KARBONDIOKSIDA CO BAKTERIOSIN Kajian Senyawa Antimikroba Bakteri Asam Laktat Isolat ASI yang Berpotensi sebagai Probiotik

Seratus ppm diasetil bersifat bakterisidal terhadap E. coli dan S. aureus sedangkan terhadap L. monocytogenes bersifat bakteriostatik Lanciotti et al., 2003. Medium yang mengandung glukosa dan sitrat menghasilkan diasetil dua kali lipat dibandingan medium yang hanya mengandung sitrat Jyoti et al., 2003.

4. KARBONDIOKSIDA CO

2 Karbondioksida pada umumnya terbentuk selama fermentasi heksosa oleh BAL heterofermentatif, tetapi banyak jalur metabolisme lain yang menghasilkan CO 2 selama fermentasi. CO 2 memiliki efek antimikroba ganda. Pembentukan CO 2 menghasilkan lingkungan anaerobik dan CO 2 sendiri memiliki aktivitas antimikroba. Mekanisme penghambatan oleh CO 2 belum diketahui, tetapi diperkirakan karena terhambatnya dekarboksilasi enzimatik dan akumulasi CO2 pada lipid 2 lapis menyebabkan tidak berfungsinya permeabilitas membran Ouwehand dan Vesterlund, 2004. Pada konsentrasi rendah, CO 2 dapat menstimulasi pertumbuhan beberapa organisme sedangkan pada konsentrasi lebih tinggi dapat mencegah pertumbuhannya. Karena sifat antimikrobanya, saat ini CO2 digunakan sebagai komponen utama modified atmosphere packages MAP. Bakteri gram negatif lebih sensitif terhadap CO 2 pada MAP daripada bakteri gram positif Ouwehand dan Vesterlund, 2004.

