Rantai Pasokan METODOLOGI PENELITIAN

1. DivisiBagian Responden

Responden yang menjadi obyek penelitian ini terdiri 3 populasi, yaitu divisi logistik perbekalan kesehatan 9 orang, pemasok obat 15 orang dan divisi layanan farmasi 10 orang. Pada masing-masing populasi terdiri atas bagian yang beragam. Pada divisi logistik terbagi atas manajer, kepala seksi logistik perbekalan kesehatan, koordinator gudang perbekalan kesehatan, penanggung jawab pengadaan, dan pelaksana. Pemasok obat hanya diwakili oleh salesman yang datang ke RSIJCP. Sedangkan divisi farmasi terdiri atas manajer, koordinator dan pelaksana.

2. Usia responden

Usia responden dikelompokkan menjadi 4 empat bagian. Responden dengan usia 20 – 30 tahun 10 orang, usia 31 – 40 tahun 12 orang, usia 41 – 50 tahun 9 orang dan usia di atas 50 tahun 3 orang. Responden terbanyak pada penelitian ini adalah usia 31 – 40 tahun.

3. Jenis Kelamin Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang. Responden dengan jenis kelamin laki-laki 20 orang, sedangkan responden wanita 14 orang. Jadi, responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki.

4. Tingkat Pendidikan Responden

Responden dengan pendidikan SMAsederajat 24 orang, pendidikan D3 3 orang, pendidikan S1 6 orang, D4 1 orang dan tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan S2 dan S3. Responden panelitian sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan SMAsederajat.

5. Masa Kerja Responden

Responden dengan masa kerja kurang dari 1 tahun 1 orang, masa kerja 1–5 tahun 6 orang, masa kerja 5-10 tahun 7 orang, masa kerja 10-15 tahun 11 orang dan masa kerja lebih dari 15 tahun 8 orang.

4.3. Rantai Pasokan

Rantai pasokan menekankan pada pola terpadu menyangkut proses aliran produk dari pemasok hingga pada konsumen akhir. Dalam konsep MRP ingin diperlihatkan bahwa rangkaian aktivitas antara pemasok hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat yang besar. Mekanisme informasi antara berbagai komponen tersebut berlangsung secara transparan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa MRP adalah suatu konsep yang menyangkut pola pendistribusian produk. Pola ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik. Berikut ini adalah rantai pasokan yang teridentifikasi di RSIJCP.

4.3.1. Aliran Rantai Pasokan

Model rantai pasokan yang terjadi di RSIJCP disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Rantai pasokan obat di RSIJCP Proses rantai pasokan yang terdapat di RSIJCP, terdiri atas unsur pemasok, logistik, dan layanan farmasi. Proses rantai pasokan dimulai petugas gudang menentukan jumlah pesanan obat. Kemudian proses dilanjutkan dengan pemesanan ke pemasok, pengiriman obat oleh pemasok ke logistik perbekalan kesehatan, hingga proses distribusi ke unit farmasi. Berikut rincian setiap anggota rantai pasokan beserta perannya :

