Letak dan Luas Pengelolaan Hutan

BAB IV. KONDISI UMUM

4.1. Letak dan Luas

Koperasi Hutan Jaya Lestari KHJL Konawe Selatan memiliki kawasan hutan dengan luasan sebesar 598,2 Ha. Di Kabupaten Konawe Selatan, 50,38 atau seluas 212.097 Ha, merupakan areal lahan yang dinyatakan sebagai Kawasan Hutan dan 208.906 49,62 digolongkan sebagai Kawasan Budidaya. Tabel 1. Luas areal kawasan hutan di Kabupaten Konawe Selatan Fungsi Lahan Luas Ha 1. Kawasan Hutan 212.097 50.38 Kawasan pelestarian alam 79.540 37.5 Hutan Lindung 42.759 20.2 Hutan produksi terbatas 3.705 1.7 Hutan produksi 86.093 40.6 Hutan konservasi

2. Kawasan Budidaya Non-Kehutanan

208.909 49.62 Jumlah 421.006 100 Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Selatan, Tahun 2003

4.2. Pengelolaan Hutan

Koperasi Hutan Jaya Lestari atau KHJL didirikan pada tanggal 18 Maret 2004, pendirian koperasi ini di inisiasi oleh 46 ketua kelompok Social Forestry dalam 6 kecamatan di wilayah kabupaten Konawe Selatan. Dalam perkembangannya, pada tahun 2008 KHJL telah memiliki 579 anggota dalam 32 desa. KHJL memiliki pendamping dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakatnya yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat Jaringan Untuk Hutan LSM JAUH dan TFT Tropical Forest Trust. KHJL merupakan satu-satunya koperasi yang mendapat pengakuan dari lembaga ekolabel internasional FSC Forest Stewardship Council sehingga kayu yang dijual telah mendapatkan sertifikasi dari FSC. Berdasarkan rencana pengelolaan hutan masyarakat 2005-2009, Koperasi Hutan Jaya Lestari KHJL berorientasi pada pengelolaan hutan Jati Tectona grandis Linn.F milik masyarakat. KHJL hanya menjual kayu jenis Jati meskipun terdapat kayu-kayu lain di areal KHJL seperti Eboni. KHJL telah berketetapan untuk memusatkan perhatian pada upaya pelatihan untuk unit-unit desa-desa dalam keterampilan mengelola jati rakyat dengan memilih unit-unit yang aktif dan memiliki kemauan untuk terlibat dalam Program Kehutanan Sosial di Kabupaten Konawe Selatan. Unit-unit inilah yang melalui proses untuk menjadi kelompok jati yang resmi, pembuatan database anggota, penentuan jatah tebangan tahunan untuk masing-masing unit, pengaturan pelayanan pemeliharaan untuk masing-masing unit, dan mempelajari proses lacak balak jati yang mereka miliki. KHJL kemudian akan menggunakan Sertifikasi FSC untuk jati yang berasal dari unit-unit yang melakukan penebangan jati. KHJL akan menetapkan aturan dalam penerimaan unit-unit baru ke dalam kelompok penghasil jati yang diakui oleh FSC.

4.3. Sejarah Sertifikasi Ekolabel di KHJL