Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Batasan Masalah Penentuan Pohon Contoh Kualitas Kayu Bundar Jati Pelaksanaan Pengukuran

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di hutan tanaman rakyat yang tergabung dalam Koperasi Hutan Jaya Lestari KHJL yang terletak di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengelolaan hutan dilakukan dengan pola pengelolaan bersama antara koperasi, petani hutan, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Pengelolaan hutan ini telah memperoleh sertifikat ekolabel Forest Stewardship Council FSC. Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan, yaitu mulai bulan Mei sampai Juli tahun 2008.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, pita meter, tongkat ukur, alat sogok, kapur tulis, cat, pisau pemotong, kalkulator, kamera, dan komputer.

3.3. Batasan Masalah

Ruang lingkup permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pada kegiatan penebangan, perencanaan pembagian batang, dan pelaksanaan pembagian batang. Objek penelitian ini adalah semua pohon rebah yang ditebang oleh koperasi sesuai jatah tebangan yang telah ditentukan. Perhitungan diameter dengan kulit, panjang, dan volume dilakukan ketika pohon rebah.

3.4. Penentuan Pohon Contoh

Pohon contoh yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah pohon yang ditebang pada areal KHJL selama bulan Mei sampai dengan Juli 2008, jumlah pohon contoh ditetapkan sebanyak 33 pohon.

3.5. Pengukuran Dimensi

Pengukuran dimensi dalam pengujian kualitas kayu bulat Jati ini dibagi menjadi 2 dua bagian, yaitu :

3.5.1. Pengukuran Dimensi Pohon Per Seksi

Pengukuran pohon perseksi merupakan tahapan pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai dimensi dan kondisi fisik pohon termasuk keberadaan cacat kayu. Hasil pengukuran ini digunakan sebagai dasar pembagian batang. Pengukuran dilakukan setelah pohon rebah dan sebelum dilakukan pembagian batang, dilakukan pengukuran untuk menentukan dimensi kayu antara lain keliling dan identifikasi cacat yang terdapat pada kayu. Cara pengukuran dimensi pohon perseksi disajikan pada Gambar 1. 1 meter 1 meter Tempat pengukuran keliling. Gambar 1. Sketsa pengukuran dimensi perseksi Pengukuran terhadap karakteristik cacat diukur sesuai Standar Nasional Indonesia SNI dengan ketentuan pengujian kualitas kayu bulat Jati Tectona grandis Linn.F . Parameter cacat yang akan diamati antara lain : 1. Jenis cacat 2. kedalaman cacat 3. Letak 4. Jumlah 5. Diameter cacat Hasil pengukuran ini digunakan sebagai dasar untuk membagi batang secara skematis.

3.5.2. Pengukuran Pembagian Batang Aktual

Pengukuran sortimen hasil pembagian batang di lapangan dilakukan sesuai dengan kebijakan pembagian batang dari KHJL. Tahapan pengukuran dst Seksi 1 Seksi 2 yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh kondisi fisik termasuk keberadaan cacat kayu. 1. Pengamatan dilakukan terhadap semua cacat yang terdapat pada kayu, baik terhadap cacat bentuk, cacat badan, maupun cacat bontos, kemudian cacat terberat. 2. Penilaian dilakukan dengan cara mengamati keadaan dan penyebarannya, mengukur besarnya, serta menghitung jumlahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan. 3. Pengukuran dilakukan setelah pohon rebah dan telah dilakukan pembagian batang. Kebijakan pembagian batang KHJL menetapkan bahwa kayu-kayu tersebut berasal dari tebangan pohon yang telah memiliki diameter diatas 30 cm. Sedangkan panjang dan diameter batang disesuaikan dengan permintaan pasar. KHJL tidak memanfaatkan cabang dan ranting dalam menjual kayunya, seluruh kayu berasal dari pembagian batang utama kayu.

