Analisis Spasial Analisis spasial kabupaten agam dalam kaitannya dengan kesenjangan pembangunan antar wilayah

53 d. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui secara jelas peran kelembagaaan dalam perkembangan terkait dalam proses pemanfaatan ruang beserta proses pengendalian pemanfaatan ruang di daerah penelitian. Secara khusus, analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perkembangan kelembagaan nagari yang merupakan local spesific institusional terhadap perkembangan wilayah di Sumatera Barat umumnya dan Kabupaten Agam khususnya. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang hasil-hasil pembangunan wilayah yang dicirikan oleh spesifikasi wilayah dimana nagari merupakan unit kesatuan adat dan wilayah terkecil yang jelas berbeda dengan desa untuk daerah lainnya di Indonesia.

7. Analisis Spasial

Analisis spasial merupakan metode penelitian yang menjadikan peta sebagai model yang mempresentasikan dunia nyata yang mewakilinya, sebagai suatu media analisis guna mendapatkan hasil-hasil analisis yang memiliki atribut keruangan. Analisis spasial berguna untuk memperoleh data dan informasi yang akurat mengenai wilayah. Selain itu juga dapat memetakan permasalahan- permasalahan yang ada untuk dianalisa secara spasial sehingga keterkaitan antar wilayah dapat dianalisa dengan lebih mudah dan akurat. Sebagai dasar pemetaan, maka peta dasar yang dipergunakan adalah peta administrasi skala 1:25 000, yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Agam dan digunakan sebagai peta master. Tujuan analisis spasial menurut Haining 1995, diacu dalam Rustiadi et al. 2006 adalah: a. Mendiskripsikan kejadian-kejadian di dalam ruang geografis termasuk deskripsi pola secara cermat dan akurat; b. Menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau objek di dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses yang menentukan distribusi kejadian yang terobservasi; c. Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi dan pengendalian kejadian- kejadian di dalam ruang geografis. 54 Sedangkan berdasarkan atas aplikasinya, menurut Fischer et al. 1996, diacu dalam Rustiadi et al. 2006, analisis spasial digunakan untuk tiga tujuan, yakni: 1 peramalan dan penyusunan skenario; 2 analisis dampak terhadap kebijakan; dan penyusunan kebijakan dan desain. Analisis spasial yang digunakan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada analisa melalui sistem informasi geografis SIG berdasarkan data-data peta yang ada seperti peta jaringan jalan, peta sungai, peta status kawasan hutan, peta kelerengan dan peta RTRW. 55 Gambar 3 Bagan Alir Pendekatan Penelitian Kebijakan Pembangunan Wilayah Analisis Spasial Peta Tipologi Wilayah Peta Hirarki Wilayah Peta Kesenjangan Keberagaman Wilayah Analisis Skalogram Data paremetervariabel Peta Admininitrasi Peta Admininitrasi Data asal: Bid. Ekonomi, Sarana prasarana, Fisik, serta Sosial Data infrastruktur: Pendidikan, perekonomian, Pariwisata, Kominfo, Kesehatan, Kependudukan, Lingkungan Aksesibilitas Data aliran barangorang Data PADkapita Data Keragaman aktifitas, Kepadatan Penduduk, Kemampuan aparat Data penyebab kesenjangan Hirarki wilayah Data reduksidipilih: Data Komponen Utama Data reduksi dipilih: Homogenitas Analisis Cluster Jumlah Kelom- pokCluster Analisis Discriminant Kelompok kecil Tipologi Wilayah Analisis Interaksi Spasial Keterkaitan antar wilayah Analisis tingkat kesen- jangan Tkt. Kesen- jangan Analisis tingkat kebera- gaman