5. BAKTERIOSIN

a. Karakteristik Bakteriosin

Bakteriosin adalah senyawa yang memiliki sifat seperti protein dan bersifat antibakteri serta disintesis didalam ribosom. Menurut Jack et al. 1995, bakteriosin merupakan senyawa protein yang mudah didegradasi oleh enzim proteolitik dan memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang secara filogenetik dekat dengan bakteri penghasil bakteriosin. Penemuan bakteriosin dimulai pada tahun 1925 ketika Gratia mengamati penghambatan E. coli oleh E. coli V De Vuyst dan Vandamme, 1994. Bakteriosin dapat dihasilkan oleh bakteri gram positif dan negatif. Bakteri gram positif menghasilkan bakteriosin yang bersifat : a disintesis dalam ribosom, terdiri dari 30-60 asam amino; b aktivitas penghambatan dari sempit hingga luas terhadap bakteri gram positif; c tahan panas; dan d terdapat sistem perlindungan diri yang spesifik pada strain penghasil terhadap bakteriosin yang dihasilkannya Jack et al., 1995. Salah satu sifat penting bakteri asam laktat adalah kemampuanya dalam menghasilkan senyawa antimikroba yang dinamakan bakteriosin Savadogo et al., 2006. Bakteriosin yang dihasilkan oleh BAL didefinisikan sebagai protein aktif atau protein kompleks agregat protein, protein lipokarbohidrat, glikoprotein dan lain-lain yang menunjukkan aktivitas bakterisidal terutama terhadap bakteri gram positif dan khususnya terhadap spesies yang berhubungan dekat dengannya. Beberapa bakteriosin yang dihasilkan BAL dapat menghambat mikroba patogen dan pembusuk seperti Bacillus cereus, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens , Listeria monocytogenes, Staphhylococcus aureus dan lain- lain De Vuyst dan Vandamme, 1994. Bakteriosin bersifat stabil dalam makanan, dapat didegradasi, dapat dicerna, aman bagi kesehatan dan aktif pada konsentrasi rendah sehingga sangat berpotensi sebagai pengawet biologi De Vuyst dan Vandamme, 1994. Bakteriosin yang paling banyak digunakan adalah nisin. Nisin dapat mencegah pembusukan keju olahan dan keju alami oleh Clostridium, memperpanjang masa simpan susu di negara yang bersuhu hangat, mencegah pertumbuhan Lactobacilli pembusuk pada fermentasi bir dan wine , dan memberi perlindungan tambahan terhadap spora Clostridium dan Bacillus pada makanan kaleng. Nisin adalah bahan tambahan pangan yang diijinkan oleh lebih dari 50 negara termasuk US dan Eropa dengan nama dagang Nisaplin Vandenberg, 1993; Delves-Broughton et al., 1996. Walaupun banyak digunakan, nisin memiliki kelemahan yaitu aktivitas antimikrobanya rendah pada makanan dan kurang aktif pada pH netral maupun basa. Oleh karena itu, isolasi bakteriosin baru yang dapat aktif pada makanan dan aktif pada pH tinggi sangat diinginkan Martirani et al. , 2002. Bakteriosin memiliki perbedaan dalam hal spektrum aktivitas, bobot molekul, tipe aksinya, genetik dan sifat biokimianya. Bakteriosin dapat dihasilkan secara spontan atau dengan induksi. Faktor genetik bakteriosin kebanyakan terletak pada plasmid, sedikit pengecualian yaitu pada kromosom. Pelepasan bakteriosin membutuhkan ekspresi dan aktivitas protein pelepas bakteriosin serta keberadaan fosfolipase A yang tahan deterjen pada membran luar BAL. Penghambatan oleh bakteriosin bersifat spesifik spesies dan aktivitas letal terjadi melalui penjerapan adsorpsi pada reseptor spesifik yang terletak pada permukaan bakteri sensitif, kemudian diikuti dengan perubahan metabolisme, biologi dan morfologi yang mengakibatkan terbunuhnya bakteri sensitif Naidu dan Clemens, 2000. Target utama bakteriosin yang dihasilkan BAL adalah membran sitoplasma. Bakteriosin menginisiasi reaksi yang mengubah permeabilitas membran sehingga mengganggu transpor membran atau menghilangkan proton motive force PMF sehingga menghambat produksi energi dan biosintesis protein atau asam nukleat Nissen-Meyer et al., 1992. Menurut Nes et al. 1996, akhir-akhir ini sejumlah besar bakteriosin baru yang berasal dari BAL telah dikarakterisasi. Kebanyakan bakteriosin baru termasuk dalam bakteriosin kelas II yang memiliki sifat- sifat seperti : kecil 30-100 asam amino, tahan panas, dan umumnya dimodifikasi sebelum translasi. Bakteriosin yang dihasilkan bakteri gram positif seperti BAL bersifat peptida kecil dan berukuran 3-6 kDa. Kebanyakan bakteri penghasil bakteriosin hanya mensintesis satu bakteriosin, tetapi beberapa BAL menghasilkan lebih 2-3 bakteriosin.

