Iklim Tanah dan Topografi

Pengembangan Pertanian Pusat Pengembangan Perkebunan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Maret 2008. KWI 1 saling berseberangan dengan KWI 2 yang dibatasi oleh Jalan Tentara Pelajar. Sehingga kondisi iklimnya sebagian besar tidak jauh berbeda antara KWI 1 dan KWI 2. Data iklim didapatkan dari Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB dan data tanah didapatkan dari Pusat Penelitian Tanah Bogor.

4.3 Iklim

Kota Bogor secara umum beriklim tropis berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB. Temperatur rata-rata berada pada suhu 27°C, temperatur tertinggi mencapai 30,8°C dan terendah sebesar 23,3°C dengan kelembaban udara rata-rata sekitar lebih 77. Di wilayah ini jumlah curah hujan rata-rata berkisar antara 3.000 - 4.000 mmtahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 300 - 430 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sekitar 159,5 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan April sekitar 440 mm. Karena adanya vegetasi yang tinggi, maka iklim mikro dapat dikendalikan dengan baik. Kecepatan angin rata-rata pertahun adalah 51,6 kmhari atau 2,1 kmjam dengan arah Timur Laut. Grafik dari berbagai parameter iklim yang diperoleh sebagai berikut: Gambar 6. Grafik Rata-rata Suhu Udara Maksimum Gambar 7. Grafik Rata-rata Suhu Udara Minimum Gambar 8. Grafik Rata-rata Suhu Udara Harian Gambar 9. Grafik Total Curah Hujan Tahunan Gambar 10. Grafik Rataan Curah Hujan Berdasarkan Bulan Gambar 11. Grafik Kelembaban Udara Gambar 12. Grafik Kecepatan Angin Sumber: Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB 74 74,5 75 75,5 76 76,5 77 77,5 78 78,5 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Kelembaban Udara Tahun

4.4 Tanah dan Topografi

Berdasarkan data yang didapatkan dari Pusat Penelitian Tanah tahun 2008, jenis tanah pada tapak tergolong ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan. Jenis tanah ini terbentuk oleh adanya iklim dengan curah hujan 2000 -7000 mmtahun dengan 3 atau tanpa bulan kering dengan bahan induk tuf andesit. Tingkat kemasaman masam hingga agak masam. Jenis tanah ini proses terjadinya adalah laterisasi. Coraknya adalah memiliki tebal solum 1.5 - 10 meter, konsistensi gembur tetap dari atas hingga ke bawah, horizon terselubung, struktur remah hingga gumpal lemah, tetap dari atas hingga bawah, serta dengan tekstur liat tetap dari atas hingga bawah. Agar pH meningkat, dapat dilakukan dengan cara memberikan kapur. Tanah adalah komponen hidup dari lingkungan yang penting, dan dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Terdapat 3 fungsi tanah yang utama dalam mendukung kehidupan tanaman, yaitu : 1. Memberikan air dan melayaninya sebagai reservoir. 2. Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak. 3. Memberikan unsur-unsur mineral, melayaninya baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan. Diperlukan pH tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman, yaitu antara 6 – 7. Nilai pH yang terlalu rendah di bawah 4 atau tinggi di atas 9 dapat bersifat racun bagi akar-akar tanaman. Namun demikian, reaksi tanah yang ada dapat diubah. Untuk menaikkan pH, dapat diberikan kation basa seperti kalsium, magnesium, natrium, atau kalium. Kalsium adalah kation yang paling murah untuk menaikkan pH dan penambahannya yang dikenal dengan sebutan pengapuran atau liming mempunyai efek yang menguntungkan. Jumlah kapur yang diperlukan tergantung pada tingkatan perubahan pH yang diinginkan. Pengapuran secara nyata memperbaiki penampilan tanaman yang tumbuh pada tanah asam. Dengan menambah ion hidrogen dalam tanah dapat dilakukan untuk meningkatkan keasaman tanah. Beberapa jenis pupuk N dapat digunakan untuk menambah keasaman tanah, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan belerang S. Hal ini dapat terlaksana dengan cara menambahkan asam keras. Gambar 13. Peta Kontur Tekstur tanah berpengaruh pada mudah atau tidaknya pH diubah. Tanah liat lebih sukar dinetralkan daripada tanah pasir. Hal ini disebabkan oleh tanah pasir memiliki lebih banyak luas permukaan untuk absorpsi, mensuplai dan memegang ion hidrogen. Tapak KWI 1 memiliki ketinggian antara 220 - 234 meter dari permukaan laut. Secara umum tapak memiliki topografi yang relatif datar Gambar 13. Lahan seperti ini memerlukan adanya sirkulasi air dan irigasi yang baik sehingga pada tapak tidak terjadi penggenangan air. Keuntungan dari tapak yang datar adalah mudahnya perawatan dan pembuatan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak, seperti jalan, dan bangunan lain yang mendukung kegiatan wisata. Pengamatan terhadap berbagai jenis tanaman pada petak tanam oleh pengunjung juga lebih mudah untuk dilakukan pada keadaan lahan yang datar. KWI 1 telah memiliki sistem drainase yang teratur dengan adanya selokan di tiap sisi jalan,baik di dalam kebun maupun di tempat parkir.

4.5 Vegetasi