Penentuan potensi aliran permukaan dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis pada software ArcView GIS 3.3. Selanjutnya
dilakukan perhitungan dengan melakukan perkalian skor kemiringan lereng dengan jenis tanah untuk mendapatkan jumlah skor sehingga dapat ditentukan
kelas potensi aliran permukaan. Dari hasil jumlah skor tersebut kemudian dilakukan pengolahan atribut data secara spasial dalam bentk digital yang diubah
menjadi bentuk vektor berdasarkan kelas potensi aliran yang telah dibuat sehingga didapatkan pola persebaran kelas potensi aliran permukaan. Daerah yang memiliki
tingkat potensi aliran permukaan tinggi akan memiliki jumlah skor yang tinggi, sebaliknya daerah yang memiliki tingkat potensi aliran permukaan rendah akan
memiliki jumlah skor yang rendah. Skor tingkat potensi aliran permukaan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Skor kelas potensi aliran permukaan Kelas potensi aliran
permukaan Jumlah skor
Tinggi 9
– 12 Sedang
5 – 8
Rendah 1
– 4
3.3.7 Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi dilakukan untuk menentukan calon lokasi pembuatan embung. Analsis tersebut dilakukan menggunakan tools Hydrology pada ArcGIS
9.3 dengan DEM digital elevation model sebagai input yang kemudian diolah kedalam pola alirandengan memperhitungkan slope, flow direction dan flow
accumulation. Calon lokasi pembuatan embung diproses pada beberapa tempat yang terdapat akumulasi pola aliran intermitten aliran tadah hujan.
3.3.8 Survei Lapang
Survei lapang dilakukan pada tanggal 26 dan 31 Oktober 2011, serta tanggal 6 dan 7 Desember 2011 untuk mengetahui kecocokan hasil interpretasi
citra dan data lapangan. Pada saat survei lapang juga dilakukan wawancara dengan pengelola kebun untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan
pengelolaan air yang ada di lokasi penelitian.
3.3.9 Sintesis Data
Proses analisis dimulai dengan menganalisis hasil wawancara di lokasi pengamatan yang didapat saat survei lapang, kemudian dilakukan analisis untuk
melihat faktor-faktor fisik lahan terhadap produktivitas, khususnya dalam hal pengelolaan air dan aliran permukaan, serta dilakukan penentuan faktor fisik mana
yang paling berpengaruh terhadap perubahan produktivitas. Untuk melihat keterkaitan faktor-faktor fisik dengan produktivitas,
dilakukan perhitungan nilai korelasi dengan menggunakan MINITAB 14, yaitu dengan melakukan korelasi data produksi, kemiringan lereng, jenis tanah dan
potensi aliran permukaan dengan melihat nilai korelasi serta nilai p-value yang 0.005 dari setiap faktor. Hasil dari analisis korelasi data akan menjelaskan
hubungan keterkaitan faktor-faktor biofisik dengan produktivitas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Faktor-faktor Biofisik yang Mempengaruhi Ketersediaan Air 4.1.1 Kenampakan Tutupan Lahan berdasarkan Analisis Citra Digital
Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 Bogor Barat tahun 2009 seperti yang tampak pada Gambar 3. Kombinasi band
yang digunakan pada penelitian ini adalah kombinasi antara band 3, 2, dan 1 RGB yang menghasilkan kenampakan alami natural color. Interpretasi secara
visual pada Citra ALOS AVNIR-2 dilakukan berdasarkan pada unsur-unsur interpretasi yaitu rona, pola, tekstur, ukuran, bentuk, bayangan, site dan asosiasi.
Gambar 3. Kenampakan citra ALOS AVNIR-2 kombinasi band 3,2,1
Dari hasil pemotongan Gambar 4 citra ALOS AVNIR-2 pada kombinasi band 3, 2 dan 1 RGB, dapat terlihat tutupan lahan sebagian besar berupa
vegetasi, yaitu perkebunan kelapa sawit. Interpretasi secara visual menunjukkan kenampakan tutupan lahan berupa kebun kelapa sawit dengan melihat unsur-unsur
interpretasi yang khas kebun kelapa sawit yaitu memiliki rona hijau, tekstur kasar dan terdapat sungai tersebut serta aksesibilitas berupa jalan di areal perkebunan.
Gambar 4. Citra ALOS AVNIR-2 Wilayah Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor
Kenampakan pada tutupan lahan kanopi berdasarkan umur tanaman kelapa sawit Gambar 5 menunjukkan adanya perbedaan secara visual yaitu kerapatan
kanopi tanaman kelapa sawit semakin rapat semakin gelap warnanya. Tetapi pada keadaan di lapangan seperti yang terlihat di Gambar 6, permukaan bawah
tanaman kelapa sawit memiliki tanaman penutup cover crop yang seragam yaitu berupa rumput.
Gambar 5. Tingkat kerapatan kanopi tanaman kelapa sawit
Gambar 6. Tanaman penutup cover crop di bawah tanaman kelapa sawit yang seragam berupa rumput
4.1.2 Curah Hujan