b. Klasifikasi Bakteriosin

Penggolongan bakteriosin yang dihasilkan oleh BAL menurut Ouwehand dan Vesterlund 2004 antara lain : 1 Kelas I Lantibiotik Bakteriosin kelas I dinamakan lantibiotik, peptida kecil 5 kDa. Lantibiotik mengandung asam amino yang secara alami tidak ada di alam seperti: lantionin dan β-metil lantionin dengan penambahan sejumlah asam amino terdehidrasi. Asam amino tidak biasa ini disintesis melalui modifikasi setelah translasi. Contoh lantibiotik adalah nisin A, nisin Z, Lacticin 481, Lactocin S dan lain-lain. 2 Kelas II Bakteriosin kelas II juga kecil 10 kDa, pada umumnya stabil terhadap panas, tidak mengandung lantionin, dan merupakan peptida aktif membran. Kelompok kedua ini dibagi lagi dalam tiga sub kelas. Kelas IIa merupakan kelompok terbesar yang mempunyai peptide listeria-active dengan sekumpulan sekuen amino-terminal. Kelas IIb adalah bakteriosin dengan dua peptida. Kelas IIc adalah bakteriosin teraktifasi-tiol. 3 Kelas III Bakteriosin kelas III berukuran besar 30 kDa dan tidak tahan panas. Bakteriosin kelas III yang sudah diisolasi hanya berasal dari genus Lactobacillus . Bakteriosin yang dikelompokkan dalam kelas ini tidak terlalu banyak karena sedikitnya pengetahuan tentang jenis ini. 4 Kelas IV Bakteriosin kelas IV merupakan kompleks dengan karbohidrat atau lipida. Informasi tentang bakteriosin ini sangat terbatas. Pengelompokan bakteriosin beserta contoh bakteri penghasil, nama bakteriosin dan bobot molekulnya Naidu dan Clemens, 2000 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengelompokan bakteriosin beserta contoh bakteri penghasil, nama bakteriosin dan bobot molekulnya Jenis Bakteriosin dan Strain BAL Bakteriosin Bobot Molekul Lantibiotik Kelas I Lactococcus lactis ssp. lactis ATCC114 Lactococcus lactis ssp. lactis NIZ022186 Lactobacillus sake L45 Lactococcus lactis ssp. lactis CNRZ481 Carnobacterium ssp. U149 Lactobacillus plantarum LPCO10 Enterococcus faecium T136 Nisin A Nisin B Lactosin S Lacticin 481 Carnocin U149 Plantaricin S Enterocin A Enterocin B 33.5 kD 3.8 kD 2.9 kD 4.6 kD 4.8 kD Bakteriosin kecil tahan panas Kelas II Lactococcus lactis ssp. lactis LMG2130 Lactococcus lactis ssp. cremoris 9B4 Lactococcus lactis ssp. lactis Lactobacillus acidophilus 11088 Leuconostoc gelidium UAL187 Pediococcus acidilactici PAC1.0 Lactococcin A Lactococcin B Lactococcin M Lactacin F Leucocin A Pediocin PA-1 5.8 kD 6.3 kD 3.9 kD 4.6 kD Bakteriosin besar tidak tahan panas Kelas III Lactobacillus helveticus 481 Lactobacillus delbrukii JCM 1106 Lactobacillus delbrukii JCM 1248 Lactobacillus acidophilus LAPT1060 Lactobacillus casei B80 Helveticin J Lacticin A Lacticin B Acidophilucin A Caseicin 80 37 kD 42 kD Sumber : Naidu dan Clemens 2000

