Manajemen Rantai Pasokan TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Rantai Pasokan

2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen Rantai Pasokan MRP atau SCM Supply Chain Management menurut Heizer dan Render 2004 adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara pemasok dan distributor. Russel and Taylor 2003 menambahkan bahwa MRP mengatur aliran informasi yang diteruskan ke rantai pasokan di dalam pemesanan untuk mencapai tingkat sinkronisasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan menurunkan biaya. Menurut Said 2006, MRP adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan sistem terintegrasi dengan tujuan yang sama. Dapat diartikan pula rantai pasokan adalah alur perjalanan barang, informasi dan keuangan. Pada umumnya berawal dari pembelian bahan dasar ataupun setengah jadi, yang kemudian diberangkatkan menuju pabrik untuk diolah menjadi barang jadi. Setelah itu, barang-barang jadi tersebut akan diteruskan ke gudang atau pusat distribusi untuk diantarkan ke retailer, distributor ataupun langsung ke rumahkantor pelanggan. Akhirnya, layanan purna jual seperti perawatan dan perbaikan atau pengembalian dan pendaurulangan dari produk-produk tersebut diakhir masa gunanya. Perencanaan rantai pasokan yang baik akan mengoptimalisasikan alur.

2.1.2. Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan

Lima prinsip dasar dalam MRP adalah : a. Prinsip integrasi Semua unsur yang terlibat dalam rangkaian MRP berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan b. Prinsip Jejaring Semua unsur berada dalam hubungan kerja yang selaras. c. Prinsip ujung ke ujung Proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir. d. Prinsip saling tergantung Setiap unsur dalam MRP menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerjasama yang saling menguntungkan. e. Prinsip Komunikasi Keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk menjadi kete patan informasi dan material.

2.1.3. Unsur dan Ruang Lingkup MRP

Tunggal 2008 menyebutkan unsur-unsur dalam MRP adalah : 1. Struktur jaringan rantai pasokan Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan rantai pasokan lainnya. 2. Proses bisnis rantai pasokan Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan. 3. Komponen MRP Peubah-peubah pembelian dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang rantai pasokan. Siagian 2005 menyatakan ruang lingkup MRP meliputi : 1. Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang, mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan konsumen, termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan. 2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi.

2.1.4. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan

Menurut Tunggal 2008, anggota rantai pasokan meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan inti, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption terdiri atas : a. Anggota primer adalah semua perusahaanunit bisnis strategik yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau konsumen. b. Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota primer di rantai pasokan. Siagian 2005 menyatakan bahwa MRP berkaitan langsung dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, mutu yang tinggi, pengurangan biaya dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan pada rantai pasokan. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit maupun tunai, serta transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan menurut Siagian 2005 dimuat pada Gambar 1. Gambar 1. Rantai pasokan Siagian, 2005

2.1.5. Jenis-jenis Jaringan Proses Bisnis

Menyatukan dan mengatur semua proses bisnis melalui rantai pasokan tidak akan seefektif dengan hasil yang ingin dicapai. Harus ada pemisahan jaringan mana yang benar-benar penting dan perlu diperhatikan. Menurut Tunggal 2008, ada 4 jenis jaringan proses bisnis, yaitu : 1. Managed process links Jaringan dimana perusahaan focal merasa penting untuk bersatu dan kolaborasi dengan anggota lain dari rantai pasokan. Perusahaan focal akan aktif bersatu dan mengatur proses dengan konsumen dan pemasok. 2. Monitored process links Perusahaan focal tidak aktif terlibat, tetapi hanya meninjau dan mengaudit secara berkala bagaimana setiap proses disatukan atau diatur. 3. Not managed process links Perusahaan focal tidak terlibat secara aktif dan tidak juga meninjau secara kontinu seperti pada jaringan sebelumnya. Perusahaan mempercayakan anggota lain yang mengaturnya. 4. Non member process links Proses antara anggota-anggota perusahaan focal dengan selain anggota dari rantai pasokan. Non anggota tidak termasuk dalam struktur jaringan rantai pasokan focal, tetapi perusahaan non anggota tersebut dapat dan sering memberi pengaruh pada perusahaan focal dan anggota-anggota lainnya. - Informasi penjadwalan - Arus kas - Arus pesanan Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen Arus kredit Arus bahan baku