3.5.3. Pengukuran Cacat Kayu

a Cacat kesilindrisan Dinyatakan silindris Si, hampir silindris Hsi dan tidak silindris Tsi dengan parameter : 1. Silindris apabila perbandingan antara selisih dp dan du dengan panjang ≤ 1 p. 2. Hampir silindris Hsi apabila perbandingan antara selisih dp dan du dengan panjang 1 sampai dengan 2 p. Tidak silindris Tsi apabila perbandingan antara selisih dp dan Cara menghitung kesilindrisan lihat Gambar 2 : Kesilindrisan = dp – du x 100 p dp du d3 d1 dp = d1+d2 2 du = d3+d4 2 d4 d2 Gambar 2. Cara menghitung persentase cacat kesilindrisan Keterangan : 1. d1 adalah garis tengah terpanjang diameter pangkal dp 2. d2 adalah garis tengah terpendek diameter ujung du 3. d3 adalah garis tengah terpanjang diameter pangkal dp 4. d4 adalah garis tengah terpendek diameter ujung du 5. d p adalah diameter pangkal 6. d u adalah diameter ujung 7. p adalah panjang kayu 8. du dengan panjang 2 p. b Cacat kebundaran Dinyatakan bundar Br, hampir bundar Hbr dan tidak bundar Tbr apabila : 1. Bundar Br apabila perbandingan antara du dan dp ≥ 90 2. Hampir bundar Hbr apabila perbandingan antara du dan dp ≥ 80 sampai 90 3. Tidak bundar Tbr apabila perbandingan antara du dan dp 80 Cara menghitung persentase kebundaran lihat Gambar 3. kebundaran = 100 4 3 100 2 1 x d d atau dan x d d d1 d3 d4 d2 Gambar 3. Cara menghitung persentase cacat kebundaran Keterangan : 1. d 1 adalah garis tengah terpanjang 2. d 2 adalah garis tengah terpendek 3. d 3 adalah garis tengah terpanjang 4. d 4 adalah garis tengah terpendek c Cacat kelurusan kelengkungan Penilaian terhadap cacat kelurusan dinyatakan dalam persen, misalnya 3 yaitu kedalaman lengkungnya tidak lebih dari 3 panjang kayu. Untuk jenis tertentu besar kedalaman lengkung dibatasi dalam cm serta dihitung jumlahnya. Cara menghitung kelurusan lihat Gambar 4. kelurusan = y p x 100 Y P Gambar 4. Cara menghitung kelurusan Keterangan : y adalah kedalaman lengkung dan p adalah panjang kayu d Cacat alur Ditetapkan dengan cara mengukur dalamnya alur pada tempat yang terdalam terhadap permukaan kayu yang bersangkutan. Apabila pada kayu terdapat 1 alur, masing-masing alur diukur dalamnya kemudian dijumlahkan. Apabila terdapat lebih dari 2 alur, yang dijumlahkna hanya 3 alur utama. Kemudian apabila sebatang kayu terdapat alur yang panjangnya ½ p dan ≤ p, dianggap keduanya ½ p. Cara menghitung kedalaman alur lihat Gambar 5. b Gambar 5a dan 5b. Cara menghitung alur Keterangan 5 a : jumlah alur 1 buah keterangan 5 b : jumlah alur 2 buah e Cacat lubang gerek LG Penilaian cacat lubang gerek dinyatakan dalam : 1. besarnya lubang : LG kecil, LG sedang dan LG besar 2. Jumlah sebaran : Tersebar merata Tm atau gerombol Gr untuk Lgk Lgs, sedangkan untuk Lgb dihitung jumlah tiap meter panjang tmp nya 3. khusus untuk Lgb 10 bh tmp, diukur kedalaman lubangnya untuk menghitung persentase dan isi cacat