1. Pemasok obat kepada divisi logistik

Rantai pertama berawal pemasok mengirim obat ke gudang perbekalan kesehatan logistik. Namun, sebelumnya terdapat 2 dua kegiatan penting yang dilakukan divisi logistik, yaitu penentuan jumlah pesanan dan proses pemesanan obat kepada pemasok obat. Kegiatan pertama, yaitu penentuan jumlah pesanan obat yang akan dijadikan sumber persediaan di gudang perbekalan kesehatan. Penetuan jumlah pesanan dilakukan oleh petugas gudang yang akan Unit Umum Unit Rawat Inap Unit Rawat Jalan Pasien Seksi Pelayanan Seksi Sterilisasi Pemasok Obat Divisi Logistik Perbekalan Kesehatan Divisi Layanan Farmasi dilaporkan ke penanggung jawab logistik obat. Penentuan jenis obat yang akan digunakan di instalasi farmasi RSIJCP disesuaikan dengan standarisasi obat yang telah ditetapkan oleh Komite Farmasi dan Terapi KFT. KFT merupakan penghubung antara medical staff dan pelayanan farmasi dalam hal penggunaan obat untuk mencapai keamanan dan optimalisasi pelayanan. Pada umumnya standarisasi ini dievaluasi setiap tahun untuk memantau kelancaran pemakaian obat. Standarisasi obat ini sangat membantu dalam penyediaan kebutuhan obat. Sebelum perencanaan pengadaan obat dibuat, obat- obat yang akan diadakan oleh RS dikonsultasikan terlebih dahulu antara pihak manajemen, apoteker, dan dokter melalui KFT. Salah satu tugas KFT adalah membuat formularium obat RS agar dapat memaksimalkan penggunaan obat secara rasional. Formularium atau standarisasi obat, yaitu daftar obat baku yang dipakai oleh RS dan dipilih secara rasional, serta dilengkapi penjelasan, sehingga memuat informasi obat yang lengkap untuk pelayanan farmasi RS. Formularium di RS dievaluasi selama 2 dua tahun sekali. Namun, hingga saat ini formularium yang terbentuk belum optimal penerapannya. Berdasarkan standarisasi obat ini, dokter membuat resep yang menjadi dasar pengajuan pengadaan obat. Pengadaan obat dilimpahkan ke petugas gudang, karena petugas gudang mengetahui secara aktual persediaan obat yang tersedia. Petugas gudang melihat persediaan obat secara online melalui sistem informasi yang dimiliki RSIJCP. Penentuan jumlah obat yang dipesan berdasarkan standarisasi maksimum minimum yang telah ditetapkan. Obat dikelompokkan menjadi 2 dua bagian, yaitu fast moving dan slow moving. Obat fast moving adalah jenis obat yang dibutuhkan banyak pasien, misalnya pada wabah tertentu. Evaluasi obat dengan kategori fast moving dilakukan maksimal 1 satu pekan sekali. Berbeda dengan obat yang tergolong fast moving, obat dengan kategori slow moving dievaluasi maksimal 1 satu tahun sekali. Obat yang tergolong slow movingadalah jenis obat yang permintaannya cenderung stabil. Setelah petugas gudang menentukan jumlah obat yang akan dipesan, pengajuan pengadaan disampaikan ke penanggungjawab pengadaan. Pengajuan tidak akan terpenuhi jika tidak ada persetujuan dari kepala seksi logistik perbekalan kesehatan dan manajer logistik. Setelah form persetujuan divalidasi permintaan dapat diproses ke penanggung jawab pengadaan logistik perbekalan kesehatan. Proses pengadaan obat dari user ke logistik terdapat pada Gambar 11. Pada kenyataannya ada dokter yang membuat resep obat diluar dari formularium RS. Penyebab dokter membuat resep diluar standarisasi yang ditetapkan, adalah: a. Kelengkapan obat yang masuk dalam standarisasi belum tersedia b. Obat yang diperlukan belum masuk dalam standarisasi obat c. Faktor pendekatan dari bagian pemasaran perusahaan obat Hal tersebut yang secara umum mengakibatkan terjadinya pengadaan obat yang cito. Hal ini tentu saja sangat merugikan RS baik dari segi pelayanan maupun keuangan. Bila peresepan diluar standarisasi tersebut berulang untuk obat yang sama, instalasi farmasi akan membuat pengajuan ke KFT untuk dimasukkan ke dalam standarisasi dan disediakan oleh logistik. Selama proses pengajuan dan disetujui oleh KFT, obat tersebut disediakan terlebih dahulu untuk menghindari pembelian obat ke apotek luar. Form pengajuan obat baru tersebut minimal disetujui oleh dua dokter untuk dapat diajukan ke KFT. Kegiatan kedua adalah pemesanan obat oleh penanggung jawab logistik obat kepada perusahaan pemasok yang telah menjadi mitra kerja RSIJCP. Proses pemesanan dapat dilakukan melalui 2 dua cara, yaitu memesan langsung melalui salesman perusahaan terkait atau melalui telepon. Pemesanan dilakukan 2 dua hari dalam sepekan Senin dan Kamis melalui distributor yang datang ke RSIJCP. Namun jika ada obat yang bersifat life saving, maka akan dilakukan pemesanan khusus cito dan pemesanan dapat dilakukan selain 2 dua hari tersebut melalui telepon. Pengiriman barang selambat-lambatnya 4 empat jam setelah pemesanan. Jika obat tidak tersedia di distributor utama, maka pemesanan dilakukan kepada sub distributor. Namun jika obat yang dipesan tidak tersedia dikedua pemasok, sedangkan obat tersebut sangat dibutuhkan, maka upaya yang dilakukan adalah logistik RSIJCP meminta bantuan kepada logistik di RSI cabang. Proses pemesanan obat dapat terlihat pada Gambar 6. Obat yang telah dipesan langsung diantar ke gudang obat Lampiran 5 melalui penanggung jawab gudang. Agar penerimaan obat berjalan dengan tertib, logistik mengatur jadwal penerimaan barang. Pemesanan barang pukul 08.00 paling lambat diterima pukul 12.00 WIB, barang yang dipesan pukul 10.00 WIB paling lambat diterima pukul 14.00 WIB, dan barang yang dipesan pada pukul 12.00 WIB selambat-lambatnya diterima pukul 16.00 WIB. Diluar jadwal yang telah ditentukan, penanggungjawab gudang obat tidak menerima barang apapun. Penerimaan obat dilakukan setiap hari melalui petugas di gudang obat. Guna menjaga ketertiban, maka dilakukan pencatatan obat secara manual dan komputerisasi. Hal tersebut dilakukan agar divisi farmasi dapat mengetahui secara online melalui sistem informasi RS persediaan obat yang tersedia di gudang, juga bermanfaat bagi bagian akuntansi untuk merekap pengeluaran RSIJCP secara update. Divisi logistik memiliki sasaran mutu yang bertujuan mengatur dan membatasi waktu penerimaan obat dari pemasok ke petugas gudang. Sasaran mutu tersebut menyebutkan bahwa lama masukan berita acara penerimaan barang tidak lebih dari 3 tiga jam sejak barang diterima. Hal tersebut dilakukan agar obat yang membutuhkan penangan cepat, seperti vaksin dapat ditangani dengan cepat agar tidak rusak. Pencatatan secara komputerisasi juga berguna untuk memeriksa kadaluarsa obat yang dilakukan secara kontinu setiap 6 bulan sekali. Jika ditemukan obat yang mendekati kadaluarsa, obat tersebut dapat dikembalikan ke pemasok dengan ketentuan 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa. Logistik RSIJCP berhak menentukan secara bebas perusahaan pemasok mana yang dipilih sebagai mitra kerja, tidak ada 1 perusahaan pun yang bekerjasama dengan RSIJCP dengan sistem kontrak. Dalam hal ini perusahaan pemasok obat yang bertindak aktif melakukan promosi kepada pihak RSIJCP. Promosi yang dilakukan dalam berbagai bentuk, pembelian dilakukan secara konsinyasi, pemberian diskon untuk pembelian dalam jumlah tertentu dan beberapa layanan purna jual, seperti retur. Sistem pembayaran yang biasa dilakukan adalah pembayaran tunai. Proses penerimaan obat dari pemasok ke petugas gudang perbekalan kesehatan terdapat pada Gambar 7.