2.1.6. Pengelolaan Rantai Pasokan

Mengelola MRP secara produktif dan efisien adalah sesuatu yang sangat penting bagi sebuah perusahaan, karena secara tidak langsung akan mempengaruhi keuntungan potensial yang akan diperoleh perusahaan. Secara teori, menurut Said 2006 disebutkan tahapan untuk mencapai rantai pasokan yang produktif dan efisien adalah : 1. Tetapkan MRP sebagai aspek strategik perusahaan Menerapkan MRP tidak hanya pada level operasional, tetapi secara menyeluruh. 2. Rancang proses MRP dari ujung ke ujung Organisasi merancang pola aliran informasi dan barang mulai dari pemasok paling awal sampai konsumen paling akhir. Bentuk intervensi yang perlu dilakukan dapat berbeda-beda, yaitu ada yang perlu dikendalikan langsung, ada yang hanya perlu dimonitor, ada yang hanya perlu diketahui saja. Dengan memiliki rancangan ini, perusahaan dapat memetakan dengan baik proses mana yang dapat menyebabkan biaya tinggi atau proses mana yang dapat menyebabkan waktu paling lama. 3. Rancang struktur organisasi MRP Perusahaan harus memperjelas eksistensi dalam sebuah organisasi, bukan hanya sebagai perangkat kerja di luar sistem. 4. Kembangkan model kolaborasi yang tepat Perusahaan harus membangun kerjasama dengan perusahaan lain, karena hampir tidak mungkin ada perusahaan yang mampu melakukan semua kegiatannya sendiri dengan membangun kerjasama. 5. Gunakan alat ukur kinerja yang tepat Alat ukur yang baik untuk MRP adalah yang memiliki penghubung dengan strategi organisasi, seimbang dan komprehensif, penetapan target sebanding dengan situasi internal maupun eksternal, serta targetnya agresif, tetapi dapat dicapai, dapat dimonitor dengan mudah, dapat digunakan untuk peningkatan produktivitas berkelanjutan dan dapat dilaksanakan melalui rencana implementasi formal. Alat ukur digunakan untuk mengetahui kondisi SCM perusahaan membaik atau memburuk, sehingga dengan mengetahui posisi perusahaan diharapkan dapat segera dilakukan perbaikan. Menurut Haming dan Nurnajamuddin 2007, area kompetitif dan strategik berikut dapat dipakai sebagai penyumbang manfaat yang sempurna untuk penerapan sistem MRP yang efektif. Faktor kompetitif dan strategik dimaksud adalah : 1. Pemenuhan kebutuhan Aktivitas yang berhubungan dengan kepastian kecukupan kuantitas dari komponen yang diperlukan dalam menjalankan produksi atau produk yang akan dijual, dan tiba pada waktu yang tepat sesuai jadwal. Hal itu dimungkinkan melalui adanya komunikasi efektif, yang memastikan bahwa pesanan ditetapkan pada sejumlah jadwal yang sesuai dan siap untuk dipenuhi. Sistem MRP memungkinkan suatu perusahaan secara tetap melihat apa yang ada di gudang persediaan dan meyakinkan bahwa jumlah yang dipesan sesuai dengan kebutuhan dimaksud dalam pesanan dan jadwal untuk menggantikan sediaan yang sudah dipakai. 2. Logistik Aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan sediaan bahan atau komponen yang diperlukan. Aktivitas tersebut juga perlu dijaga agar biaya angkutan material serendah mungkin, konsisten dengan waktu penyerahan yang dijanjikan, serta dilakukan secara tepat waktu dan aman. Dalam hal ini, sistem MRP memungkinkan suatu perusahaan untuk mempunyai kontak tetap dengan tim distribusinya, dapat terdiri atas truk, kereta api, atau jenis transportasi lain. Sistem dapat mengizinkan perusahaan untuk menjajaki material yang diperlukan secara terus-menerus. 3. Produksi Aktivitas tersebut berhubungan dengan kegiatan mengolah bahan menjadi keluaran yang direncanakan. Aktivitas itu harus mampu menjamin bahwa lini produksi atau lini perakitan berfungsi dengan baik. Fasilitas dapat berfungsi memuaskan jika didukung oleh ketersediaan komponen yang bermutu tinggi dan tersedia ketika diperlukan. Produksi dapat berlangsung secara teratur, jika ditunjang oleh manajemen logistik dan pemenuhan atas order bahan atau komponen yang memuaskan, yaitu sesuai volume kebutuhan dan penyerahannya tepat sesuai jadwal. 4. Pendapatan dan laba Aktivitas tersebut berhubungan dengan aktivitas pemasaran dan penjualan, yaitu memberikan layanan penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan yang membutuhkan secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu. Kegiatan itu harus mampu memberikan jaminan bahwa tidak ada penjualan yang akan hilang, karena persediaan tidak ada atau kosong. Mengelola rantai pasokan dengan baik akan meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam bereaksi terhadap perubahan tidak terduga yang terjadi atas permintaan dan penawaran. Sehubungan dengan hal tersebut, suatu perusahaan mempunyai kemampuan menghasilkan barang apada harga yang lebih rendah dan mendistribusikannya ke konsumen dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan jika tidak menerapkan MRP, sehingga MRP berperan untuk meningkatkan laba total perusahaan. 5. Biaya-biaya Kemampuan berproduksi secara efektif dan efisien, pada gilirannya akan memampukan perusahaan memiliki keunggulan atas aspek biaya. Faktor biaya produksi atau penyiapan produk merupakan salah satu dari empat faktor keunggulan kompetitif perusahaan. MRP mampu mengurangi biaya melalui peningkatan rasio perputaran sediaan di gudang, mengendalikan mutu proses dan mengurangi biaya kegagalan internal dan eksternal, serta bekerjasama dengan pemasok, agar dapat menghasilkan keluaran melalui pemanfaataan alat-alat pabrikasi secara efisien. 6. Kerjasama Antara mitra rantai pasokan memastikan bahwa semua pihak akan memperoleh manfaat timbal balik. Perencanaan kolaboratif dan peramalan merupakan suatu komitmen jangka panjang. Hubungan tersebut memungkinkan perusahaan mempunyai akses terhadap informasi yang dapat dipercaya, menghasilkan tingkat persediaan yang lebih rendah, memotong lead time, meningkatkan mutu produk, meningkatkan mutu ramalan dan akhirnya meningkatkan layanan kepada pelanggan, serta perolehan laba yang memuaskan. Para pemasok juga menerima manfaat dari hubungan kerjasama melalui peningkatan pembeli, peningkatan mutu dan penurunan biaya. Semua itu akan menghasilkan penghematan. Konsumen juga dapat menerima manfaat melalui tersedianya produk dengan mutu lebih tinggi atas biaya atau harga yang lebih murah.

