Pengertian Pengujian dan Kualitas Prinsip Pengujian Kayu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengujian dan Kualitas

Pengujian merupakan evaluasi dan kajian teknis produk rekayasa genetik yang meliputi teknik perekayasaan, efikasi dan persyaratan keamanan hayati di laboratorium, fasilitas uji terbatas danatau lapangan uji terbatas Badan Standarisasi Nasional, 2001. Pengujian hasil hutan didefinisikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, ukuran, isi volume dan mutu kualitas hasil hutan. Pengujian kayu adalah suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi volume, dan mutu kayu Badan Standarisasi Nasional, 2003. Pengukuran dan pengujian kayu menurut Badan Standarisasi Nasional 2001 diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan hasil hutan yang meliputi penetapan jenis, penetapan ukuran volumeberat dan penetapan kualitas hasil hutan. Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa mereka dibutuhkan Assauri, 1980. Kualitas menurut Badan Standarisasi Nasional 1994 diartikan sebagai kemampuan bahanbarang hasil untuk tujuan tertentu berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.

2.2. Prinsip Pengujian Kayu

Pengujian kayu menurut Badan Standarisasi Nasional 2003 diartikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi volume, dan mutu kayu. Penetapan ukuran kayu bundar jati menurut SNI 01-5007.17-2001, tentang Pengukuran dan tabel isi kayu bundar Jati. Yaitu : 1. Satuan untuk diameter kayu adalah cm centi meter dengan kelipatan 3 tiga cm penuh untuk sortimen AI, AII serta kelipatan 1 cm penuh untuk sortimen AIII. 2. Satuan untuk panjang adalah meter m dengan kelipatan 10 cm penuh untuk panjang sampai dengan 10,00 meter dan 50 cm penuh untuk panjang lebih dari 10,00 meter 3. Satuan untuk isi kayu bundar adalah meter kubik m 3 , dengan penulisan 3 tiga angka di belakang koma untuk sortimen AI dan AII serta 2 angka dibelakang koma untuk sortimen AIII. Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa mereka dibutuhkan Assauri, 1980. Pada prinsip pengujian menurut Standar Nasional Indonesia, kayu bundar jati yang akan diuji harus : 1. Dapat dibolak-balik sehingga semua permukaan kayu dapat dilihat secara keseluruhan 2. Diuji pada siang hari di tempat terang sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu 3. Pengambilan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan populasi Sebelum pengujian sebaiknya bebas dari kulit kayu kliko sehingga tanda yang akan dituliskan pada batang tidak hilang. Karena, tanda tersebut memiliki fungsi informatif, control, dan administratif. 1. Dilakukan pemeriksaan secara teliti terhadap pohon yang roboh tersebut, memeriksa kelurusan batang, cacat yang ada serta kepecahan, baik dari atas maupun dari samping batang. 2. Dilakukan penandaan pembagian batang dengan tir pada bagian-bagian yang akan dipotong, dengan tiga garis tir antara lain satu garis panjang untuk tempat potong, 2 garis kecil sebagai penanda yang berfungsi untuk kontrol. 3. Pembagian dilakukan dari pangkal, sedangkan pemotongan dilakukan dari ujung. 4. Disamping tanda pembagian, diberikan juga tanda pada batang-batang yang perlu dikepras benjolan-benjolan dan cacat. 5. Semua batang harus dilakukan pembagian sampai pada cabang-cabang kecil Ø 10 sentimeter panjang 1 meter untuk kayu perkakas dan kemudian kayu bakar.

2.3. Cacat Kayu