gubal. Pengukuran cacat lubang gerek lihat Gambar 6. panjang 1 meter Gambar 6. Cara menghitung jumlah Lubang gerek A Keterangan :  jumlah Lgb dihitung jumlah tmp contoh dalam gambar adalah 3 bh dalam tiap meter panjang  kotak A berukuran 12,5 cm x 12,5 cm diletakkan pada badan kayu yang mempunyai Lgk terbanyak, kemudian hitung jumlahnya. Apabila 30 bh dianggap Gr dan ≤ 30 bh dianggap Tm. f Cacat pecah atau belah pe be Penilaian terhadap cacat Pe Be dinyatakan dalam persen, misalnya 15 p, yaitu jumlah panjang semua Pe Be pada kedua bontosnya adalah 15 dari panjang kayu p. Pe Be yang berhadapan dianggap 1 satu buah. Pengukuran cacat PeBe lihat gambar 7. Pe Be = a + c+ d p x 100 a p c d Gambar 7. Cara menghitung Pe Be g Cacat mata kayu Mk Penilaian terhadap cacat Mk dinyatakan dalam : 1. Keadaan Mk, yaitu mata kayu sehat dan mata kayu busuk 2. Jumlah Mk, yaitu dalam tiap meter panjang tmp 3. Diameter Mk, yaitu rata-rata panjang dan lebar Mk terbesar, diukur pada batas gubal 4. Jarak jrk Mk adalah jarak terpendek antar Mk MksMkb sejajar sumbu kayu. Cara menghitung diameter Mk, Jumlah Mk, jarak Mk, serta perbandingannya lihat gambar : A B Diameter Mk = a+b 2 Gambar 8 . Cara menghitung jml Mk, Jrk Mk, dan perbandingannya Keterangan : 1. Jumlah Mk adalah 1 bh tmp, atau 2 bh tdp 2. Jarak antar Mk adalah jrk 1 yang terpendek h Cacat benjolan Buncak-buncak Penilaian terhadap cacat benjolan dinyatakan dalam : 1. Jarak terpendek antar benjolan sejajar sumbu kayu 2. Jumlah tmp-nya dan atau tiap batangnya 3. Untuk jenis tertentu, perlu diukur diameternya Cara penilaian benjolan Bj : Jarak 1 tmp tmp tmp Gambar 9. Cara menilai cacat benjolan Keterangan : 1. Jarak Bj adalah jarak-jarak terpendek sejajar sumbu kayu 2. Jumlah benjolan adalah 2 bh atau 3 bh btg 3. tmp adalah tiap meter panjang i Cacat kulit tersisip kulit tumbuh Kt Penilaian terhadap cacat kulit tersisip kulit tumbuh dinnyatakan dalam : 1. Jumlah Kt di badan dihitung tmp, di bontos dihitung per bontos. 2. Luas Kt dengan cara mengalikan panjang dan lebar Kt di bontos 3. Panjang Kt di bontos dibandingkan dengan diameter dalam satuan persen Cara menghitung jumlah, luas dan panjang Kt lihat Gambar 10. p L tmp tmp tmp Gambar 10. Cara menghitung jumlah dan luas Kt Keterangan : 1. Jumlah Kt di badan dihitung 1 buah tiap meter panjang 2. Jumlah Kt di bontos dihitung 2 buah bontos 3. Luas Kt 1 Kt 2 adalah panjang x lebar 4. Luas Kt = Luas Kt1 + luas Kt 2 j Cacat pecah busur pecah gelang Peb Peg Penilaian terhadap cacat PebPeg dinyatakan dalam persen dengan cara : 1. Membandingkan panjang linier atau panjang lengkungan PebPeg yang terpanjang dari kedua bontosnya terhadap diameter kayu. 2. Membandingkan jumlah panjang linier seluruh PebPeg setiap bontos terhadap diameter kayu 3. Cara mengitung PebPeg lihat Gambar 11. x z Gambar 11. Cara menghitung PebPeg Keterangan :  PebPeg = y d 100 