2.1.7. Pentingnya Rantai Pasokan dalam Perusahaan

Posisi rantai pasokan sangat penting dalam sebuah perusahaan, baik terkait dengan kebijakan maupun strategi. Sebuah rantai pasokan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting di bawah ini : 1. Pasar Pasar memerlukan produk dengan mutu bagus dan harga murah. Sebelumnya telah dikembangkan konsep Consumer Relationship Management, namun saat ini telah berkembang menjadi Consumer Intimacy Management. Konsep Consumer Intimacy Management merupakan bukti kepedulian perusahaan kepada konsumen. 2. Persaingan Suatu perusahaan berkompetisi dengan perusahaan lain di berbagai lini mulai dari produksi, proses, pelayanan dan inovasi. Pada awalnya, perusahaan hanya fokus pada produksi, namun saat ini telah bergeser kepada distribusi. Perusahaan berkompetisi untuk memenuhi kebutuhan konsumen lebih awal dengan menawarkan produknya dengan berbagai layanan yang disediakan. 3. Teknologi Perusahaan harus memanfaatkan aset yang dimiliki seperti data server untuk menuju mobile computing. Pemanfaatan aset digunakan untuk memberikan value added kepada customer-asset inovation. 4. Ekonomi Implementasi SCM dikenal sebagai usaha improvement yang banyak mengeluarkan biaya, karena banyak sekali infrastruktur yang dibutuhkan. 5. Kebijakan pemerintah Faktor ini mencakup masalah environment, legal compliance, standar industri, dan lain-lain. Menurut Haming dan Nurnajamuddin 2007, produk yang diproses atau disediakan memerlukan kerjasama berbagai pihak pelaksana kegiatan langsung, yaitu : 1. Pemasok yang mendukung tersedianya logistik. 2. Fungsi operasi atau departemen pabrikasi yang akan melakukan pengolahan atas masukan menjadi keluaran. 3. Fungsi distribusi dan pergudangan menyimpan dan mengatur distribusi produk ke konsumen. 4. Fungsi pemasaran dan penjualan memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan atau disediakan sejak dari gudang perusahaan sampai ke tangan konsumen. 5. Fungsi layanan pelanggan atau customer relationship management, merupakan fungsi yang mengharuskan untu k menjaga hubungan dengan para pelanggan, antara lain selalu mengingatkan kepada pelanggan akan produk yang disediakan atau diproduksi oleh perusahaan. Pemeliharaan hubungan dapat dibangun melalui hubungan korespondensi, pameran dan kegiatan hubungan masyarakat.