Tkt.Ke- beraga- man Analisis kesenjan gan Faktor penyebab hub HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Agam memiliki luas wilayah administrasi sebesar 2 212.19 km 2 atau 5.24 persen dari luas wilayah Propinsi Sumatera Barat yang mencapai 42 229.04 km 2 , dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Bagian Barat Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, dan Ampek Nagari, 2. Bagian Tengah Kecamatan Tanjung Raya, Palembayan, Matur, Palupuh, dan Ampek Koto, 3. Bagian Timur Kecamatan Tilatang Kamang, Kamang Magek, Baso, Ampek Angkek Canduang, Candung, Banuhampu, dan Sungai Puar. Secara administrasi Kabupaten Agam Gambar 4 berbatasan: - Sebelah utara dengan Kabupaten Pasaman - Sebelah selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Tanah Datar - Sebelah timur dengan Kabupaten 50 Kota dan Kota Bukittinggi - Sebelah barat dengan Samudera Indonesia - Gambar 4 Peta Administrasi Kabupaten Agam 57 Kabupaten Agam memiliki 15 lima belas kecamatan dengan 73 tujuh puluh tiga nagari. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Agam dapat di lihat pada Lampiran 4. Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Agam memiliki dua buah gunung, yaitu Gunung Marapi di Kecamatan Banuhampu dan Sungai Puar dengan Ketinggian 2 891 meter dan Gunung Singgalang di Kecamatan Ampek Koto dengan ketinggian 2 877 meter, serta terdapat 1 satu buah danau yaitu Danau Maninjau di Kecamatan Tanjung Raya dengan luas 9 950 Ha dengan kedalaman mencapai 157 meter dan keliling sepanjang 66 km. Temperatur udara terbagi dalam dua bagian, yaitu di daerah dataran dengan temperatur minimum 25 C dan maksimum 30 C Lubuk Basung, sedangkan di daerah tinggi yaitu minimum 20 C dan maksimum 29 C Tilatang Kamang. Kelembaban udara rata-rata 88 persen, kecepatan angin antara 4-20 kmjam dan penyinaran matahari rata-rata 58 persen. Berdasarkan database Kabupaten Agam 2005 wilayah Kabupaten Agam memiliki 4 empat kelas curah hujan, yaitu: 1. Daerah dengan curah hujan 4500 mmtahun tanpa bulan kering daerah dengan iklim Tipe A, berada di sekitar lereng gunung Marapi-Singgalang meliputi sebagian wilayah Kecamatan Ampek Koto dan Sungai Pua; 2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mmtahun tanpa bulan kering daerah dengan tipe A1 mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso, dan Ampek Angkek Canduang; 3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mmtahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan Ampek Koto. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mmtahun dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya. Zona iklim yang terdapat di Kabupaten Agam berdasarkan klasifikasi Oldeman, dimana sepanjang pantai barat tergolong zona A dengan luas mencapai 38 270 ha. Daerah lereng timur Bukit Barisan yang merupakan daerah bayang hujan tergolong zona B1 dengan luas 61 440 ha, tipe 58 B2 seluas 43 498 ha dan tipe C1 dengan luas 43 091 ha, tipe D1 seluas 24 772 ha, tipe D2 dengan luas 9 069 ha dan 1 077 ha termasuk tipe E2. Pembagian zona iklim di Kabupaten Agam terlihat pada Gambar 5 berikut: Gambar 5 Peta Iklim Kabupaten Agam Berdasarkan Zona Oldeman. Formasi batuan yang dijumpai di Kabupaten Agam dapat digolongkan kedalam pra tersier, tersier dan kuarter yang terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen, metamofik, vulkanik dan intrusi. Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku ekstrusif dengan reaksi intermediet andesit dari Gunung Marapi, Singgalang-Tandikat, Gunung Maninjau dan Gunung Talamau seluas 68 555.10 ha 2.43 persen, batuan beku ektrusif dengan reaksi masam pumis tuff seluas 55 867 ha 26.43, batuan sedimen dengan jenis batu kapur seluas 8 011.80 ha 3.79 persen, endapan alluvium mencapai luas 48 189 ha 22.79 persen dan batuan beku intrusif masam dari golongan granit, dasit profiri dan dari golongan ultrbasa dalam jumlah yang kecil. Ketinggian permukaan wilayah Kabupaten Agam sangat bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian lebih dari 2 500 mdpl. Luas areal yang memiliki ketingian 0 – 100 mdpl meliputi 62 307 ha yang tersebar di bagian barat 59 Kabupaten agam. Untuk daerah dengan ketinggian 100 – 500 mdpl mencapai luasan 31 067 ha lebih dominan terletak pada bagian tengah Kabupaten Agam. Wilayah dengan ketinggian 500 – 1 000 mdpl seluas 69 775 ha dan daerah kabupaten dengan ketinggian 1 000 – 1 500 mdpl seluas 41 802 ha berada pada bagian tengah Kabupaten Agam, sedangkan untuk ketinggian 1 500 – 2 000 mdpl seluas 10 620 ha dan wilayah dengan ketinggian 2 000 mdpl seluas 5 648 ha berada pada bagian timur Kabupaten Agam. Peta ketinggian dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Peta Ketinggian Wilayah Kabupaten Agam mdpl Kemiringan tanahlahan atau kelerengan tanah menggambarkan bentuk kedudukan tanah terhadap bidang datar yang dinyatakan dalam persen . Peta kemiringan lahan di Kabupaten Agam dibagi kedalam 6 enam kelas yaitu : a. Daerah tergolong datar dengan lereng 0 – 3 , b. Daerah landai dengan lereng 3 – 8 , c. Daerah berombak dengan lereng 8 – 15 , d. Daerah bergelombang dengan lereng 15 – 25 , 60 e. Daerah berbukit dengan lereng 25 – 45 , f. Daerah bergunung sangat terjal dengan lereng 45 . Gambar 7 Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Agam Berdasarkan Gambar 7 diatas, kemiringan tanahlahan di Kabupaten Agam didominasi oleh daerah dengan porsentase kemiringan 8 – 15 , pada umumnya terletak di bagian tengah dan bagian barat Kabupaten Agam dengan luasan 79 705 ha. Untuk daerah dengan kemiringan 0 – 3 57 277 ha terletak pada bagian timur kabupaten. Selanjutnya untuk daerah dengan kemiringan 3 – 8 lebih banyak terletak di bagian tengah kabupaten seluas 14 678 ha. Daerah dengan kemiringan 15 – 25 19 942 ha dan kemiringan 25 – 45 29 704 ha terletak pada bagian tengah dan bagian timur kabupaten. Untuk daerah dengan kemiringan 45 berada pada jajaran Bukit Barisan dengan puncak-puncaknya Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang terletak di selatan dan tenggara Kabupaten Agam, dengan luasan mencapai 10 008 ha. Jenis tanah yang ada pada Kabupaten Agam berdasarkan klasifikasi Taksonomi Tanah Soil Survey Staff, 1999 pada tingkat tertinggi terdiri dari ordo: Entisols adapun klasifikasi pada tingkat lebih rendahGreat Group 61 Udipsamments seluas 4 579 ha, Inceptisols dengan great group: Tropaquepts, Eutropepts, Dystropepts seluas 106 518.78 ha, Andisols Hydrudands dan Hapludans mencapai 53 753.58 ha, dan Histosols Haplosaprists 18 470 ha. Terkait jenis tanah tersebut, umumnya di Kabupaten Agam diusahakan berbagai macam komoditi pertanian baik itu tanaman pangan, palawija, hortikultura, tahunan ataupun perkebunan. Komoditas agro unggulan daerah ini yang bernilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan antara lain tembakau, karet, kayu manis, kopi, kelapa dan kakao. Berdasarkan kelas kemampuan tanah, maka wilayah Kabupaten Agam memiliki kelas kemampuan tanah jenis A1aT paling besar yakni 40.5 persen, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah ini memiliki klasifikasi kemampuan tanah dengan kedalaman efektif lebih dari 90 cm, tekstur tanah sedang, drainase tidak pernah tergenang dan tidak ada erosi. Kelas kemampuan tanah ini terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Agam, dan untuk daerah yang paling luas adalah pada Kecamatan Lubuk Basung yaitu 16 924.375 ha, sedangkan Kecamatan Sungai Pua hanya 1 320. 