5.2. Program Pemerintah dan Pendapat Masyarakat
5.2.1. Program Pemerintah
Untuk pengembangan hutan kota didasarkan pada arah pengembangan kota. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wiayah RTRW Kota Ambon tahun 2006-
2016, Arahan Pengembangan Ruang Kota dan Rencana Pola Pemanfaatan Ruang sangat erat terkait, dimana hasil analisis fisik menjadi landasan pengambilan
keputusan perumusan tersebut. Hasil analisis fisik dasar membagi ruang Kota Ambon menjadi 3 tiga kategori fungsi kawasan yang akan menjadi arahan
pengembangan umum wilayah kota, yaitu: 1. Kawasan Lindung
Rencana kawasan lindung Kota Ambon mengacu kepada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan lindung di Kota
Ambon direncanakan meliputi: a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu
kawasan hutan lindung yang diarahkan sepanjang Pegunungan Nona, Pegunungan Sirimau, dan Pegunungan Jazirah Leihitu, juga kawasan
resapan air yaitu areal konservasi pada daerah dan kemiringan lereng 30 yang berfungsi sebagai aquifer zone, terdapat di sebagian daerah
Batu Gajah, Batu Meja, Batu Gantung Dalam, Kuda Mati, Benteng, Kusu-kusu dan sekitar Gunung Nona.
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain daratan sepanjang tepi pantai yang lebanya proporsional dengan bentuk dan fisik pantai minimal
100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Keppres No. 32 Tahun 1990, namun kriteria ini hanya dapat diterapkan pada daerah-daerah
yang belum berkembang di Kota Ambon. Bagi daerah-daerah yang sudah berkembang seperti perumahan penduduk yang berlokasi di sepanjang
pantai kota Ambon disarankan sempadan pantai minimal adalah 25 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Instruksi Gubernur No.
614Inst121994. Untuk sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter di kiri
kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman di Kota
Ambon dibutuhkan sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi 10-15 meter.
Kawasan sekitar mata air juga termasuk dalam kawasan perlindungan setempat dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air yang harus
dilindungi, yaitu sumber air: Wai Nitu, Air Keluar Kusu-kusu, Air Besar Soya, Wai Pompa, Air Panas, Wai Niwu 1 dan 2, dan Wai Batu
Gajah. c. Kawasan suaka alam, meliputi pantai hutan bakau yang berada di
sepanjang Teluk Ambon Desa Passo, Lateri, Waiheru, Hunuth, Poka dan Desa Tawiri, dan taman wisata alam.
2. Kawasan Budidaya a. Kawasan permukiman, pengembangannya diarahkan pada bagian pesisir
yang selama ini telahdigunakan penduduk untuk kegiatan permukiman. Pengembangan areal permukiman ini diarahkan sepanjang pesisir Desa
Tawiri, Hative Besar, Rumah Tiga, Poka, Hunuth, Waiheru, Nania, Negeri Lama dan Passo, serta membatasi pengembangan permukiman
pada areal padat penduduk. b. Kawasan pariwisata diarahkan ke wilayah Desa Latuhalat, Desa
Amahusu, Desa Urimessing, Desa Soya, Desa Hukurila, Desa Leahari, Desa Hutumuri, Desa Passo, dn Desa Hative Besar.
c. Kawasan industri diarahkan pengembangannya ke daerah Passo Kecamatan TA Baguala, Desa Galala, Desa Laha dan Tawiri untuk
industri pengolahan ikan, Desa Batu Merah untuk industri kerajinan, dan Pusat Kota Ambon untuk industri makanan ringan.
3. Kawasan khusus a. Kawasan khusus Pusat Kota Ambon dengan luas 6,58 km
2
dan diarahkan pengembangannya sebagai sebagai kawasan pusat pemerintahan, transit
bisnis regional, dan perdagangan. b.
Kawasan khusus Passo, dengan luas 6,8 km
2
dan diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pusat perekonomian, perdagangan
dan pariwisata.
c. Kawasan khusus Poka – Rumah Tiga dengan luas 5,12 km
2
dan diarahkan untuk pengembangan kawasan pusat pertumbuhan pendidikan
tinggi. Untuk pembangunan RTH sendiri termasuk dalam rencana pengembangan
fasilitas pelayanan kota, yaitu fasilitas olah raga dan ruang terbuka, yang didalamya juga mencakup taman, lapangan olah raga, pemakaman, dan jalur
hijau. Konsep pengembangan yang dibutuhkan untuk mendukung sektor ini meliputi:
1. Peningkatan dan pemeliharaan ruang-ruang terbuka yang ada sehingga menjadi bermanfaat secara langsung bagi masyarakat,
2. Menjadi tempat interaksi dan berbaur dalam berbagai kegiatan masyarakat, 3. Sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat ruang terbuka hijau sebagai
paru-paru kota, tempat rekreasi dan olah raga, resapan air, dan tempat mengalirnya angin.
Taman yang berupa ruang terbuka hijau merupakan bagian dari penyeimbang tata guna lahan bagi kelestarian lingkungan. Menurut RTRW Kota
Ambon 2006-2016, hingga tahun 2013 dibutuhkan fasilitas taman bermain untuk skala perumahan dengan standar pelayanan 2500 jiwa dan lapangan olah raga
dengan standar pelayanan 30.000 jiwa dengan total luas lahan 285,5 ha. Taman bermain dapat diletakan secara tersebar pada lingkungan perumahan, taman
lingkungan pada pusat-pusat lingkungan, dan lapangan olah raga pada pusat kawasan.
Pada Peta Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota Ambon terdapat 5 lima lokasi RTH, yaitu Lapangan Merdeka, Lapangan Karang Panjang Kecamatan
Sirimau, Hutan Mangrove Passo Kecamatan TA Baguala, Ruang Publik Pantai, dan Daerah Pengaman Bandar Udara Kecamatan Teluk Ambon.
Selain itu di Kota Ambon terdapat juga taman kota dengan luas total 8,48 ha yang sebagian besar berfungsi sebagai taman penghias jalan.
72
Gambar 29 Peta rencana ruang terbuka hijau Kota Ambon
5.2.2. Pendapat Masyarakat