I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan catatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 jumlah Rumah Sakit RS di Indonesia semakin bertambah, baik unit Rumah Sakit
Swasta RSS maupun Rumah Sakit Umum RSU. Pertumbuhan RS sendiri mengalami perkembangan yang sangat pesat, tetapi perkembangan tersebut tidak
diikuti dengan penyebaran yang lebih merata. Sebagian besar RS itu berada di Pulau Jawa dan hanya kota-kota besar Candraningrum, 2003.
Perkembangan jumlah RS selama 5 tahun 2000-2004, bertambah 17,3 persen dari 1145 menjadi 1.246 tidak termasuk Rumah Bersalin. Bertambahnya
jumlah RS yang paling nyata adalah RSS, dari 550 menjadi 621 RS. Tidak hanya RSS yang bertambahnya jumlahnya, namun RS dari berbagai kepemilikan juga
bertambah kuantitasnya, seperti dimuat pada Tabel 1 www.depkes.go.id, 2007. RS yang telah dinyatakan terakreditasi baik yang dikelola pemerintah
maupun swasta hingga Desember 2000 sebanyak 312 27,2 dari 1.145 RS yang ada. RSS yang terbanyak lulus akreditasi adalah wilayah DKI Jakarta, Yogyakarta,
dan Bali Candraningrum, 2003. Tabel 1. Data perkembangan jumlah RS dari tahun 2003-2006
Kepemilikan 2003
2004 2005
2006
1. Depkes 14
13 13
13 2. PropinsiKabKota
339 348
365 377
3. TNI POLRI 110
110 110
110 4. DEP LAIN BUMN
71 71
71 71
5. Swasta 432
434 436
441 Jumlah
966 976
995 1.012
A. RSU
1. RSK Vertikal 17
18 18
18 2. RSK PropKabKota
57 56
56 56
3. RSK Swasta 185
187 190
197 Jumlah
268 270
273 280
B. RSK
1. RS Vertikal 31
31 31
31 2. RS PropKabKota
396 404
421 433
Lanjutan Tabel 1.
Kepemilikan 2003
2004 2005
2006
3. RS TNI POLRI 112
112 112
112 4. RS Dep Lain BUMN
78 78
78 78
5. RS SwastaPrivate 617
621 626
638
Total RSU+RSK 1.234
1.246 1.268
1.392
Sumber : www.depkes.go.id, 2007
Berkembangnya industri kesehatan di Indonesia telah mendorong masing- masing RS baik, swasta maupun pemerintah untuk meningkatkan pelayanannya
agar dapat menghadapi persaingan. Kenyataannya, RS sebagai institusi penyedia jasa layanan kesehatan, juga merupakan sebuah lembaga yang tidak lepas dari
pengaruh atau tekanan lingkungan. Baik buruknya kinerja RS akan cepat mempengaruhi kepercayaan masyarakat pada umumnya. RS harus memiliki
keunggulan kompetitif dalam rangka menghasilkan pelayanan bermutu. Mutu RS yang baik tidak terlepas dari sumber daya yang baik.
Heizer dan Render 2004 mendefinisikan mutu sebagai keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan. Crosby dalam Jacobalis 1991 mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan keperluan yang meliputi availability, delivery, reliability,
maintainability dan cost effectivenes. Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Peningkatan mutu pelayanan RS dapat dipacu dari internal ataupun eksternal.
Banyak perusahaan yang mengalami kerugian yang cukup besar, karena tidak terintegrasinya masalah pengadaan logistik. Gejalanya adalah terjadinya
kelebihan atau kekurangan persediaan, kerusakan, kesalahan pengiriman, kehilangan dan sebagainya. Sejauh ini, RS melakukan pengadaan logistik berupa
alat kesehatan dan obat-obatan melalui teknik Delivery OrderDO. Dalam artian, pemasok hanya mengantarkan barang produksinya sesuai dengan
pemesanan. Pada teknik DO perusahaan tidak memiliki keterkaitan yang erat antara pemasok dan konsumen. Kejadian seperti itu dapat dihindari dengan
mengintegrasikan semua kegiatan logistik mulai dari ujung pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir. Konsep integrasi logistik ini disebut dengan
supply chainrantai pasokan yang juga merupakan salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan RS secara internal.
Rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta
pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara
pemasok dan distributor Heizer dan Render, 2004. Manajemen rantai pasokan MRP mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari
bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan konsumen, termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai
pasokan. Kegiatan MRP dalam pelaksanaannya melibatkan secara langsung ataupun
tidak langsung semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan inti. Tujuan akhir dari MRP adalah memaksimalkan keseluruhan
nilai. Keseluruhan nilai yang dimaksud adalah keseluruhan diantara nilai dari produk akhir terhadap pelanggan dan upaya rantai pasokan sebuah perusahaan di
dalam memenuhi permintaan pelanggan. Penerapan MRP memiliki beberapa alasan yang sangat mendasar, diantaranya Said, 2006 :
1. Situasi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas 2. Perubahan paradigma persaingan
3. Semakin canggihnya dukungan teknologi informasi Keberhasilan MRP sangat dipengaruhi oleh sistem yang dianut oleh
sebuah perusahaan. Sistem yang telah dibangun harus dievaluasi dengan cara pengauditan secara menyeluruh, baik dari sisi perusahaan, pemasok hingga
konsumen. Kelebihan dari penerapan MRP, diantaranya perusahaan dapat dengan cepat mengetahui keefektifan dari sebuah rantai pasokan distribusi juga
dapat merespon cepat kebutuhan dan keinginan dari konsumen akan suatu barang. Namun, di sisi lain terdapat kelemahan dari penerapan MRP, diantaranya
sistem distribusi yang ada kurang mendukung, kuota dan tarif yang mengahalangi perusahaan asing untuk melakukan bisnis di daerah, risiko politik
dan mata uang di sebuah negara yang tidak stabil.
Menurut Heizer dan Render 2004 terdapat tiga permasalahan yang dimiliki MRP, yaitu optimasi lokal, insentif dan lot besar. Rinciannya sebagai
berikut : a. Optimasi lokal
Anggota rantai pasokan harus memusatkan perhatian untuk memaksimalkan keuntungan lokal atau meminimalkan biaya langsung berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Respon yang diberikan yang terlalu berlebihan dapat mendatangkan kerugian bagi para anggota pasokan.
b. Insentif Insentif yang dimaksud berupa insentif penjualan dan potongan, karena
kuantitas, kuota dan promosi. Insentif memasukkan barang dagangan ke rantai pasokan untuk penjualan yang belum terjadi dapat menimbulkan
fluktuasi yang mahal bagi semua anggota rantai. c. Lot besar
Pemesanan dalam jumlah besar yang dilakukan oleh perusahaan dapat menimbulkan kerugian jika tidak disertai dengan pengetahuan secara jelas
tentang kapasitas gudang dan kapasitas produksi. Inti dari persaingan perusahaan-perusahaan sekarang ini terletak pada
bagaimana sebuah perusahaan mampu menciptakan produk atau jasa yang lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat dibandingkan dengan pesaing bisnisnya. Hal
tersebut memaksa perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya bisnisnya. Untuk dapat meningkatkan kinerjanya, sebuah perusahaan harus mampu menjalin
kerjasama dengan para mitra bisnisnya, dalam hal ini pihak-pihak yang memberikan pasokan kebutuhan perusahaan dalam berbagai bentuk.
Pengintegrasian ini akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Selain itu, lebih jauh lagi menciptakan keunggulan kompetitif tertentu bagi perusahaan terkait.
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih RSIJCP adalah satu contoh perusahaan yang bergerak di bidang jasa kesehatan yang sangat memperhatikan
mutu pelayanannya. Oleh karena itu, pada RS ini diterapkan MRP. Namun sejauhmana keefektifan dan pengaruhnya perlu ditinjau lebih jauh lagi, guna
mengevaluasi kinerja yang mengarah pada perkembangan berkelanjutan continous improvement.
1.2. Perumusan Masalah