbondioksida akan mempengaruhi penurunan nilai pH.

2.3 Kualitas Air

Lingkungan perairan berpengaruh terhadap pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi ikan budidaya Munro 1978 dalam Forteath et al. 1993. Jika kualitas air melewati batas toleransi, akan menimbulkan penyakit pada ikan. Parameter faktor lingkungan ada 3, yaitu fisik, kimia dan biologi Forteath et al. 1993.

2.3.1 Suhu

Suhu merupakan faktor pengontrol controlling factor dan berperan dalam sistem resirkulasi. Suhu merupakan efek terbesar dalam fisiologi ikan. Hal ini karena ikan menyesuaikan suhu tubuhnya mendekati keseimbangan suhu air Forteath et al. 1993. Ikan bersifat poikilothermal, hal ini berarti suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan Boyd 1982. Suhu mempunyai pengaruh yang nyata pada respirasi, pemasukan pakan, kecernaan, pertumbuhan dan berpengaruh terhadap metabolisme ikan Forteath et al. 1993. Setiap spesies mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhan optimumnya dan kisaran toleransi suhu agar ikan masih bisa hidup. Suhu di atas dan di bawah kisaran optimum, pertumbuhan menurun. Metabolisme rendah berarti pakan yang dimakan berkurang dan pertumbuhan berjalan lambat. Suhu di atas kisaran optimum kurang dari 32,2 o C biasanya konsumsi pakan meningkat untuk mengimbangi kecepatan metabolisme yang tinggi, tapi pertumbuhan tidak meningkat Stickney 1979.

2.3.2 Nilai pH

Nilai pH power of hydrogen merupakan ukuran konsentrasi ion H + di dalam air Forteath et al. 1993. Keasaman adalah kapasitas air untuk menetralkan ion-ion hidroksi OH - . Nilai pH disebut asam bila kurang dari 7, pH 7 disebut netral, dan pH di atas 7 disebut basa Forteath et al. 1993. Akumulasi bahan kimia terlarut dalam sistem resirkulasi menyebabkan pH mengalami depresi asam, kecuali kalau sistem adalah buffer sehingga pH dapat stabil. Pada saat air lebih asam, ikan menjadi stress dan jika pH menjadi terlalu rendah maka kematian ikan akan terjadi. Pada saat air dalam keadaan basa, maka toksisitas amonia meningkat. Nilai pH air mempunyai efek yang sangat besar pada kesehatan organisme akuatik yang ada dalam sistem resirkulasi air tersebut Forteath et al. 1993. Jika pH terlalu tinggi lebih dari 8 maka toksisitas amonia meningkat. Jadi, penting untuk menjaga pH air dalam sistem resirkulasi sekitar 7,2 dalam air tawar dan 7,8-8,2 di air laut Forteath et al. 1993. Nilai pH yang baik untuk sistem intensif adalah 6,5-9 Wedemeyer 1996. Nilai pH yang kurang dari 6,0 dan lebih dari 9,0 untuk waktu yang cukup lama akan mengganggu reproduksi dan pertumbuhan Boyd 1982.

2.3.3 Disolved Oxygen DO

Oksigen terlarut DO merupakan faktor pembatas dalam sistem budidaya. Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang paling penting untuk