IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Letak Kota Ambon berada sebagian di dalam wilayah Pulau Ambon. Secara geografis Kota Ambon berada pada 3
o
– 4
o
Lintang Selatan dan 128
o
– 129
o
Bujur Timur, dimana pada bagian utara berbatasan dengan petuanan Desa Hitu, Hila dan
Kaitetu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, sebelah Timur berbatasan dengan petuanan Desa Suli Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah,
sebelah Barat berbatasan dengan petuanan Desa Hatu Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda.
Kota Ambon mencakup wilayah seluas 377 Km
2
dengan luas wilayah daratan 359,45 Km
2
yang membujur di sepanjang pantai mengelilingi perairan Teluk Ambon dan Teluk Dalam.
Secara administratif, Kota Ambon terdapat di Provinsi Maluku, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, terdiri dari 5 lima
Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kacamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, dan Kecamatan Teluk Ambon yang
meliputi 20 Kelurahan dan 30 desa.
4.2. Kondisi Fisik Dasar
4.2.1. Topografi
Kota Ambon mempunyai wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal dengan kemiringan di atas 20 seluas kurang lebih
186,9 Km
2
atau 73, dan daerah datar dengan kemiringan sekitar 10 seluas kira- kira 55 Km
2
atau 17 dari luas seluruh wilayah daratannya. Kondisi topografi Kota Ambon dikelompokkan dalam 7 lokasi, yaitu:
° Pusat Kota dan sekitarnya sebagian petuanan Desa Amahusu sampai Desa Latta dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,36
o
seluas 13,5 Km
2
atau 5,44.
° Rumah Tiga dan sekitarya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,19
o
seluas 4,5 Km
2
atau 5,57.
° Passo dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,3
o
seluas 14,75 Km
2
atau 4,74. ° Laha dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 3,93
o
seluas 4,25 Km
2
atau 6,18. ° Hutumuri dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 6,16
o
seluas 4,25 Km
2
atau 9,70. ° Kilang dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 . dan kemiringan 5,66
o
seluas 3,5 Km
2
atau 9,91, sedangkan untuk ketinggian 5 – 250 m dengan kemiringan 6,56
o
seluas 3,25 Km
2
atau 10,3. ° Latuhalat dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 m dan kemiringan 5,4
o
seluas 4 Km
2
atau 8,57. Di Kota Ambon terdapat 10 gunung, dan yang tertinggi adalah Gunung Nona,
yaitu 600 m diatas permukaan laut, serta dialiri oleh 15 buah sungai, dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Sikula Way Sikula, yaitu sepanjang 15,5 Km.
4.2.2. Geologi dan Tanah
Berdasarkan peta Geologi dan Topografi Pulau Ambon oleh Veerbek dan Van Bos yang dibuat tahun 1898, jazirah Leitimur tersusun oleh dua bahan induk,
yaitu Alluvium dengan luas 61,55 Ha atau 30,87 dari luas jasirah Leitimur, dan Koralkalk dengan luas 10,10 Ha atau 5,06.
Di jasirah Leitimur terdapat dua bahan asal, yaitu Alluvial dan Denudasional yang terbagi menjadi dataran alluvial, perbukitan denudasional terkikis kecil,
perbukitan denudasional terkikis sedang, dan perbukitan denudasional terkikis kuat. Dataran alluvial merupakan bentuk lahan yang terdapat diantara daerah pantai
dan daerah perbukitan.Formasi alluvium dan batu gamping merupakan bahan induk yang menyusun daerah ini dengan asosiasi jenis tanah serperti alluvial, regosol,
rensina, podsolik, dan brunizem. Perbukitan denudasional merupakan bentuk lahan yang paling luas di jasirah
Leitimur, yaitu 2589 Ha atau 90,33 yang tersebar di daerah berombak seperti berbukit, Bentuk lahan ini dipengaruhi oleh proses geomorfologi seperti gerakan
dalam perut bumi.
4.2.3. Iklim
Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon yang dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim disini sangat
dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim di daerah ini, yaitu musim Barat atau Utara, dan musim Timur atau Tenggara. Kedua musim
ini dikelilingi oleh musim pancaroba yang merupakan musim transisi dari kedua musim tersebut.