yang terpanjang  PebPeg = x + y + z d 100 jumlah seluruhnya k Cacat pecah bontos Pebo Penilaian terhadap cacat Pecah bontos dinyatakan dalam ada atau tidak ada, untuk jenis tertentu dihitung jumlah bontosnya. Pecah bontos yang saling berhadapan dianggap 1 bh. Gambar 12. Cara menghitung pecah bontos Keterangan : - Jumlah Pecah bontos 4 buah per bontos dan jumlah Pecah bontos 2 buah per bontos l Cacat lengar Penilaian terhadap cacat lengar adalah diukur besar lebarnya terhadap keliling kayu dan panjangnya terhadap panjang kayu. Teras busuk Gubal hilang m Penilaian pecah banting Pebt Penilaian cacat pecah banting Pebt dilakukan terhadap lebar dan panjang Pebt, yaitu : Gambar 13. Penilaian Cacat lengar 1. Lebar Pebt dibandingkan dengan keliling kayu, seperti ¼ keliling 2. Panjang Pebt dibandingkan dengan panjang kayu dalam persen, seperti 20 p Cara mengitung Pebt lihat Gambar 14. Pebt Lb Pj Gambar 14. Cara menghitung cacat pecah banting Prbt Keterangan : 1. Lb = lebar Pebt  ¼ keliling 2. Pj = panjnag Pebt  pj p 100 n Cacat pecah slempler pecah lepas Penilaian cacat pecah slemplerpecah lepas dilakukan terhadap lebar pecah slempernya dibanding keliling kayu, seperti ¼ keliling. ¼ kelilin Gambar 15. Cara menghitung lebar pecah slemper Keterangan : 1. Lb = Lebar pecah 2. Pecah slemper = ¼ keliling o Cacat gerowong dan teras busuk Gr Tb Penilaian terhadap cacat gerowong teras busuk GrTb dinyatakan dalam persen dan kubikasi. Terdapat 2 dua cara penilaian cacat GrTb yaitu : 1. membandingkan diameter terbesar GrTb dengan diameter kayu, khusus Gr kedalamannya dibandingkan dengan panjang kayu 2. menghitung persen dan kubikasi cacat bontos sesuai SNI Pengukuran dan Tabel isi kayu bundar rimba Cara menghitung GrTb sama dengan menghitung Tr Gambar 16, sedangkan cara mengukur kedalaman Gr dapat dilihat pada Gambar 17. a P Keterangan : - a adalah kedalaman Gr - kedalaman Gr = a p 100 p Cacat gubal Penilaian terhadap cacat gubal meliputi : 1. Keadaan gubal, yaitu gubal sehat Gs , gubal tidak sehat Gts dan gubal busuk Gb 2. Untuk Gs diukur tebal gubalnya yaitu tebal terbesar dan atau tebal rata-rata dengan menghitung rata-rata tebal terkecil dan terbesar pada setiap bontosnya. 3. Untuk Gts dinyatakan dalam persen 4. Untuk Gb dinyatakan dalam persen dan kubikasi Untuk menghitung Gts dan Gb cara menghitung persen dan kubikasi cacat gubal dalam SNI Pengukuran dan Tabel isi kayu bundar rimba. Sedangkan cara mengukur tebal Gs lihat Gambar 18. Gambar 16. Cara mengukur kedalaman Gr a b Gambar 17. Cara mengukur tebal gubal segar Keterangan gambar : 1. a = Gs terbesar 2. b = Gs terkecil 3. tebal Gs = a + b 2 q Cacat pakah Pakah adalah hasil pemotongan kayu bercabang yang hampir sama besarnya, yang ditandai dengan adanya dua buah hati pada bontos lainnya. Cacat pakah ditetapkan dengan cara mengamati ada tidaknya pakah pada bontos. Gambar 18. Pakah

