Analisis Diskriminan Discriminant Function Analysis

43 Persamaan penghitungan jarak eucledian antara dua titik atau dua gerombol adalah: D Yj Xi p i = − = 2 1 1 2 dimana : Xi = pusat data dari gerombol X Yj = pusat data dari gerombol Y Nilai D merupakan jarak antara titik datagerombol X dan Y. Makin kecil nilai D makin besar kemiripan data X dan Y. Dalam analisis gerombol ini tidak dilakukan ortogonalisasi variabel akan tetapi dilakukan standarisasi data mentah yang ada sebelum dilakukan penggerombolan. Hal ini pengaruh multikolinearitas sangat kecil sehingga dapat diabaikan apabila data sudah distandarisasikan Iriawan Astuti, 2006. Metode ini digunakan untuk mengelompokkan wilayah analisis berdasarkan variabel-variabel yang sangat berpengaruh nyata terhadap perkembangan suatu wilayah. Tujuannya adalah mendeskripsikan wilayah kedalam kelompok yang lebih kecil dengan ciri-ciri yang spesifik dari nilai variabel tersebut. Variabel-variabel yang dipergunakan dalam analisis ini adalah faktor score hasil olahan PCA. Variabel-variabel tersebut meliputi: 1 sumber daya alam SDA meliputi: kepadatan penduduk dan luas lahan bukan sawah, 2 sumber daya buatan SDB yakni: rasio swalayan, rasio kios saprodi pertanian milik KUD dan non KUD, pangsa industri besar, pangsa KUD, pangsa tempat praktek dokterbidan, rasio tempat usaha jasa, rasio hotelpenginapan, dan rasio objek wisata, serta 3 sumber daya manusia SDM adalah rasio jumlah keluarga yang tinggal ditepi sungai.