2.1.8. Ciri-ciri MRP

Aset strategik yang dimiliki perusahaan sangat menentukan daya saing. Menurut Said 2006, MRP bercirikan tiga hal berikut : 1. Agility SCM bukan saja hemat, tetapi juga lincah dalam merespon setiap perubahan terutama jangka pendek. Agility dapat dicapai apabila perusahaan dapat mengelola informasi secara lebih terbuka, baik dengan konsumen maupun pemasok. Agility dapat dicapai dengan menjalin hubungan baik dengan pemasok dan merancang produk standar, tetapi dapat dimodifikasi pada ujung penjualan. 2. Adaptability Perusahaan harus tahu apa yang terjadi di pasar, yaitu apakah akan muncul bahan baku baru, model transportasi baru, distributor baru, metode kerja baru ataupun pasar baru. 3. Alignment Alignment adalah tahap penyelarasan antara pabrik, pemasok dan distributor. Hal ini dapat terjadi bila pertukaran informasi dan pengetahuan telah berlangsung dengan lancar dari pemasok sampai ke konsumen sedemikian rupa, sehingga perubahan permintaan dan pasokan dapat diketahui secara cepat.

2.1.9. Kriteria Sukses MRP

Perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dari pihak lain.

1. Sesuai dengan strategi bisnis

Empat 4 strategi utama MRP menurut Said 2006, adalah : a. Biaya Strategi biaya adalah strategi yang mengutamakan efisiensi. Perusahaan harus mengupayakan agar biaya produksi, termasuk biaya distribusi menjadi seefisien mungkin. Strategi ini biasanya banyak digunakan di industri retail atau consumer goods. b. Inovasi Perusahaan menawarkan keunikan dari produk, akibatnya daur hidup produk, maupun teknologi menjadi semakin singkat dan ketepatan dan kecepatan masuk pasar sangat menentukan. Para perusahaan yang menjadi innovator akan selalu diikuti oleh perusahaan yang menjadi fast follower, oleh karena itu, peran SCM sangat penting dalam strategi inovasi untuk mempersiapkan pemasaran produknya. c. Pelayanan Strategi yang mengutamakan pelayanan biasanya pada industri jasa yang berhubungan langsung dengan konsumen. Contohnya RS dan hotel. d. Mutu Adanya jaminan produk dapat sampai dan dapat dikonsumsi secara aman. Biasanya strategi ini banyak digunakan pada industri makanan dan minuman. Saat ini telah tersedia teknologi traceable, yang dapat memantau dan melaporkan posisi dan kondisi barang selama dalam proses pengiriman.

2. Sesuai dengan kebutuhan konsumen

Mendengarkan apa yang dibutuhkan konsumen beserta prioritasnya sangat diperlukan untuk suksesnya sebuah SCM. Dalam perusahaan perlu dikenali lebih lanjut kebutuhan konsumen untuk masing-masing segmen dan produk tertentu.

3. Sesuai dengan power position

SCM adalah permainan posisi daya tawar dan kekuatan sebuah perusahaan. Hal yang paling penting yang harus dilakukan perusahaan adalah mengetahui posisi tawar perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan membutuhkan kerjasama dengan perusahaan lain untuk memperkuat posisi tawar menawar di pasar.

4. Adaptif

Situasi bisnis yang dinamis akan selalu berubah, begitu juga SCM perlu terus beradaptasi, karena perubahan ada yang berlangsung secara tiba- tiba dan juga berlangsung secara perlahan. Perubahan teknologi, lingkungan bisnis, basis kompetisi dan terjadinya akuisisi dapat mempengaruhi rancangan SCM secara mendasar. Menurut Heizer dan Render 2004, yang termasuk ke dalam strategi Rantai Pasokan ada lima bagian, yaitu : a. Banyak pemasok Strategi ini menandingkan satu pemasok dengan pemasok lain dan membebani pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok bersaing satu sama lain secara agresif. b. Sedikit pemasok Strategi ini digunakan untuk mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang dengan sedikit pemasok untuk menjaga komitmen antar anggota rantai pasokan. c. Integrasi vertikal Strategi ini mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan barang atau jasa yang sebelumnya dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor. d. Jaringan Keiretsu Strategi yang berasal dari istilah bahasa Jepang untuk menggambarkan para pemasok yang menjadi bagian dari koalisi perusahaan. Anggota keiretsu dipastikan memiliki hubungan jangka panjang dan karenanya diharapkan dapat berperan sebagai mitra yang memberikan keahlian teknis dan kestabilan mutu produksi untuk perusahaan. e. Perusahaan virtual Strategi ini menggambarkan bahwa perusahaan mengandalkan beragam hubungan pemasok untuk menyediakan jasa atas permintaan yang diinginkan. Strategi ini dikenal sebagai jaringan berongga.

2.2. Rumah Sakit