I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Di Indonesia,
penyebarannya sebagian besar terletak di Sumatra dan Kalimantan, serta dalam jumlah luasan yang lebih kecil berada di Jawa, Sulawesi dan Papua. Pada tahun
2007, Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas areal 6,78 juta ha Ditjenbun, 2008. Walaupun produksi kelapa sawit
sudah cukup tinggi, namun besarnya kebutuhan terhadap kelapa sawit mendorong perlunya dilakukan pengelolaan perkebunan yang tepat, terarah, dan efisien untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas kelapa sawit, sehingga mampu berkompetisi di pasar internasional.
Seperti telah banyak diketahui, tanaman kelapa sawit membutuhkan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam produksinya, sehingga perlu pengelolaan
air yang baik agar kebutuhan air dapat terpenuhi. Hal ini membuat ketersediaan air menjadi salah satu faktor pembatas bagi produksi kelapa sawit.
Jika dilihat dari sistem hidrologi yang ada di pekebunan kelapa sawit, sumber air untuk produksi tanaman didapat dari ketersediaan air yang berasal dari
air hujan. Air hujan yang jatuh ke tanah sebagian akan diserap oleh tanaman dan sebagian diuapkan kembali ke udara melalui proses evapotranspirasi dan
penyerapan air ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Limpasan air yang berlebih dialirkan melalui aliran permukaan. Di perkebunan kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor, telihat adanya potensi aliran permukaan dan terdapat beberapa blok perkebunan yang mengalami penurunan
produksi. Wilayah Bogor memiliki curah hujan yang tinggi, yaitu sekitar 3000 mm
per tahun. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan ketersediaan air. Pada perkebunan kelapa sawit diperlukan suatu pengelolaan air
yang dapat meningkatkan efisiensi untuk kebutuhan air tanaman kelapa sawit. Salah satu bentuk pengelolaan air yang ada di perkebunan sawit untuk menjaga
ketersediaan air yaitu berupa embung. Di perkebunan PT. Perkebunan Nusantara
VIII belum terdapat embung. Embung dapat meningkatkan cadangan air tanah sehingga ketersediaan air dapat terjaga saat curah hujan belum dapat mencukupi
kebutuhan air untuk tanaman kelapa sawit. Sejauh ini penelitian tentang pengaruh potensi ketersediaan air terhadap
produktivitas kelapa sawit belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis potensi ketersediaan air dengan sistem informasi geografis
GIS untuk melihat pengaruhnya terhadap produksi kelapa sawit. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan data penunjang yang dapat
meningkatkan efisiensi pekerjaan, khususnya dalam analisis pengaruh potensi ketersediaan air terhadap produktivitas kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit
PT Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor.
1.2 Tujuan