Musim Barat pada umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim Timur.
Musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh masa pancaroba pada bulan November yang merupakan transisi ke musim Barat.
Berdasarkan data curah hujan, maka dalam tahun 2001 – 2005, curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 3.674 mm dengan 208 hari hujan.
Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan dalam 5 tahun terakhir, maka bulan basah musim hujan dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April
hingga Juli seiring dengan berlangsungnya Musim Timur, sedangkan bulan kering musim panas dengan curah hujan dibawah 200 mm terjadi dari bulan Oktober
hingga Februari seiiring dengan berlangsungnya Musim Barat. Sementara itu berdasarkan data Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2001 –
2005, maka rata-rata temperatur di Kota Ambon adalah 26,6
o
C dengan kisaran suhu minimum adalah 23,8
o
C dan suhu maksimum 30,4
o
C; rata-rata kelembaban nisbi sekitar 76,6; rata-rata lama penyinaran matahari adaah 53,6 dan rata-rata tekanan
udara adalah 76,6 MB. Kecepatan angin rata-rata 3 knot dan terbanyak bertiup dari arah Barat Laut dan Tenggara, dengan kecepatan terbesar adalah 20 knot.
4.2.4. Hidrologi
4.2.4.1.Air Permukaan
Di Kota Ambon terdapat cukup banyak sungai yang mengalir dari pegunungan-pegunungan di tengah Pulau Ambon menuju ke arah perairan laut di
sekeliling pulau namun kebanyakan sungai-sungai tersebut tidak terlalu besar, sehingga tidak semua sungai tercatat memiliki nama.
Banyak diantara sungai-sungai tersebut yang sudah mengalami pendangkalan akibat endapan pasir, yang sebagian diakibatkan oleh penggunaan lahan non
pertanian di kawasan penyangga dan kawasan lindung yang kurang hati-hati sehingga mengakibatkan sedimentasi. Selain itu akibat berubahnya fungsi kawasan
resapan air maka fluktuasi debit sungai pada musim kemarau dan musim hujan cukup besar, sehingga pada kawasan tertentu sering mengalami banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Penduduk yang bermukim di sepanjang jalur sungai tersebut pada awalnya
memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi dan cuci, namun dengan semakin menurunnya kualitas air sungai, pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Saat ini
sungai lebih banyak digunakan sebagai saluran drainase dan tempat pembuangan limbah rumah tangga, yang jika tidak dikendalikan akan semakin memperburuk
kualitas air sungai. Sumber air baku yang sudah dimanfaatkan oleh PDAM Kota Ambon adalah
mata air dan sumur dalam. Di Kota Ambon telah termanfaatkan 8 sumber mata air, yaitu: sumber air Wainitu, Air Keluar Kusu-kusu, Air Besar Soya, Air Panas
Wainiu I dan Wainiu II, Air Besar Halong, Wainitu, dan Waipompa. Sumber air yang potensial adalah sumber air Wainitu terletak di Kelurahan
Wainitu Kecamatan Nusaniwe untuk daerah pelayanan sekitar Pusat Kota, dan sumber air Waipompa yang terletak di Desa Halong Kecamatan Teluk Ambon
Baguala, untuk daerah pelayanan sekitar Desa Halong dan Desa Hative Kecil. Selain itu terdapat beberapa mata air lain dengan kualitas fisik yang relatif bagus. Debit
mata air-mata air tersebut fluktuatif antara musim hujan dan musim kemarau, dimana pada musim kemarau debitnya hanya sekitar 60 dari debitnya pada musim hujan.
4.2.4.2.Air Tanah
Penduduk yang yang bermukim pada daerah-daerah yang relatif datar, untuk kebutuhan sehari-harinya sebagian besar menggunakan sumur gali, sumur pompa
tangan, atau pompa listrik. Air tanah dangkal pada daerah datar tersebut memiliki kedalaman muka air tanah yang bervariasi namun relatif rendah, yatu antara 1 – 5
meter, namun kualitas air tanah dangkal tersebut kurang baik, karena terindikasi
tercemar oleh limbah rumah tangga. Sementara untuk air tanah dalam banyak terdapat pada kedalaman lebih dari 50 meter dengan kualitas yang cukup baik.