3. Analisis Diskriminan Discriminant Function Analysis

Analisis diskriminan merupakan salah satu analisis multivariabel untuk menentukan variabel mana yang membedakan secara nyata kelompok-kelompok yang telah ada secara alami. Dengan kata lain analisis diskriminan digunakan untuk menentukan variabel mana yang merupakan penduga terbaik dari pembagian kelompok-kelompok yang ada. Pada prinsipnya, penentuan dalam analisis diskriminan ini berbalikan dengan metode analisis gerombol. Jika analisis gerombol khususnya gerombol 44 unit menentukan gerombol dari ciri-ciri yang diduga mirip, maka analisis diskriminan ini menentukan dengan kelompok yang sudah tentu yang terbentuk secara alamiah ingin ditentukan variabel yang mana yang sebenarnya secara nyata membedakan kelompok-kelompok tersebut? Ide dasar dari analisis ini adalah menentukan apakah nilai tengah variabel- variabel penciri untuk setiap kelompok berbeda dan selanjutnya menggunakan variabel yang nilai tengahnya berbeda secara nyata antar kelompok tersebut sebagai predictor. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain: a. Data contoh merupakan data multivariabel yang menyebar normal. Walaupun demikian, jika syarat penyebaran normal ini tidak dipenuhi, perbedaan hasil pengujian tidak ”fatal”. Artinya hasil pengujian masih layak untuk dipercaya; b. Matriks ragam variances atau peragam covariances variabel antar kelompok bersifat homogen. Jika terdapat deviasi kecil masih bisa diterima. Oleh karena itu, akan lebih baik jika sebelum menggunakan hasil pengujian terlebih dahulu dilihat lagi nilai korelasi dan ragam variabel dalam setiap kelompoknya; c. Tidak terdapat korelasi antara nilai tengah variabel antar kelompok dengan nilai ragam atau standar deviasinya; d. Variabel yang digunakan tidak bersifat ”redundant”. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka matrik tersebut disebut ”ill-condition”. Matriks yang ill- conditioned tidak dapat diinversikan; e. Nilai toleransi seharusnya tidak mendekati 0. Didalam analisis diskriminan akan dilakukan pengujian terhadap keadaan redundant yang diharapkan tidak terjadi. Pengujian ini disebut dengan pengujian nilai toleransi. Nilai toleransi ini dihitung dengan persaman 1-R 2 . Jika kondisi redundant terjadi, maka nilai toleransi akan mendekati nol. Fungsi yang terbentuk sebenarnya mirip dengan fungsi regresi. Dalam hal ini variabel bebas Y adalah resultan skor klasifikasi. Sedangkan variabel tak bebasnya X adalah variabel-variabel yang digunakan sebagai penduga. Skor = a +b 1 X 1 + b 2 X 2 + b n X n 45 Variabel dengan nilai koefisien regresi terbesar merupakan variabel yang mempunyai peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada. Hasil pengolahan statistik ini akan menghasilkan tipologi wilayah yang kemudian dibuat peta tipologinya kemudian dilakukan analisis spasial. 4. Analisis Skalogram Analisis skalogram digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hirarki di wilayah Kabupaten Agam, khususnya dalam hal sarana infrastruktur. Adapun data yang dipergunakan adalah data yang berasal dari Potensi Desa tahun 2006 dan data dari Agam dalam Angka ADA Tahun 2006. Paramater yang diukur meliputi bidang sarana perekonomian, sarana pariwisata, sarana komunikasi dan informasi, sarana dan tenaga kesehatan, sarana pendidikan, kependudukan, sarana lingkungan, transportasi, serta aksesibilitas. Untuk lebih rinci mengenai parameter dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 3. Menurut Saefulhakim 2004, tahapan kegiatan pada analisis data dengan metode skalogram antara lain: a. Melakukan pemilihan terhadap data Podes tahun 2006 dan KCDA 2006 sehingga yang tinggal hanya data yang bersifat kuantitatif; b. Melakukan seleksi terhadap data-data kuantitatif tersebut sehingga hanya yang relevan saja yang digunakan; c. Melakukan rasionalisasi data; d. Melakukan seleksi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh 32 variabel untuk analisa skalogram yang mencirikan tingkat perkembangan nagari di Kabupaten Agam; e. Melakukan standardisasi data terhadap 32 variabel tersebut dengan menggunakan rumus Statsoft 2004 yang dimodifikasi: Dev St imumYj Yij Zij . min − − dimana: Zij = nilai baku untuk nagari ke-i dan jenis sarana ke-j Yij = jumlah sarana untuk nagari ke-i dan jenis sarana ke-j minimum Yj = nilai minimum untuk jenis sarana ke-j St.Dev = nilai standar deviasi 46 f. Menentukan indeks perkembangan nagari IPN dan kelas hirarkinya. Pada prinsipnya, ada dua jenis data yang diukur yaitu data yang bisa langsung dibuat indeksnya data jenis dan jumlah sarana dan data yang harus dinvers terlebih dahulu data aksesibilitas atau jarak dari ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten yang membawahi dan jarak dari ibukota kabupaten lain yang terdekat. Penelitian ini hanya menggunakan data jenis dan jumlah fasilitas pelayanan. Setelah proses pembakuan selesai kemudian dilakukan penjumlahan nilai baku tersebut untuk setiap nagari. Untuk melihat struktur wilayah dilakukan sortasi data dimana wilayah yang mempunyai nilai yang paling besar diletakkan dibarisan atas dan fasilitas yang paling banyak berada di kolom kiri. Pada penelitian ini, IPN dikelompokkan ke dalam lima kelas hirarki, yaitu hirarki I sangat tinggi, hirarki II tinggi, dan hirarki III sedang, IV rendah, dan V sangat rendah. Penentuannya didasarkan pada nilai kelas interval Iriawan Astuti, 2006, yaitu: Hirarki Jumlah Minimum Nilai Maksimum Nilai erval Kelas − = int Tabel 3 Nilai Selang Hirarki Berdasarkan Jumlah Jenis Fasilitas No. Hirarki Nilai Selang X Tingkat Hirarki 1 I 23 Sangat Tinggi 2 II 19 - 23 Tinggi 3 III 14 - 18 Sedang 4 IV 9 - 13 Rendah 5 V 8 - 12 Sangat Rendah Tabel 4 Nilai Selang Hirarki Berdasarkan Jumlah Fasilitas No. Hirarki Nilai Selang X Tingkat Hirarki 1 I 648 Sangat Tinggi 2 II 493 - 647 Tinggi 3 III 338 - 492 Sedang 4 IV 182 -337 Rendah 5 V 26-181 Sangat Rendah 47 Tabel 5 Nilai Selang Hirarki Berdasarkan Indeks Perkembangan Nagari IPN No. Hirarki Nilai Selang X Tingkat Hirarki 1 I 65.12 - 80.93 Sangat Tinggi 2 II 49.30 - 65.11 Tinggi 3 III 33.48 - 49.29 Sedang 4 IV 17.66 - 33.47 Rendah 5 V 1.84 -17.60 Sangat Rendah

5. Analisis Interaksi Spasial