5.1.3 Selisih Kebutuhan dan Ketersedian Air Bersih
Untuk melihat kemampuan dalam penyedian air bersih maka dapat dilakukan pembandingan antara jumlah kebutuhan air bersih dengan kemampuan
penyediaan air bersih Kota Ambon. Kemampuan penyediaan air bersih sudah mencakup air yang diproduksi PDAM, potensi air tanah dan kemampuan hutan
dalam menyimpan air. Hasil pembandingan antara kebutuhan dan ketersediaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 19.
Tabel 20 Kebutuhan dan ketersediaan air bersih Kota Ambon
Tahun Kebutuhan Air
Suplai air Selisih
2010 15.172.345
33.652.535 18.480.190
2015 17.403.908
29.671.744 12.267.836
2020 19.916.038
25.969.093 6.053.055
2025 22.743.956
22.718.817 -25.139
Gambar 19 Kebutuhan dan ketersediaan air bersih kota Ambon
Dari Gambar 19 diketahui bahwa ketersediaan air bersih di Kota Ambon masih mencukupi kebutuhan hingga tahun 2024. Pada tahun 2025 akan terjadi
kekurangan air bersih sebesar 25.139 m
3
.
- 5.000.000
10.000.000 15.000.000
20.000.000 25.000.000
30.000.000 35.000.000
40.000.000
2010 2015
2020 2025
Tahun K
e bu
tuha n a
ir m
3
- 5.000.000
10.000.000 15.000.000
20.000.000 25.000.000
30.000.000 35.000.000
40.000.000
S u
p lai
a ir
m 3
Kebutuhan Air Suplai air
5.1.4.Perkiraan Luas Hutan Kota yang Dibutuhkan Kota Ambon
Dengan mengetahui nilai-nilai yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air, maka dapat dihitung
estimasi luas hutan kota yang dibutuhkan. Dari hasil perhitungan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air diketahui
bahwa luas hutan kota yang dibutuhkan di Kota Ambon tahun 2007 adalah seluas 18.953,99 ha. Sedangkan perkiraan kebutuhan hutan kota di Kota Ambon untuk
tahun 2010 yaitu 20.286,93 ha, tahun 2015 sebesar 22.691,32 ha, tahun 2020 sebesar 25.398,00 ha, dan tahun 2025 sebesar 28.444,93 ha. Gambar 20
memperlihatkan perkiraan kebutuhan luas hutan kota untuk ketersediaan air di Kota Ambon.
Gambar 20 Estimasi kebutuhan luas hutan kota untuk ketersediaan air di Kota
Ambon tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025 Ruang terbuka hijau yang ada di Kota Ambon saat ini adalah seluas
26.320,76 ha, yang terdiri dari 14.022,61 ha RTH alami dan 12.298,15 ha RTH binaan. Dari keseluruhan luas RTH tersebut, 11.196,33 ha diantaranya merupakan
kawasan hutan lindung. Namun dengan berkembangnya kota dan bertambahnya penduduk yang berarti akan bertambahnya lahan terbangun untuk pemukiman,
maka lahan bervegetasi akan semakin berkurang. Berdasarkan data perubahan penggunaan lahan dari tahun-tahun sebelumnya maka dapat diperkiraan luas lahan
20.286,93 22.691,32
25.398,00 28.444,93
- 5.000,00
10.000,00 15.000,00
20.000,00 25.000,00
30.000,00
2010 2015
2020 2025
Tahun Lu
a s
h a
Kebutuhan hutan kota
bervegetasi yang ada di tahun-tahun yang akan datang. Estimasi luas ruang terbuka hijau di Kota Ambon dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21 Estimasi luas RTH di Kota Ambon tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025
Dengan mengetahui estimasi kebutuhan dan ketersediaan luas hutan kotaRTH, maka dapat dibuat kurva keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan hutan kota yang ditunjukkan pada Gambar 22.