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bakteriosin

Berbagai faktor dapat mempengaruhi suatu bakteri dalam menghasilkan bakteriosin. Nutrisi, pH media Todorov dan Dicks, 2007, dan suhu Todorov dan Dicks, 2005 a adalah faktor kritis suatu bakteri dalam menghasilkan senyawa bakteriosin. Selain itu, setiap bakteri menghasilkan bakteriosin pada fase pertumbuhan tertentu fase logaritmik atau fase stasioner sehingga waktu inkubasinya berbeda satu sama lain. Suhu inkubasi cawan juga dapat mempengaruhi aktivitas bakteriosin dalam menghambat bakteri uji Janes et al., 1999. Produksi bakteriosin ST712BZ oleh Lactobacillus pentosus dalam medium MRSB dipengaruhi oleh pH media. Media yang memiliki pH 5.5, 6.0, dan 6.5 menghasilkan bakteriosin ST712BZ dalam jumlah besar 12.800 AUml sedangkan media yang memiliki pH 5.0 dan 4.5 menghasilkan bakteriosin lebih sedikit 6.400 AUml dan 3.200 AUml Todorov dan Dicks, 2007. Produksi bakteriosin ST194BZ oleh Lactobacillus plantarum juga maksimum pada media yang memiliki pH 5.5, 6.0, dan 6.5 Todorov dan Dicks, 2005 a sedangkan bakteriosin yang dihasilkan oleh L. acidophilus mencapai maksimum pada media yang memiliki pH 5.0 Karthikeyan dan Santhosh, 2009. Media pertumbuhan juga mempengaruhi produksi bakteriosin oleh Lactobacillus plantarum ST194BZ. Produksi optimum 12.800 AUml terjadi karena penambahan tripton 20 gramL, kombinasi tripton dan ekstrak daging 1:0.6, atau tripton dan yeast ekstrak 1:0.6. Konsentrasi KH 2 PO 4 sebesar 10, 20, 50 gL menghasilkan aktivitas ganda 25.600 AUml. Penambahan MRS dengan 1 gL gliserol dapat menghambat produksi bakteriosin sedangkan penambahan vitamin tidak menstimulasi produksi bakteriosin Todorov dan Dicks, 2005 a . Berbeda dengan bakteriosin ST194BZ; penambahan tripton 20 gL, D-glukosa 20 gL, dan sukrosa 20 gL pada media MRS tidak meningkatkan produksi bakteriosin ST461BZ dan ST462BZ yang dihasilkan oleh L. rhamnosus. Penambahan K 2 HPO 4 sebanyak 20 gL atau 50 gL dapat meningkatkan produksi bakteriosin menjadi dua kali lipat 25.600 AUml sedangkan penambahan KH 2 PO 4 sebanyak 20 gL-100 gL dapat meningkatkan produksi bakteriosin ST462BZ sebanyak empat kali lipat 51.200 AUml Todorov dan Dicks, 2005 b . Penambahan vitamin seperti tiamin dan DL- 6,8-thioctic acid dapat menghasilkan bakteriosin ST712BZ dua kali lebih banyak dibandingkan dengan kontrol Todorov dan Dicks, 2007. Suhu pertumbuhan dan produksi bakteriosin sering berkorelasi, seperti pada produksi lactocin A, enterocin 1146, lactocin S, amylovorin 1471, dan Nisin Z. Produksi bakteriosin ST194BZ pada suhu 30˚C adalah 12.800 AUml sedangkan pada suhu 37˚C adalah 6400 AUml Todorov dan Dicks, 2005 a . Produksi maksimum bakteriosin yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus terjadi pada suhu 40˚C Karthikeyan dan Santhosh, 2009. Masing-masing bakteri memiliki suhu optimum yang berbeda dalam memproduksi bakteriosin. Menurut Parente et al. 1997 dan Lejeune et al. 1998, produksi bakteriosin pada BAL berkaitan dengan pertumbuhanya: produksi bakteriosin biasanya terjadi sepanjang fase pertumbuhan dan berhenti pada akhir fase eksponensial kadang-kadang sebelum akhir fase eksponensial. Aktivitas bakteriosin L. plantarum N014 tidak terdeteksi sampai kultur L. plantarum N014 memasuki fase eksponensial dan aktivitas bakteriosin mencapai maksimum pada awal fase stasioner. Setelah mencapai level tertinggi, aktivitas bakteriosin menurun dengan cepat Rattanachaikunsopon dan Phumkhachorn, 2006. Berbeda dengan L plantarum N014, bakteriosin yang dihasilkan oleh L. acidophilus memiliki aktivitas maksimum pada akhir fase stasioner Karthikeyan dan Santhosh, 2009. Produksi senyawa mirip bakteriosin oleh Lactococcus lactis CWBI- B1410 dimulai pada fase eksponensial dan mencapai maksimum selama fase stasioner Diop et al., 2008. Hal ini memperlihatkan bahwa produksi bakteriosin masing-masing bakteri sangat spesifik. Suhu inkubasi cawan dapat mempengaruhi aktivitas bakteriosin. Menurut Janes et al. 1999, leucocin BC2 dapat menghambat L. monocytogenes dengan maksimum ketika cawan diinkubasi pada suhu 8˚C selama 7 hari 12.800 AUml sedangkan ketika cawan diinkubasi pada suhu 37˚C selama 1 hari aktivitasnya berkurang 1600 AUml. Sebaliknya, aktivitas lactocin G13 tetap sama pada kedua suhu inkubasi cawan tersebut. Selain faktor-faktor diatas, faktor lain seperti tingkat salinitas media juga mempengaruhi bakteri dalam menghasilkan senyawa bakteriosin. Produksi maksimum bakteriosin oleh Lactobacillus acidophilus terjadi dengan penambahan NaCl 0.9 .

D. BAKTERI PATOGEN

Bakteri patogen adalah bakteri penyebab penyakit. Bakteriosin yang dihasilkan oleh BAL didefinisikan sebagai protein aktif atau protein kompleks yang menunjukkan aktivitas bakterisidal terutama terhadap bakteri Gram positif dan khususnya terhadap spesies yang berhubungan dekat denganya De Vuyst dan Vandamme, 1994. Bakteri patogen yang memiliki hubungan dekat dengan BAL karena bersifat Gram positif misalnya Listeria monocytogenes,