717 ha dan merupakan daerah yang paling kecil. Hidrologi Berdasarkan Daerah Aliran Sungai DAS, Kabupaten Agam dilalui oleh empat buah DAS yaitu DAS Gasan Gadang, Kinara, Kuantan dan Manggung. Kabupaten Agam juga dilalui oleh tiga buah Sub-DAS yaitu Sub-DAS Masang Kanan, Masang Kiri, dan Batang Antokan. Sungai yang melintasi daerah ini terdiri dari sungai besar dan sungai kecil yang berpola dendritik, dengan total jumlah keseluruhan 45 sungai. Sungai-sungai tersebut berupa sungai permanen yang selalu mengalir setiap tahunnya. Sungai Batang Antokan yang berada di wilayah timur Kabupaten Agam, selain dipergunakan sebagai sumber air untuk pertanian juga dipakai untuk salah satu sarana pariwisata di bidang olahraga yaitu arung jeram. Sumber air lainnya yang terdapat di Kabupaten Agam adalah sebuah danau di bagian Tengah Agam, yaitu danau Maninjau. Kondisi hidrologi kawasan Danau Maninjau ini secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu air permukaan dan air tanah. Kedua faktor ini sangat dipengaruhi oleh iklim dan curah hujan di kawasan tersebut. 62 Gambar 8 Peta Pembagian Wilayah Kabupaten Agam berdasarkan DAS Berdasarkan gambaran diatas, maka Kabupaten Agam dapat dikatakan kaya akan potensi, karena memiliki potensi kekayaan alam yang sangat beragam, mulai dari daratan, bukit, pegunungan hingga danau. Kondisi wilayah yang beragam ini memungkinkan berkembangnya berbagai jenis komoditas pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, perikanan, pariwisata dan industri. Sektor-sektor tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi sosial budaya masyarakat. Beberapa potensi kekayaan alam yang sedang diupayakan pengembangannya adalah 1 galian pasir gunung di Kecamatan Matur dan Palupuh, 2 batuan ultra basa di Kecamatan Palembayan, 3 dolomit di Kecamatan Palupuh; 4 pasir besi logam di Kecamatan Tanjung Mutiara; 5 granit industri di Kecamatan Ampek Koto, 6 trasstufa industri di Kecamatan Matur, Palupuh, Baso, Palembayan, Ampek Koto, Tilatang Kamang; 7 marmer di Kecamatan Kamang Magek, Matur dan Palupuh; 8 obsidian industri di Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya; 9 andesit industri di Kecamatan Lubuk Basung, Baso, dan Palupuh; 10 dunit industri 63 di Kecamatan Palembayan; 11 fosphat industri di Kecamatan Canduang; 12 kalsit industri di Kecamatan Baso; 13 batu di Kecamatan Baso dan Ampek Angkek Canduang; 14 besi di Kecamatan Lubuk Basung; 15 tanah liat industri di Kecamatan Lubuk Basung dan Matur, 16 toseki industri di Kecamatan Palembayan dan Palupuh; 17 penggemukan sapi potong di Kecamatan Lubuk Basung, Tanjung Raya dan Ampek Angkek Canduang BKPPMD, 2007. Kependudukan Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2006, jumlah penduduk di Kabupaten Agam tercatat sebanyak 439 611 jiwa yang terdiri dari 213 085 laki- laki dan 226 526 perempuan, dengan luas wilayah sebesar 2 212.19 Km 2 . Dengan demikian, kepadatan penduduk Kabupaten Agam adalah 199 jiwaKm 2 . Untuk konsentrasi penduduk, umumnya penduduk di wilayah ini bertempat tinggal di