Gambar 22
Estimasi kebutuhan dan ketersediaan hutan kota di Kota Ambon Dari grafik pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa titik keseimbangan antara
kebutuhan dan ketersediaan hutan kota terdapat di antara tahun 2010 dan 2015,
23.707,89 19.418,80
15.429,40 11.927,39
5000 10000
15000 20000
25000
2010 2015
2020 2025
Tahun L
u as h
a
Luas RTH
20.286,93 22.691,32
25.398,00 28.444,93
23.707,89 19.418,80
15.429,40 11.927,39
3840 3840
3840 3840
- 5.000,00
10.000,00 15.000,00
20.000,00 25.000,00
30.000,00
2010 2015
2020 2025
Tahun L
u as
h a
Kebutuhan hutan kota Ketersediaan RTH
Hutan Kota
yaitu sekitar pertengahan tahun 2012. Pada tahun tersebut diperkirakan jumlah penduduk Kota Ambon akan mencapai 309.065 jiwa dengan kebutuhan air
sebesar 15.623.991 m
3
tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hutan kota terutama untuk fungsi hidrologi,
maka sangat diperlukan pengembangan hutan kota di Kota Ambon. Hutan kota di dapat dikembangkan di lahan kosong, sempadan sungai, dan di daerah dengan
kondisi topografi yang terjal, dengan kemiringan di atas 20. Untuk sempadan jalan sampai saat ini telah dibuat jalur hijau, yang diperlukan hanya perawatan
yang lebih intensif dari pemerintah kota. Menurut data digital Kota Ambon, total lahan kosong di Kota Ambon seluas 240 ha, panjang sungai adalah 81,75 km, dan
daerah dengan kemiringan di atas 20 seluas 18.690 ha. Jika dibuat buffer hutan kota di sepanjang kanan kiri sungai selebar 20 m, maka akan diperoleh hutan kota
seluas 539,37 ha. Peta buffer sungai dengan penanaman hutan kota selebar 20 m di kanan kiri sungai dapat dilihat pada Gambar 23. Peta topografi ditunjukkan
pada Gambar 24. Selain melakukan penambahan luas hutan kota, pemerintah juga harus
melakukan tindakan lainnya seperti usaha menurunkan angka pertambahan penduduk serta melakukan perbaikan pengolahan air bersih sehingga tekanan
penduduk terhadap pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar dapat dikurangi. Pembangunan hutan kota bukan satu-satunya cara dalam mengatasi masalah
ketersedian air di Kota Ambon namun dengan mengalokasikan hutan kota dari sekarang merupakan suatu tindakan preventif terhadap masalah lingkungan
lainnya yang akan timbul seperti pencemaran udara, kebutuhan oksigen dan tempat melepas lelah bagi masyarakat Kota Ambon. Hal ini sangat perlu karena
Kota Ambon akan terus mengalami perkembangan. Usaha yang dapat dilakukan selain membangun hutan kota adalah dengan
menurunkan angka pertambahan penduduk lebih kecil dari 2,59. Pemerintah Daerah Kota Ambon dapat mempromosikan dan menggiatkan program Keluarga
Berencana sehingga peningkatan jumlah penduduk kota dapat dikendalikan.
63
Gambar 23 Peta buffer sungai Kota Ambon tahun 2008
64
Gambar 24 Peta topografi Kota Ambon
65
Gambar 25 Peta estimasi luas minimum kebutuhan hutan kota Kota Ambon tahun 2010
66
Gambar 26 Peta estimasi luas minimum kebutuhan hutan kota Kota Ambon tahun 2015
67
Gambar 27 Peta estimasi luas minimum kebutuhan hutan kota Kota Ambon tahun 2020
68
Gambar 28 Peta estimasi luas minimum kebutuhan hutan kota Kota Ambon tahun 2025
5.2. Program Pemerintah dan Pendapat Masyarakat
5.2.1. Program Pemerintah
Untuk pengembangan hutan kota didasarkan pada arah pengembangan kota. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wiayah RTRW Kota Ambon tahun 2006-
2016, Arahan Pengembangan Ruang Kota dan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang sangat erat terkait, dimana hasil analisis fisik menjadi landasan pengambilan
keputusan perumusan tersebut. Hasil analisis fisik dasar membagi ruang Kota Ambon menjadi 3 tiga kategori fungsi kawasan yang akan menjadi arahan
pengembangan umum wilayah kota, yaitu: 1. Kawasan Lindung
Rencana kawasan lindung Kota Ambon mengacu kepada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan lindung di Kota
Ambon direncanakan meliputi: a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu
kawasan hutan lindung yang diarahkan sepanjang Pegunungan Nona, Pegunungan Sirimau, dan Pegunungan Jazirah Leihitu, juga kawasan
resapan air yaitu areal konservasi pada daerah dan kemiringan lereng 30 yang berfungsi sebagai aquifer zone, terdapat di sebagian daerah
Batu Gajah, Batu Meja, Batu Gantung Dalam, Kuda Mati, Benteng, Kusu-kusu dan sekitar Gunung Nona.
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain daratan sepanjang tepi pantai yang lebanya proporsional dengan bentuk dan fisik pantai minimal
100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Keppres No. 32 Tahun 1990, namun kriteria ini hanya dapat diterapkan pada daerah-daerah
yang belum berkembang di Kota Ambon. Bagi daerah-daerah yang sudah berkembang seperti perumahan penduduk yang berlokasi di sepanjang
pantai kota Ambon disarankan sempadan pantai minimal adalah 25 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Instruksi Gubernur No.
614Inst121994. Untuk sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter di kiri
kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman di Kota