2.5 Pemijahan
Pemijahan adalah salah satu bagian dari reproduksi dan juga mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies Serosero 2005.
Adapun menurut Siahainenia 2008, pemijahan pada kepiting adalah proses pengeluaran telur dari kepiting bakau betina. Proses ini terjadi setelah sel telur
mengalami vitelogenesis sempurna dan inti sel telur telah bergerak ke tepi atau setelah sel telur mencapai matang sempurna. Proses pemijahan umumnya
berlangsung pada substrat dasar perairan berpasir atau pasir berlumpur. Apabila kepiting bakau betina telah siap memijahkan telur-telurnya, maka kepiting
tersebut membuat lubang dangkal pada substrat dengan bantuan tutup abdomennya. Kepiting aktif memijah antara bulan Mei-September dengan jumlah
telur yang dihasilkan sekitar dua juta butir dan selanjutnya kembali matang telur setelah lima bulan sejak telur dierami.
Pemijahan kepiting umumnya berlangsung sepanjang tahun dengan masa pemijahan berlangsung selama lima bulan. Puncak pemijahan kepiting berbeda
setiap tahun. Pemijahan berlangsung pada perairan yang dalam dengan mengikuti periode bulan. Jarak ruayanya tidak lebih dari satu kilometer dari pantai, namun
pada saat-saat tertentu kepiting tersebut juga pernah ditemukan memijah di tambak dan estuaria Kasry 1996.
Kepiting bakau di Hawai melakukan pemijahan pada awal bulan Mei sampai akhir Oktober, yaitu saat suhu air berkisar antara 24
o
C - 28
o
C, sedangkan di Australia, pemijahan berlangsung dari awal musim semi hingga musim gugur
dengan puncaknya pada bulan November-Desember akhir musim semi hingga awal musim panas. Adapun puncak pemijahan di Thailand berlangsung dari
bulan Juli-Desember pertengahan awal musim panas hingga musim hujan Kasry 1996.
2.6 Kematangan Gonad Kepiting Bakau
Tingkat kematangan gonad merupakan tahap perkembangan gonad sebelum dan sesudah pemijahan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan
bagian dari reproduksi sebelum terjadi pemijahan. Perkembangan gonad terjadi akibat adanya proses vitelogenesis, yaitu proses akumulasi kuning telur pada
setiap sel telur Serosero 2005. Selama proses berlangsung, sebagian besar hasil metabolisme ditujukan untuk perkembangan gonad Serosero 2008.
Tingkat kematangan gonad dapat ditentukan secara morfologis dan histologis. Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologis dapat dilihat
dari bentuk, panjang, berat, warna dan perkembangan isi gonad, sedangkan secara histologis dapat dilihat dari perkembangan bentuk anatomi gonadnya Effendie
2002. Petunjuk penentuan tingkat kematangan gonad kepiting bakau dijelaskan oleh Kasry 1996 diacu dalam Serosero 2008 dengan sedikit modifikasi, yaitu:
1. TKG I: Belum matang immature a. Ciri morfologis: Ovarium yang berwarna kuning keputihan dan berbentuk
sepasang filamen ditutupi oleh selaput peritoneum tipis yang mengarah ke punggung.
b. Ciri histologis: Epitel folikel yang menutupi sel telur tidak begitu jelas. Sitoplasma pun berwarna agak lemah, akan tetapi nukleus dan nukleolus
sangat jelas. Sebagian besar ovarium yang belum matang mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan sel telur mengalami atresia relatif
banyak. 2. TKG II: Menjelang matang maturing
a. Ciri morfologis: Ukuran ovarium bertambah dan meluas, baik ke arah lateral maupun antero-posterior, namun butiran telur belum kelihatan
hanya berwarna kuning keemasan. b. Ciri histologis: Kuning telur masih terlihat dengan ukuran yang kecil
walaupun ovari masih kecil. Kuning telur tersebar di dalam sitoplasma. 3. TKG III: Matang mature
a. Ciri morfologis: Ovarium kepiting semakin membesar. Warna dari ovarium mulai dari oranye muda sehingga butiran telurnya sudah
kelihatan, namun masih dilapisi oleh kelenjar minyak. b. Ciri histologis: Butiran kuning telurnya makin membesar dan hampir
seluruh sitoplasma tertutup kelenjar minyak. 4. TKG IV
a. Ciri morfologis: Butir-butir telur bertambah besar dan terlihat sangat jelas berwarna oranye sehingga dapat dipisahkan dengan mudah karena lapisan
minyaknya sudah semakin berkurang. b. Ciri histologis: Butiran kuning telurnya lebih besar dari TKG III dan
lapisan minyaknya menutupi seluruh sitoplasma. 5. TKG V
a. Ciri morfologis: Ukuran ovarium kembali mengecil dan di bagian abdomen terdapat banyak telur. Butiran telur tersebut ada yang tidak
dikeluarkan saat proses pemijahan sehingga masih terlihat keberadaan butiran telur ini.
b. Ciri histologis: Sel-sel telurnya seperti pada TKG I, namun telah ditemukan sel telur yang sudah matang.
Ovarium berkembang menjadi matang setelah mencapai proses kopulasi. Kematangan gonad kepiting bakau dapat dicapai jika telah mengalami proses
kopulasi untuk pertama kalinya. Pencapaian matang gonad biasanya ditunjukkan dengan lebar karapas kepiting bakau yang berkisar antara 105-123 mm atau 99,1-
114,2 mm. Keadaan tersebut dapat dicapai antara lima bulan sampai satu tahun Hartnoll 1969 diacu dalam Serosero 2005.
Kepiting bakau betina di Indonesia yang telah matang kelamin mempunyai panjang karapas 42,7 mm dan lebarnya 80 mm Aldrianto 1994 diacu dalam
Serosero 2005. Adapun Kanna 2002 berpendapat bahwa ciri kepiting bakau yang telah matang gonad memiliki lebar karapas 9-10 cm dan warna abdomen
telah menyerupai warna karapasnya. Selain itu, tingkat kematangan gonad dari kepiting dapat diketahui dengan menekan batas perut bagian belakang dan
karapas. Warna gonad kepiting yang telah matang gonad adalah oranye atau kuning Syafitriyanto 2009 diacu dalam Rusdi 2010.
2.7 Makanan dan Kebiasaan Makan