Kecamatan Lubuk Basung yaitu sebesar 14 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Agam, diikuti Kecamatan Ampek Angkek Candung 9 persen. Jumlah dan distribusi penduduk di Kabupaten Agam menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah dan Distribusi Penduduk Kabupaten Agam per Kecamatan Tahun 2006 Kecamatan R.Tangga KK Penduduk jiwa Luas km 2 Kepadatan jiwa km 2 Distribusi Tanjung Mutiara 5 403 26 139 205.73 127 6 Lubuk Basung 13 323 62 384 358.55 174 14 Ampek Nagari 4 182 21 125 188.54 112 5 Tanjung Raya 7 082 30 890 244.03 127 7 Matur 4 462 18 405 93.69 196 4 Ampek Koto 8 420 33 523 173.21 194 8 Banuhampu 7 283 32 834 33.06 993 7 Sungai Puar 5 177 22 676 39.68 571 5 Ampek Angkek Candung 8 484 38 479 42.11 914 9 Canduang 5 302 22 873 40.84 560 5 Baso 7 510 33 085 70.3 471 8 Tilatang Kamang 7 623 32 408 91.61 354 7 Kamang Magek 5 038 20 395 64.06 318 5 Palembayan 7 522 30 538 349.81 87 7 Palupuh 2 825 13 857 237.08 58 3 Total 99 638 439 611 2 212.19 199 100 Sumber : Agam Dalam Angka tahun 2006 64 Sekaitan dengan Tabel 10, penduduk Kabupaten Agam ternyata masih terkosentrasi di beberapa wilayah seperti Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Canduang. Keduanya mewakili Agam Barat dan Timur, dimana Kecamatan Lubuk Basung berada di wilayah Agam Barat sedangkan Kecamatan Ampek Angkek Canduang berada di Agam Timur. Komposisi penduduk didominasi usia produktif dengan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Kondisi ini sesuai dengan kebiasaan umumnya penduduk Sumatera Barat yang lebih suka merantau ke daerah lain dibandingkan memilih menetap di daerahnya sendiri. Penduduk yang masih menetap tersebut sebagian besar memiliki pekerjaan sebagi petani. Dengan demikian, sektor pertanian masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat Kabupaten Agam. Tabel 11 Prosentase Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Agam per Kecamatan Tahun 2005 Kecamatan Prosentase terhadap Total Tenaga Kerja Kabupaten Petani Pedagang PNS ABRI Buruh Tani Buruh Swasta Pengrajin Lain- lain Total Tanjung Mutiara 4.30 0.64 0.39 0.79 0.31 0.18 0.19 6.80 Lubuk Basung 9.40 1.10 0.86 0.09 1,10 0.10 8.40 21.05 Ampek Nagari 1.40 0.29 0.83 0.09 0.97 0.02 0.03 3.63 Tanjung Raya 2.70 0.17 0.21 0.07 0.05 0.02 0.23 3.45 Matur 1.20 0.12 0.04 0.13 0.03 0.07 0.09 1.68 IV Koto 2.30 2.30 0.28 0.34 0.13 0.50 1.67 7.52 Banuhampu 4.00 0.72 0.40 0.53 0.56 0.40 0.84 7.45 Sungai Puar 1.20 0.42 0.14 0.71 0.50 0.09 0.90 3.96 Ampek Angkek Canduang 4.60 0.34 0.36 0.14 0.02 0.35 0.46 6.27 Canduang 4.70 0.00 2.12 0.74 0.04 0.28 0.06 7.94 Baso 9.20 0.79 0.35 0.51 0.29 0.15 1.90 13.19 Tilatang Kamang 3.60 0.65 0.70 0.08 0.19 0.67 0.06 5.95 Kamang Magek 0.70 0.04 0.11 0.01 0.00 0.00 0.04 0.90 Palembayan 5.60 0.15 0.32 0.84 0.17 0.13 0.72 7.93 Palupuh 1.20 0.00 0.07 0.13 0.12 0.02 0.08 1.62 Total 56.10 7.73 7.18 5.20 4.48 2.98 15.67 100 Sumber : Dinas KB, Capil dan Kependudukan Kabupaten Agam Tahun 2006 Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan mata pencaharian sebagai petani masih paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu sekitar 56.10 persen dari total tenaga kerja Kabupaten Agam, diikuti mata pencaharian lain – lain 15.67 persen, pedagang 7.73 persen, PNSABRI 7.18 persen, dan yang paling rendah adalah pengrajin 2.98 persen. Terkait dengan hal tersebut maka pekerjaan penduduk 65 Kabupaten Agam masih terkonsentrasi pada lapangan usaha di sektor primer. Sektor primer menurut pendapat Tushar dan