2. Divisi logistik, kepada divisi layanan farmasi

Rantai selanjutnya dimulai setelah obat diterima di gudang perbekalan kesehatan. Pendistribusian obat diatur oleh divisi logistik secara langsung. Guna menjaga ketertiban dalam proses pendistribusian, divisi logistik memberikan jadwal pengajuan permintaan obat. Jadwal permintaan dari unit farmasi masuk ke logistik dibuka setiap hari yang dibagi dalam 2 dua waktu, yaitu pukul 11.00 WIB dan 19.00 WIB. Selain itu hanya dilayani untuk permintaan cito yang bersifat life saving. Proses distribusi obat dari logistik ke unit farmasi terdapat pada Gambar 8. Namun pada kenyataannya, permintaan dari divisi farmasi sering kali masuk di luar jam yang telah ditentukan. Ya Tidak Gambar 6. Proses pengadaan dan pemesanan perbekalan kesehatan obat Tidak Ya Mulai Tersedia Selesai Mencari distributor Lain untuk pemesanan obat oleh penanggungjawab pengadaan Menentukan jumlah pesanan oleh Petugas gudang Menentukan seleksi distributor oleh penanggungjawab pengadaan Mencetak surat pesanan oleh Penanggungjawab pengadaan Mengevaluasi dan validasi oleh Ketua seksi logistik perbekalan kesehatan Menandatangan surat pemesanan oleh manajer logistik Memesan ke salesmantelepon oleh Penanggungjawab Pengadaan Mengkonfirmasi ketersediaan barang oleh penanggungjawab Pengadaan

