Penentuan Fase Stasioner Kajian Senyawa Antimikroba Bakteri Asam Laktat Isolat ASI yang Berpotensi sebagai Probiotik

supernatan isolat R27 dan A7 yang memiliki nilai pH lebih kecil yaitu 4.4. Supernatan isolat R27 dan A7 masing-masing dapat menurunkan jumlah L. monocytogenes sebesar 2.0 dan 2.6 log. Hal ini memperkuat dugaan kemungkinan terdapat senyawa antimikroba selain asam organik pada supernatan A24. Nilai pH rendah dan dapat membunuh L. monocytogenes lebih banyak terdapat pada supernatan R23, R25, dan B16. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya asam tidak terdisosiasi pada supernatan tersebut dan adanya senyawa antimikroba selain asam organik. Nilai pH lebih tinggi dan kemampuan membunuh L. monocytogenes yang rendah terdapat pada supernatan A7 dan R27. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sedikitnya asam yang tidak terdisosiasi pada supernatan tersebut. L. monocytogenes merupakan bakteri patogen penyebab listeriosis. Bakteri ini menjadi perhatian karena fatalnya akibat yang ditimbulkan dan kemampuannya untuk tumbuh pada suhu rendah. Menurut FDA 2009 a , L. monocytogenes cukup tahan terhadap pembekuan, pengeringan dan pemanasan. Sifatnya yang demikian menyebabkan industri pangan memberi perhatian khusus terhadap bakteri ini. Senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh BAL potensi probiotik diharapkan dapat melawan L. monocytogenes sehingga dapat mengurangi terjadinya listeriosis.

2. Penentuan Fase Stasioner

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui awal fase stasioner dari masing- masing bakteri. BAL yang berbeda menghasilkan bakteriosin pada fase pertumbuhan yang berbeda. Menurut Parente et al. 1997 dan Lejeune et al. 1998, produksi bakteriosin pada BAL berkaitan dengan pertumbuhanya : produksi bakteriosin biasanya terjadi sepanjang fase pertumbuhan dan berhenti pada akhir fase eksponensial kadang-kadang sebelum akhir fase eksponensial. Aktivitas bakteriosin L. plantarum N014 tidak terdeteksi sampai kultur L. plantarum N014 memasuki fase eksponensial dan aktivitas bakteriosin mencapai maksimum pada awal fase stasioner Rattanachaikunsopon dan Phumkhachorn, 2006. Berbeda dengan bakteriosin yang dihasilkan oleh L. plantarum N014, bakteriosin yang dihasilkan oleh L. acidophilus memiliki aktivitas maksimum pada akhir fase stasioner Karthikeyan dan Santhosh, 2009. Produksi senyawa mirip bakteriosin oleh Lactococcus lactis CWBI-B1410 dimulai pada fase eksponensial dan mencapai maksimum selama fase stasioner Diop et al., 2008. Awal fase stasioner dapat ditentukan setelah mengetahui kurva pertumbuhan bakteri. Kurva pertumbuhan bakteri terbentuk dengan memplotkan nilai Optical Density OD terhitung dan waktu inkubasi. Nilai Optical Density terhitung diperoleh dengan mengalikan nilai absorbansi A dan faktor pengenceran FP. Nilai Optical Density terhitung pada sumbu y dinyatakan dalam skala logaritmik. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Menurut Sutton 2006, metode spektrofotometri mengukur kekeruhan secara langsung. Kekeruhan berhubungan dengan jumlah bakteri dalam suspensi Todar, 2008 b . Semakin pekat atau semakin banyak populasi mikroba maka cahaya yang diserap nilai absorbansi akan semakin besar. Kurva pertumbuhan menggambarkan fase-fase pertumbuhan bakteri. Fase-fase pertumbuhan bakteri antara lain fase adaptasi lag phase, fase logaritmik logarithmic phase, fase stasioner stationary phase, dan fase kematian death phase. Fase adaptasi yaitu fase untuk menyesuaikan dengan substrat dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Jumlah sel pada tahap ini mungkin tetap, tetapi kadang-kadang menurun Fardiaz, 1992. Pada fase eksponensial, bakteri tumbuh dan membelah dengan kecepatan maksimum. Pada fase stasioner, jumlah mikroorganisme hidup akan konstan dan pada fase kematian jumlah mikroorganisme hidup menurun jumlahnya Prescott et al., 2003. Penentuan awal fase stasioner dilakukan terhadap BAL yang memiliki aktivitas penghambatan L. monocytogenes terbaik pada metode kontak. Bakteri asam laktat tersebut adalah A7, A22, A24, R21, R24 dan R27. Kurva pertumbuhan BAL dapat dilihat pada Gambar 6, 7, 8, 9, 10 dan 11. Gambar 6. Gambar 7. ar 6. Kurva pertumbuhan isolat A7 ar 7. Kurva pertumbuhan isolat A22 Gambar 8. Gambar 9. ar 8. Kurva pertumbuhan isolat A24 ar 9. Kurva pertumbuhan isolat R21 Gambar 10. Gambar 11. ar 10. Kurva pertumbuhan isolat R24 ar 11. Kurva pertumbuhan isolat R27 Berdasarkan kurva diatas, dapat diperkirakan awal fase stasioner dari masing-masing bakteri. Selama fase logaritmik, Optical Density terhitung akan terus naik karena jumlah bakteri terus meningkat. Pada fase stasioner, Optical Density terhitung cenderung konstan atau sedikit mengalami kenaikan karena jumlah bakteri yang hidup juga konstan. Isolat A7, A22, A24, R21, R24 dan R27 diperkirakan memiliki awal fase stasioner masing-masing pada jam ke-15, jam ke-10, jam ke-13, jam ke-13, jam ke-17 dan jam ke-13. Data lengkap pengukuran absorbansi dan nilai Optical Density terhitung dapat dilihat pada Lampiran 8.

3. Mempelajari Pengaruh Waktu Inkubasi terhadap Aktivitas Antimikroba