3.6. Prinsip Pengujian

Pengujian dilakukan secara kasat mata Visual terhadap kecermatan penetapan ukuran dan mutu kayu. Peralatan pengujian yang digunakan adalah pita ukur.

3.6.1. Persyaratan Pengujian

Kayu bundar jati yang akan diuji harus : 4. Dapat dibolak-balik sehingga semua permukaan kayu dapat dilihat secara keseluruhan 5. Diuji pada siang hari di tempat terang sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu 6. Pengambilan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan populasi sebagaimana tercantum pada Tabel 1 SNI 01-5007.17-2001 tentang Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bundar Jati.

3.6.2. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian kayu pertama kali dilakukan penetapan jenis kayu dengan memeriksa ciri umum kayu jati. Penetapan ukuran kayu bundar jati mengacu pada SNI 01-5007.17-2001, Pengukuran dan tabel isi kayu bundar Jati. yaitu :

1. Satuan Ukuran

Sistem satuan ukuran yang dtetapkan adalah sesuai standar SNI, yaitu: 1.1. Satuan untuk diameter kayu adalah cm Senti meter dengan kelipatan 3 tiga cm penuh untuk sortimen AI, AII serta kelipatan 1 cm penuh untuk sortimen AIII. 1.2. Satuan untuk panjang adalah meter m dengan kelipatan 10 cm penuh untuk panjang sampai dengan 10,00 meter dan 50 cm penuh untuk panjang lebih dari 10,00 meter 1.3. Satuan untuk isi kayu bundar adalah meter kubik m 3 , dengan penulisan 3 tiga angka di belakang koma untuk sortimen AI dan AII serta 2 angka dibelakang koma untuk sortimen AIII.

3.7. Kualitas Kayu Bundar Jati

Mutu kayu bundar jati terbagi kedalam 6 enam mutu kayu yaitu U, P, D, T, M dan L. Khusus sortimen kayu bundar jati AI dan kayu bundar sedang jati AII dibagi dalam 4 empat mutu yaitu P, D, T, dan M dimana mutu kayu U dan L tidak termasuk didalamnya. Kelas mutu kayu U merupakan kelas mutu terbaik, berturut-turut selanjutnya adalah P, D, T, dan M.

3.8. Pelaksanaan Pengukuran

Pelaksanaan pengukuran dilakukan terhadap setiap batang kayu bundar Jati. Dengan rancangan pengukuran sebagai berikut :

A. Penetapan Diameter

i. Diameter diukur pada bontos ujung terkecil tanpa kulit dengan menggunakan Pita Phi π ii. Apabila Phi tidak ada, pengukuran dilakukan dengan mengukur keliling menggunakan pita ukur biasa dalam kelipatan 1 cm, selanjutnya dengan angka keliling tersebut diameter dicari dalam tabel isi iii. Diameter kayu bundar Jati dinyatakan dalam kelas diameter, untuk AI dan AII kelipatan 3 cm dan untuk AIII kelipatan 1 cm.

B. Penetapan Panjang

Panjang diukur pada jarak terpendek antara kedua bontos melalui badan kayu. Panjang diukur dalam kelipatan 10 cm untuk panjang sampai 10,00 m dan kelipatan 50 cm untuk panjang lebih dari 10,00 meter dengan pembulatan kebawah.

C. Penentuan Mutu Akhir Berdasarkan Acuan Normatif Standar Nasional

Indonesia SNI . Standar acuan normatif yang digunakan dalam menentukan mutu akhir kualitas kayu bundar jati pada penelitian ini adalah Standar Nasional Indonesia SNI 01-5007.1-2003 tentang Kayu Bundar Jati dan SNI 01-5007.17-2001 tentang Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bundar Jati. Standar ini meliputi penetapan istilah dan definisi, lambang dan singkatan, klasifikasi, cara pembuatan, syarat mutu, cara uji, syarat lulus uji, dan syarat penandaan sebagai pedoman pengujian kayu bundar Jati Tectona grandis Linn.f yang diproduksi di Indonesia. Sistem penetapan mutu akhir kualitas berdasarkan pada persyaratan cacat yang ada pada acuan normatif Standar Nasional Indonesia SNI bisa dilihat pada tabel lampiran 1 tentang syarat mutu kayu.

3.9. Pengolahan dan Analisis Data