4.2.4.3.Air Bersih
Kota Ambon sudah terlayani oleh jaringan air bersih PDAM. Dari 9 deep weel yang ada, baru 7 yang beroperasi dengan kapasitas rata-rata 5 literdetik,
kecuali di Hative Kecil yang kapasitasnya 15 literdetik, Rumah Tiga dengan kapasitas 10 literdetik, serta untuk sumber dari mata air Waipompa di Halong Atas
dengan kapasitas 25 literdetik. Sambungan air bersih yang berasal dari PDAM berupa sambungan rumah tangga maupun sambungan non rumah tangga sarana
sosial, perniagaan, kantor pemerintah.
4.2.5. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kota Ambon sangat bervariasi dari yang mesih berupa hutan sampai kegiatan permukiman yang bercirikan perkotaan. Tercatat bahwa
kawasan hutan dan belukar merupakan jenis penggunaan yang paling dominan yaitu mencapai 49 atau sekitar 17.685,60 ha. Sedangkan penggunaan lahan dengan
presentase terkecil adalah untuk alang-alang yaitu 2,35 atau sekitar 842,96 ha. Penggunaan lahan untuk permukiman mencapai 5.393,40 ha atau sekitar 15 dari
luas Kota Ambon. Perkembangan penggunaan lahan di Kota Ambon telah mengalami beberapa
perubahan atau pergeseran peruntukan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dimana presentase terbesar pada lahan perkebunan dan belukar yang sebelumnya seluas
26.590,91 ha menjadi 22.719,44 ha. Penggunaan lahan akibat pergeseran peruntukan tersebut dialihkan fungsi dan penggunaannya untuk permukiman dan daerah
terbangun. Pergeseran penggunaan lahan menjadi permukiman banyak disebabkan oleh
keberadaan pengungsi akibat konflik sosial yang melanda Kota Ambon. Kecenderungan perkembangan ini perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada
perkembangan permukiman dengan lereng 30 dan pada daerah pusat kota.
4.3. Kependudukan
Data kependudukan Kota Ambon sampai tahun 2006 masih meliputi data yang tersaji dalam 3 kecamatan, sebelum dimekarkan menjadi 5 kecamatan dengan
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006. Namun untuk memudahkan penelitian, data kependudukan dicatat berdasarkan desa dan kelurahan, untuk
selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kecamatan. Jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2007 adalah 271.972 jiwa, yang
tersebar di Kecamatan Sirimau 105.010 jiwa, Kecamatan Nusaniwe 82.760 jiwa, Kecamatan Leitimur Selatan 9.063 jiwa, Kecamatan Teluk Ambon Baguala 47.149
jiwa, dan Kecamatan Teluk Ambon 27.990 jiwa. Jumlah penduduk menunjukkan indikasi meningkat dari tahun ke tahun,
dengan laju pertumbuhan sebesar 10,47 terjadi pada tahun 2001 seiring dengan
pulihnya keamanan pasca konflik sosial yang menyebabkan banyak penduduk yang mengungsi kembali lagi ke Kota Ambon.
Tabel 8 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon tahun 2000-2007
Tahun Kecamatan
Kota Ambon
Laju Pertumbuhan
Nusaniwe Sirimau Teluk
Ambon TA
Baguala Leitimur
Selatan 2000 67.082 73.326
17.952 41.828 8.909 209.097
2001 69.796 89.351 18.598
44.240 9.002 230.987 10,47 2002 73.671 84.361
19.637 46.709 8.921 233.299
1,00 2003 77.496 91.094
22.956 44.630 8.714 244.890
4,97 2004 81.820 98.029
23.411 45.506 9.008 257.774
5,26 2005 83.315 99.831
23.992 46.619 9.210 262.967
2,01 2006 82.550 100.903
26.315 44.503 8.875 263.146
0,07 2007 82.760 105.010
27.990 47.149 9.063 271.972
3,35
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka 2000-2008, BPS Kota Ambon diolah.
4.4. Industri dan Perdagangan