4.3.2. Anggota Rantai Pasokan

Anggota rantai pasokan meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan utama focal, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemasok point of origin hingga point of consumption. Berdasarkan jenisnya, anggota rantai pasokan terbagi atas 2 dua kelompok besar, yaitu anggota primer primary members dan anggota sekunder secondary members. Menarik permintaan dari penanggungjawab pengadaan dan mengisi sesuai dengan standar minimal dan persediaan yang tersedia Menyetujuii dan memeriksa permintaan Menyiapkan barang, menulis pada kartu persediaan dan sisa gudang serta membuat standar kebutuhan pada form Menginformasikan ke bagian pelayanan farmasi jika telah selesai disiapkan Melakukan serah terima barang dengan cara disebutkan satu persatu antara petugas gudang dengan petugas pelayanan farmasi Menandatangani form pengeluaran barang per unit Gambar 8 . Proses distribusi perbekalan kesehatan dari logistik ke layanan Farmasi Ya Gambar 7 . Proses penerimaan perbekalan kesehatan Selesai Ya Tidak Mulai Sesuai Menyerahkan fakturtanda terima dan barang oleh kurir distribusi Mencocokkan data faktur dengan data pesanan dan barang oleh pelaksana gudang Menerima Berita Acara Penerimaan Barang BAPB oleh Akuntansi Memberi nomor urut barang, validasi faktur, menginput data transaksi dan mencetak BAP barang oleh pelaksana gudang Menyimpan,mendistribusikan obat ke userunit pelayanan oleh pelaksana gudang Anggota primer Primary members adalah semua perusahaanunit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan output tertentu bagi pelanggan atau pasar. Pada MRP di RSIJCP yang termasuk ke dalam anggota rantai pasokan primer adalah divisi logistik sub unit perbekalan kesehatan obat, perusahaan pemasokrekanan obat dan divisi layanan farmasi. Anggota sekunder secondary members adalah perusahaanunit bisnis strategik yang tidak terlibat langsung dalam proses operasional rantai pasokan. Perusahaanunit bisnis hanya menyediakan sumber daya pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota rantai pasokan primer.