Mishra 2000 meliputi usaha di bidang pertanian, budidaya dan produksi hutan, perikanan, serta proses bahan baku menjadi bahan setengah jadi. Objek Wisata di Kabupaten Agam Keberadaan sarana akomodasi yang berfungsi sebagai penunjang pariwisata di Kabupaten Agam pada saat ini masih terkonsentrasi di sekitar kawasan Danau Maninjau. Hal ini salah satu implikasi dari program pemerintah daerah yang memprioritaskan pembangunan kepariwisataan di daerah Maninjau. Total keseluruhan obyek wisata yang ada di Kabupaten Agam berjumlah 94 obyek wisata yang tersebar di 14 empat belas kecamatan. Obyek wisata di kabupaten Agam berdasarkan jenis dan daya tarik obyek wisata dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Wisata Alam Wisata alam yang menyajikan keindahan alam dengan jumlah 39 obyek wisata di Kabupaten Agam terbagi atas wisata pantai sebanyak 4 obyek yang terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara, wisata danau, air terjun dan pemandian sebanyak 16 obyek, wisata gunungperbukitan sebanyak 11 obyek, wisata goangalau sebanyak 5 obyek dan wisata flora dan fauna sebanyak 3 obyek wisata. 2. Wisata Budaya dan Sejarah Wisata budaya dan sejarah di Kabupaten Agam berjumlah 51 obyek wisata dengan rincian wisata tugu perjuangan dan benteng perang sebanyak 9 obyek, mesjidsurau tua sebanyak 21 obyek, museumrumah adat sebanyak 5 obyek, makam pahlawan 15 obyek dan wisata candi 1 obyek. 3. Wisata Minat Khusus Olahraga Wisata minat khususwisata olahraga berjumlah 4 jenis yaitu wisata olahraga paralayang di Puncak Lawang, wisata arung jeram di aliran sungai Batang Antokan, wisata perahu naga di Danau Maninjau dan wisata buru babi di Kecamatan Palupuh. 66 Gambar 9 Peta Sebaran Obyek Wisata di Kabupaten Agam Kondisi alam yang kaya dengan keindahan tersebut, maka Kabupaten Agam berupaya mengembangkan wilayahnya dengan menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan setelah komoditas pertanian. Harapannya adalah perkembangan wilayah di Kabupaten Agam dapat didorong dengan tumbuhnya aktivitas ekonomi dari sektor ini. Jumlah obyek wisata di Kabupaten Agam pada saat ini yang dikelola secara intensif oleh pemerintah daerah Kabupaten Agam sebanyak 5 buah obyek. Obyek tersebut yaitu wisata pantai Bandar Mutiara di Kecamatan Tanjung Mutiara, wisata Muko-muko Danau Maninjau di Kecamatan Tanjung Raya, wisata Puncak Lawang di Kecamatan Matur, Wisata Ambun Pagi di Kecamatan Matur, dan wisata Ikan Sakti di Kecamatan Baso. Sedangkan untuk obyek-obyek wisata lainnya belum dikelola secara maksimal oleh pemerintah daerah dan masih terabaikan. Dilihat dari potensi biofisik dan budaya obyek-obyek tersebut, masih cukup memungkinkan untuk mendatangkan wisatawan ke Kabupaten Agam baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. 67 Struktur Ekonomi Kegiatan ekonomi merupakan usaha yang bertujuan mendatangkan pendapatan atau meningkatkan taraf hidup pelakunya. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha segenap masyarakat yang tidak terlepas dari peran serta pemerintah dan swasta untuk meningkatkan taraf hidup, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan hubungan ekonomi regional. Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi adalah meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Tabel 12 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ADH menurut Lapangan Usaha dari tahun 2001 - 2005 Jutaan Rupiah Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005

1. Pertanian 643.786,52