67
BAB IV Hasil Penelitian
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kecamatan Balige
4.1.1.1 Kondisi geografi
Kecamatan Balige terletak pada ketinggian 905-1.200 meter dari permukaan laut sehingga suhu udara cukup lembab. Luas wilayah mencapai 91,05 km2 dan
tersebar di 35 desa. Untuk lebih meningkatkan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, maka pada tahun 2009 jumlah desa di kecamatan Balige bertambah dari
33 Desa menjadi 35 Desa. Adapun desa yang bertambah adalah Desa Tambunan Sunge Hasil Pemekaran Desa Lumban Gaol dan Desa Pea Timur hasil Pemekaran
Desa Lumban Pea. Luas lahan di kecamatan Balige seluas 9.105 Ha dan dimanfaatkan untuk lahan
sawah sebanyak 2.926 Ha dan sisanya merupakan lahan kering. Lokasi bangunanperumahan dan lainya. Areal lahan sawah terluas ada di Desa Baruara
seluas 237 Ha dan luas lahan sawah terkecil berada di Desa Siboruan dan kelurahan Balige I masing-masing dengan luas 20 Ha. BPS Kota Balige, 2009. Adapun batas-
batas wilayah Kecamatan Balige adalah sebagai berikut : a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Toba b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara c.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tampahan d.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Laguboti
68
4.1.1.2 Demografi A. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data BPS Kota Balige, distribusi penduduk Kecamatan Balige berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat disajikan dalam tabel 4.1
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin di Kecamatan Balige Tahun 2010
No Golongan Umur
tahun Jenis Kelamin
Jumlah orang
Laki-laki orang Perempuan orang
1 0 – 9
4493 4159
8652 2 10
– 19
3260 3398
6658 3 20
– 29
3529 3405
6934 4 30
– 39
2452 2029
4481 5 40
– 49
1456 1521
2977 6 50
– 59
1392 1470
2862 7 60
– 69
677 330
1007 8
70 73
105 178
Total 17332 16417
33749
Sumber : BPS Kota Balige, 2009 Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di
Kecamatan Balige pada tahun 2010 dari golongan umur 0 sampai 70 tahun adalah 33.749 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 17.332 jiwa dan perempuan
sebanyak 16.417 orang, dan dari semua golongan umur, jumlah penduduk yang paling banyak pada golongan umur 0-9 tahun yaitu sebanyak 8652 orang.
B. Sarana Kesehatan
Berdasarkan data BPS Kota Balige tahun 2010, distribusi sarana kesehatan di Kecamatan Balige dapat disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
69
Tabel 4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Balige tahun 2010
No Sarana Kesehatan
Jumlah
1 Rumah Sakit Umum
1 2 Puskesmas
2 3 Puskesmas
Pembantu 6
4 Posyandu 53
5 Polindes 27
6 Dokter Umum
18 7 Dokter
Gigi 6
8 Bidan 55
9 Perawat 57
10 Toko Obat
3 11 Tenaga
Medis 4
TOTAL 232
Sumber. BPS Kota Balige2010 Sarana kesehatan yang tersedia kesehatan. di Kecamatan Balige ada sebanyak
89 unit yang terdiri dari Rumah Sakit 1 unit terletak di Desa Lumban Dolok, Puskesmas 2 unit terdapat di Desa Hinalang Bagasan dan kelurahan Pardede Onan,
Puskesmas Pembantu 6 unit terdapat di Desa Bonan Dolok III, Sibuntuoan, Sianipar Sihailhail, Parsuratan, Saribu Raja Janji Maria, dan Lumban Pea, Polindes 27 unit,
dan Posyandu yang terdapat di setiap desa seluruhnya ada 53 unit. Tersedianya sarana kesehatan tidak akan memiliki arti tanpa adanya tenaga medis yang memadai. Jumlah
tenaga medis di Kecamatan Balige ada sebanyak 134 orang, terdiri dari dokter 18 orang, dokter gigi sebanyak 6 orang, 55 orang bidan, perawat sebanyak 57 orang dan
tenaga medis lainnya ada sebanyak 4 orang. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diimbangi perkembangan pembangunan yang pesat akan meghambat prose
kesinambungan dari pembangunan di suatu wilayah. Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan
yang jumlahnya paling banyak di Kecamatan Balige adalah Posyandu sebanyak 20,
70 bidan praktek sebanyak 19, dan sarana kesehatan yang paling sedikit jumlahnya
adalah Puskesmas hanya 2 dan Rumah Sakit Umum hanya 1.
C. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data Profil Puskesmas Tandang Buhit Kecamatan Balige tahun 2010 , distribusi jenis dan jumlah tenaga kesehatan dapat disajikan dalam tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sambas Kecamatan Sibolga Kota tahun 2007
No Jenis Tenaga Kesehatan
Jumlah orang
1 Dokter Umum
3 2 Dokter
Gigi 1
3 Akademi Bidan
2 4 Akademi
Perawat 5
5 Akademi Analisis
2 6
Akademi Penilik Kesehatan 1
7 Bidan 5
8 Perawat 11
9 Perawat Gigi
1 10 Asisten
Apoteker 2
11 Gizi 1
12 Pekarya Kesehatan
1
Total 35
Sumber: Profil Puskesmas Buhit Tandang kecamatan Balige 2010 Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa jenis dan jumlah tenaga
kesehatan yang paling banyak di Kecamatan Balige adalah adalah Perawat sebanyak 11 orang, dan yang paling sedikit jenis dan jumlah tenaga kesehatan masing-masing
ada 1 orang adalah dokter gigi, akademi penilik kesehatan, perawat gigi, gizi, dan pekarya kesehatan.
4.1.2 SDN 173547 Tambunan
Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan di Kecamatan Balige, didirikan pada tahun 1950 diatas tanah seluas 2000 m
2
berada dipinggir pasar dekat simpang
71 Tambunan Baruara. Dulunya sekolah ini terbuat dari papan yang cukup tua, lantai
nya tanah. Pada tahun 2010 sekolah ini dibangun dengan bahan yang terbuat dari beton, lantainya keramik. Namun pada tahun sekarang kondisi sekolah kurang
baik,karena sebagian kelas terdapat bangunan yang sudah rusak dengan cat bangunan memudar, kondisi bangunan toilet tempat pembuangan kotoran yang kurang baik,
dikarenakan kondisi bangunan kurang baik sehingga ada toilet yang tidak dapat dipakai lagi.
4.2 Hasil Penelitian Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner, distribusi karakteristik responden disajikan pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Karakteristik Responden
Jumlah siswa n Persentase
1 Umur tahun
6-9 46
60.5 10-12
30 39.5
Total 76 100.0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 36
47.4 Perempuan
40 52.6
Total 76 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 76 orang siswa, yang berumur 6-9 tahun lebih banyak yaitu 46 orang 60,5, dan yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu 40 orang 52,6.
72
4.2.2 Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah 4.2.2.1 Hasil Observasi Sanitasi Lingkungan Rumah Penyediaan air bersih,
Pembuangan tinja dan Pemeliharaan Ternak Babi
Kondisi sanitasi lingkungan rumah dapat dilihat dari hasil observasi penyediaan air bersih, pembuangan tinja jamban dan pemeliharaan ternak babi.
