Ruang Terbuka Hijau Untuk Peresapan Air Ketersediaan Air

2.10. Ruang Terbuka Hijau Untuk Peresapan Air

Ruang terbuka hijau kota sedikit banyak dapat mengatasi masalah limpasan air hujn. Ruang terbuka hijau memiliki derajat kerembesan tanah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis permukaan lainnya. Permukaan tanah yang tertutup oleh tanaman memiliki kapasitas infiltrasi yang tinggi. Hal ini disebabkan tanah yang tertutup oleh tanaman memiliki rongga-rongga tanah atau jalur-jalur yang lebar sehingga air mudah masuk, dan udara mudah keluar Thohir, 1991 dalam Muis, 2005. Rongga tersebut terbentuk selama bertahun-tahun dari pembusukan akar tanaman maupun pergerakan hewan dalam tanah yang ikut hidup dalam ekosistem bersama pepohonan yang tumbuh di ruang terbuka hijau. Sering ketika hujan deras terjadi, saluran drainase dan sungai mendapatkan beban air limpasan yang terlampau tinggi sehingga melampaui ambang kapasitasnya. Debit air pada saluran drainase dan sungai pada umumnya dipengaruhi oleh 3 komponen utama, yaitu intensitas hujan, keadaan permukaan tanah, dan luas daerah pengaliran. Berfungsinya RTH sebagai peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat hujan, sifat fisik kawasan dan pengelolaannya. Pengalihan fungsi lahan di perkotaan cenderung ke arah penutupan tanah dengan bahan-bahan semen yang tidak tembus air impervious, sehingga mengakibatkan terganggunya keseimbangan hidrologi. Hidrologi kota seringkali menjadi masalah yang pelik bagi ahli hidrologi, karena urbanisasi meningkatkan luasan permukaan yang tertutup semen, paving, aspal, sehingga air hujan tercegah untuk masuk ke dalam tanah dan menjadi limpasan permukaan Urbanos, 1992.

2.11. Ketersediaan Air

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia. Untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat, manusia membutuhkan air bersih. Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya, semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu. Kebutuhan manusia akan sumberdaya air menjadi sangat nyata bila dikaitkan dengan empat hal, yaitu pertambahan penduduk, pertumbuhan pangan, peningkatan industrialisasi dan perlindungan ekosistem terhadap teknologi. Diketahui bahwa jumlah air di bumi tetap, perubahannya hanya mengikuti siklus hidrologi yang berputar sepanjang masa. Padahal penduduk dunia selalu bertambah dan kehidupannya semakin maju, sehingga keperluan air semakin bertambah banyak Soerjani dkk, 1987. Sugiharto 1983 menyatakan bahwa untuk mencukupi kebutuhan air sehari- hari adalah sejalan dengan tingkat kemajuan masyarakat. Selain jumlahnya yang cukup, air untuk keperluan rumah tangga juga harus memenuhi syarat kesehatan. Hal ini karena selain air dapat dicemari oleh zat-zat yang bersifat racun, juga merupakan media dari berbagai kuman penyakit. Air minum yang juga disebut air bersih adalah salah satu kebutuhan utama manusia. Manusia memerlukan air untuk berbagai keperluan seperti MCK, produksi pangan, sandang dan papan. Air yang digunakan untuk rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan. Namun sampai dengan tahun 2000, berdasarkan data Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, baru sekitar 19 penduduk Indonesia, dimana 39nya adalah penduduk perkotaan, yang dapat menikmati air bersih dengan sistem perpipaan. Sedangkan di daerah pedesaan, berdasarkan sumber yang sama, hanya sekitar 5 yang menggunakan sistem perpipaan, dan sisanya sebesar 47 penduduk desa menggunakan air yang bersumber dari sumur gali dan sumber air yang tidak terlindungi Parahita, 2005 dalam Muis, 2005.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Ambon, Propinsi Maluku selama 3 bulan, mulai Februari 2009 hingga Mei 2009. Gambar 3 Citra KONOS Kota Ambon 3.2. Data, Perangkat Lunak, dan Perangkat Keras 3.2.1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pengelolaan hutan kota di Kota Ambon, seperti BAPPEDA Kota Ambon, Dinas Kehutanan, Dinas Tata Ruang, serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ambon. Selain itu data primer juga akan diperoleh dari hasil wawancara masyarakat.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra IKONOS Kota Ambon, peta administrasi Kota Ambon, peta tata guna lahan Kota Ambon, peta sungai Kota Ambon, jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Ambon,