1. Anggota Primer

a. Divisi Logistik Divisi logistik dipimpin oleh seorang manajer dengan 2 dua orang kepala seksi yang membawahi sub unit kerja, yaitu seksi logistik umum dan investasi, serta seksi logistik perbekalan kesehatan. Sub unit logistik umum dan investasi berfungsi untuk mengelola kegiatan pengadaan, persediaan, penyimpanan dan distribusi kebutuhan rutin rumah tangga, alat tulis kantor, suku cadang, material bangunan, listrik, investasi alat medis dan investasi alat rumah tangga. Sub unit logistik perbekalan kesehatan berfungsi untuk mengelola kegiatan pengadaan, persediaanpenyimpanan dan distribusi beberapa logistik sediaan farmasi, alkes, barang reagensia, gas medis, bahan kimia, bahan radiologi dan nutrisi. Penelitian dilakukan pada divisi logistik, sub unit perbekalan kesehatan khusus sediaan farmasi obat. Sub unit ini bertugas menjaga rantai pasokan yang telah terbentuk agar dapat terintegrasi dengan baik. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemesanan obat melalui distributor utama produsen obat, penjagaan persediaan obat di gudang dan sekaligus bertanggungjawab untuk mendistribusikan obat kepada layanan farmasi. Tenaga kerja yang bertugas di seksi logistik perbekalan kesehatan obat sejumlah 8 delapan orang. Selanjutnya dapat dirinci atas kepala seksi logistik, koordinator gudang dan penanggung jawab pengadaan dan pelaksana. 1 Manajer Logistik Fungsi utama manajer logistik adalah mengkoordinir, mengendalikan dan mengembangkan fungsi pelayanan logistik yang meliputi fungsi pengadaan barang rutin dan inventaris serta perbekalan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan RSIJ dengan mengacu pada pedoman barangjasa BPH RSIJ serta rencana strategik dan program direktorat penunjang klinik. Manajer logistik bertanggungjawab atas tersedianya masukan untuk penyusunan dan evaluasi rencana strategik direktorat penunjang klinik, terlaksananya rencana startegik renstra direktorat penunjang klinik yang terkait dengan logistik, tersedia dan terjaminnya pelaksanaan program kerja tahunan dan tercapainya sasaran logistik, terjaminnya koordinasi dan pengendalian dalam pelaksanaan fungsi logistik sesuai pedoman pengadaan barangjasa badan pengurus yayasan RSIJ, dan terlaksananya pembinaan dan pengembangan SDM di bagian logistik. 2 Kepala Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Fungsi utama kepala seksi logistik adalah mengkoordinir, mengawasi pelaksanaan fungsi perbekalan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan persediaan perbekalan kesehatan yang mengacu pada pedoman pengadaan barangjasa BPH RSIJ dan sasaran bidang logistik di seksi logistik perbekalan kesehatan. Kepala seksi logistik perbekalan kesehatan bertanggung jawab atas tersedianya masukan untuk menyusun program kerja tahunan bagian logistik dan tercapainya sasaran bagian logistik dalam fungsi logistik perbekalan kesehatan, terjaminnya koordinasi dan pengawasan dalam pelaksanaan fungsi logistik perbekalan kesehatan sesuai standar pelayanan kesehatan RS, dan terjaminnya pembinaan dan pengembangan bawahan. 3 Koordinator gudang logistik dan perbekalan kesehatan Fungsi utama koordinator gudang logistik dan perbekalan kesehatan adalah terselenggaranya pengelolaan gudang penyimpanan dan distribusi yang meliputi perencanaan, penerimaan, penginputan data ke dalam program SMART Sistem Manajemen Administrasi Rumah Sakit Terpadu, penyimpanan, distribusi dan administrasi dokumen perbekalan kesehatan. Koordinator gudang bertanggungjawab atas pelaksanaan administrasi gudang, penyimpanan dan pendistribusian barang, kondisi barang baik secara mutu maupun kuantitas, kerapihan dan kebersihan ruangan gudang. 4 Pelaksana Gudang perbekalan kesehatan Fungsi utama pelaksana gudang adalah melaksanakan tugas penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian. Pelaksana gudang bertanggungjawab dan menjamin terlaksananya penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian dengan baik ke seluruh unit-unit kerja terkait. 5 Penanggung jawab pengadaan perbekalan kesehatan. Fungsi utama penanggungjawab pengadaan perbekalan kesehatan adalah terselenggara dan terpenuhinya pengadaan barang perbekalan kesehatan secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan. Penanggungjawab pengadaan perbekalan kesehatan, termasuk obat- obatan bertanggungjawab atas tersedianya perbekalan kesehatan, harga dan mutu obat. Divisi logistik mengalami berbagai macam kendala dalam menjalankan kewajibannya sebagai penyedia dan pengatur logistik bagi RS. Hal ini mungkin terjadi, karena divisi logistik merupakan divisi yang baru terbentuk pada tahun 2007 di RSIJCP. Kendala yang dihadapi dapat berupa fasilitas yang belum mendukung proses produksi, misalnya gudang obat yang berada di lantai 2 dua menyulitkan dalam proses