Sertifikasi Ekolabel TINJAUAN PUSTAKA

7. Kesilindrisan merupakan bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan selisih dp dan du dengan panjang kayu dalam persen. 8. Kunus adalah cacat pada bontos kayu berupa cabang akibat dari kesalahan teknis menebang. 9. Lengar Lr adalah merupakan lekukan pada batang kayu yang umumnya disebabkan oleh kebakaran atau sebab lainnya 10. Mata kayu Mk adalah bekas cabang atau ranting pada permukaan kayu dengan penampang lintang berbentuk bulat atau lonjong. 11. Pakah : bontos kayu dipotong pada pertemuan antara 2 dua cabang ditandai dengan adanya 2 dua hati dan terpisahnya lingkaran tumbuh. 12. Pecah belah Pebe adalah terpisahnya serat kayu melebar sehingga merupakan celah dengan lebar 2 mm atau lebih dan menembus teras. 13. Pecah banting Pebt adalah pecah yang tidak beraturan terjadi pada waktu penebangan. 14. Pecah busur Pb adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu atau searah dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur lingkaran ≤ setengah lingkaran. 15. Pecah gelang Pg adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu atau searah dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur lingkaran setengah lingkaran. 16. Pecah hati adalah terpisahnya serat dimulai dari hati memotong terhadap lingkaran tumbuh. 17. Pecah lepas adalah akibat bagian dari badan kayu yang hilang lepas ke arah ke arah memanjang. 18. Pecah slemper adalah pecah sejajar pada bontos yang tidak menembus badan kearah memanjang, tetapi sebagian kayunya masih menyatu.

2.4. Sertifikasi Ekolabel

Sistem sertifikasi adalah mekanisme keterkaitan dan ketergantungan antara pemohon obyek sertifikasi, penguji, pelaksana infeksi lapangan, pemberi sertifikat dan pelaksana pengawasan Winarto 2006, diacu dalam Badan Standarisasi Nasional 1998. Sistem sertifikasi lacak balak adalah tata laksana keterkaitan dan ketergantungan antara pemohon sertifikasi, panel pakar, penilai lapangan, lembaga sertifikasi lacak balak, Dewan Pertimbangan Sertifikasi DPS, pelaksana penilikan surveillance dan pihak-pihak terkait stakeholder dalam sertifikasi lacak balak Winarto 2006, diacu dalam Standar LEI 2000. Sistem sertifikasi pengelolaan hutan produksi lestari adalah tata laksana keterkaitan dan ketergantungan antara pemohon sertifikasi, panel pakar, penilai lapangan, lembaga sertifikasi lacak balak, Dewan Pertimbangan Sertifikasi DPS, pelaksana penilikan surveillance dan pihak-pihak terkait stakeholder dalam sertifikasi PHPL Winarto 2006, diacu dalam Standar LEI 2000. Sertifikat menurut Winarto 2006 diacu dalam Peraturan Pemerintah No.102 2000 diartikan sebagai jaminan tertulis yang diberikan oleh lembagalaboratorium yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, system atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari adalah sertifikasi yang menjamin telah diterapkannya usaha-usaha bagi pengelolaan hutan produksi lestari Winarto 2006, diacu dalam Badan Standarisasi Nasional 1998. Sertifikasi lacak balak adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen untuk mengeluarkan pernyataan bahwa hasil hutan yang diproduksi oleh unit usaha kehutanan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari. Sertifikasi hutan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen untuk mengeluarkan pernyataan bahwa pengelolaan hutan oleh unit manajemen, sumber bahan baku maupun pengolahan hasil hutan oleh unit usaha kehutanan, yang terdiri atas sertifikasi PHPL, lacak balak dan pelabelan produk hasil hutan Winarto 2006, diacu dalam Standar LEI 2000. Ekolabel menurut Badan Standarisasi Nasional 1998 diartikan sebagai label yang dilekatkan pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan pemohon, yang memberikan informasi bahwa pemohon telah memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan produksi lestari dan memenuhi kriteria dan indikator penelusuran kayu Chain of custodyTimber tracking. Penilaian hutan secara lestari adalah serangkaian strategi dan pelaksanaan kegiatan untuk menjamin keberlanjutan fungsi-fungsi produksi, ekologi, dan sosial dari hutan alam produksi Winarto 2006, diacu dalam Kepmenhut 2003.

2.5. Jati