pendistribusian. Denah gudang perbekalan kesehatan di RSIJCP terdapat pada Lampiran 5. Selain itu, kendala operasional lain yang dihadapi divisi logistik dalam menjalankan tugas adalah kurangnya kerjasama antara pemasok obat dengan logistik RSIJCP, misalnya dalam hal penerimaan barang pesanan di gudang obat. Belum optimalnya penerapan formularium yang juga menjadi kendala bagi logistik dalam menjalankan tugasnya, sehingga banyak obat yang tidak digunakan lagi, karena perubahan tersebut. b. Pemasokrekanan obat Perusahaan pemasok terbagi ke dalam 2 dua kategori, distributor utama dan sub distributor. Distributor utama adalah perusahaan pemasok yang ditunjuk langsung oleh produsen obat. Sedangkan sub distributor adalah perusahaan pemasok cadangan dan bukan perusahaan resmi yang ditunjuk oleh produsen obat. Perusahaan pemasok yang dijadikan sebagai mitra kerja RSIJCP adalah perusahaan distributor resmi dan tergolong distributor utama. Hal tersebut dikarenakan RSIJCP menghindari produk ilegal ataupun palsu. Seluruh perusahaan pemasok yang ditunjuk berada di wilayah Jakarta. Hal tersebut untuk mengefisienkan transportasi dan kecepatan dalam pengiriman obat jika dibutuhkan dengan segera cito. Sebanyak 47 perusahaan pemasok obat yang masuk dalam daftar divisi logistik obat yang bekerjasama dengan RSIJCP. Namun tidak semua distributor dapat menjadi mitra RSIJCP secara rutin setiap bulannya. Jika dirata-ratakan dari pembelian per bulannya, hanya sekitar 15 perusahaan yang menjadi mitra RSIJCP setiap bulannya. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak faktor, umumnya karena faktor promosi yang ditawarkan dan kelengkapan obat yang tersedia. Perusahaan dengan produk yang sama memberikan penawaran berbeda-beda, misalnya tawaran pembayaran tempo, konsinyasi, pemberian diskon untuk pembelian partai besar dan promo lainnya. Faktor lain yang menyebabkan RSIJCP memilih sebuah perusahaan pemasok, karena perbandingan harga, pelayanan yang diberikan dan mutu produk. RSIJCP akan menerima perusahaan pemasok yang menawarkan penawaran terbaik. Daftar perusahaan Pemasok Obat yang menjadi mitra kerja RSIJCP terdapat pada Lampiran . Seluruhnya terdiri atas distributor utama dan sub distributor cadangan. Sub distributor digunakan, jika pada suatu kejadian tidak terdapat obat yang dipesan pada distributor utama. Saat ini, pemasok yang menjadi mitra kerja RSIJCP telah melalui tahap seleksi oleh bagian logistik perbekalan kesehatan obat. Namun diluar kendali yang baik, banyaknya toleransi menjadi salah satu hambatan yang mengancam aktivitas rantai pasokan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh RSICP dalam menjalin kerjasama dengan para pemasok obat adalah kurangnya kerjasama pemasok dalam menaati peraturan yang dibuat, misalnya pada saat pengiriman obat ke gudang. Guna mengatasi hal ini, pihak logistik mengeluarkan surat teguran kepada para pemasok yang melakukan pelanggaran. Tidak adanya kontrol yang baik, maka kejadian yang sama dapat terulang lagi. c. Divisi Layanan Farmasi Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus sumber pemasukan utama revenue center bagi RS. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90 persen pelayanan kesehatan di RS menggunakan perbekalan farmasi obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik. Jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh tanggungjawab, maka dapat diprediksi bahwa pendapatan RS akan mengalami penurunan. Aspek terpenting dari pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan penggunaan obat, keamanan dan keefektifan penggunaan obat. Mengingat besarnya kontribusi instalasi farmasi dalam kelancaran pelayanan dan juga merupakan instalasi yang memberikan sumber pemasukan terbesar di RS, maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab. Pada RSJCP divisi layanan farmasi adalah user dari divisi logistik, karena seluruh pendistribusian obat diatur melalui divisi ini. Layanan farmasi berada di bawah tanggung jawab Direktur Pelayanan Klinik, dipimpin oleh manajer dengan 2 dua sub unit kerja besar, yaitu seksi pelayanan unit rawat inap, rawat jalan dan umum dan seksi sterilisasi. Layanan farmasi memiliki tenaga kerja sebanyak 60 orang pegawai, yang terdiri atas kepala seksi pelayanan farmasi, koordinator pelayanan dan pelaksana farmasi per unit kerja.

2. Anggota Sekunder

Perusahaan-perusahaan yang tergolong anggota rantai pasokan sekunder dalam struktur MRP RSIJCP adalah agen-agen ekspedisi yang menyewakan jasa transportasi, bank-bank yang memberi pinjaman kepada distributor, perusahaan multimedia yang membantu promosi produk, perusahaan jasa telekomunikasi yang membantu memperlancar kerjasama dan perusahaan lain yang turut membantu terlaksananya proses rantai pasokan obat.

4.4. Jaringan Proses Rantai Bisnis