Hasil observasi sanitasi lingkungan disajikan pada tabel berikut sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Sanitasi lingkungan rumah Berdasarkan Penyediaan air bersih Siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige
Kabupaten Toba Samosir 2014
No Objek Pengamatan
Ya Tidak Total n n n
I. Air Bersih
1 Tersedianya Air Bersih
76 100 0 0 76 100 2
Kondisi Menggunakan Sumur 76
100 76
100
Kondisi Sumur
3 Dinding sumur kedap air
51 67,1 25 32,9 76 100 4
Kedalaman cincin sumur 3 m dari permukaan tanah
42 55,3 34 44,7 76 100 5
Saluran pembuangan air kotorbekas harus kedap air
26 34,2 50 65,8 76 100 6
Lokasi sumur tidak terletak di daerah yang yang lapisan tanahnya mengandung air sepanjang
musim 42 55,3 34 44,7 76 100
7 Lokasi sumur terletak di daerah yang bebas
banjir 76 100 0 0 76 100
8
Jarak sumur 10 m dari sumber pencemaran
0 0 76 100
76 100 Kualitas fisik air Sumur
10 Tidak berwarna
76 100 0 0 76 100
11 Tidak berasa
76 100 0 0 76 100
12 Tidak berbau
76 100
76 100
Kepemilikan air bersih
13 Milik sendiri
64 84,2 12 15,8 76 100 14
Milik bersama tetangga 12 15,8 64 84,2 76 100
15 Ketersediaan air
bersih 16
Kontinuitas air tersedia terus-menerus berkesinambungan
36 47,4 40 52,6 76 100 17
Kuantitas air selalu cukup 60 ltrorghari 36 47,4 40 52,6 76 100
73 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 76 orang siswa, menggunakan
sumber air bersih sumur, dimana tidak semua kondisi sumur yang sehat yaitu tidak semua kondisi dinding sumur kedap air, kedalaman cincin sumur 3 m dari permukaan
tanah, saluran pembuangan air kotorbekas tidak kedap air, lokasi sumur terletak didaerah yang lapisan tanahnya mengandung air sepanjang musim dan rentan banjir,
jaraknya 10 m dari sumber pencemaran, kepemilikan sumur bersama, serta ketersediaannya masih kurang baik.
Namun kualitas fisik air sumur sudah memenuhi syarat kesehatan , yaitu tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Tabel 4.6 Distribusi Sanitasi lingkungan rumah berdasarkan pembuangan tinja jamban siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Objek Pengamatan
Ya Tidak Total
n n n II Pembuangan
Tinja
1
Tersedianya Jamban
42 55,3 34 44,7 76 100
Jenis Jamban
2 Cemplung 42 100 42 100
3 Leher angsa
42 100 0 0 42 100
Kepemilikan Jamban
4 Milik sendiri
42 100 0 0 42 100
Kondisi Jamban 5
Jarak jamban 10 m dari sumber air bersih 42
100 42
100 6 Mudah
dibersihkan 42 100 0
0 42 100 7
Kontuksi jamban terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama
42 100 0 0 42 100
8 Tidak berbau
16 38,09 26 61,91 42 100 9
Tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam dan disekitar jamban
37 88,10 5 11,90 42 100 10
Terlindung dari panas dan hujan 37
88,10 5
11,90 42
100
74
11 Tersedia sabun
20 47,62 22 52,38 42 100 12
Tersedia ventilasi 37
88,10 5
11,90 42
100 13
Tersedia penerangan yang baik 33
78,57 9
21,43 42
100 14
Lantai jamban kedap air 33
78,57 9
21,43 42
100 15
Lantai jamban bersih dan kering 20
47,62 22
52,38 42
100 16
Jamban dilengkapi dengan septic tank 42
100 42
100 17
Memiliki tempat pijakan yang cukup kuat 42
100 0 0 42 100
18 Tinja tidak mencemari sumber air minum
42 100
42 100
19 Air penggelontornya tidak mencemari tanah
sekitarnya 42 100 0
0 42 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 76 orang siswa, masih belum semua memiliki jamban, yang memiliki jamban sebanyak 42 orang 55,3, semua
yang memiliki jamban merupakan milik sendiri dan merupakan jenis jamban leher angsa.
Apabila dilihat dari kondisi jamban, kondisi jamban yang belum layak dikatakan sehat karena masih ada jamban yang jaraknya dari sumber air bersih 10
meter, masih ada jamban tercium baunya 61,91, masih ada jamban yang tidak tersedia sabunnya 52,38, lantai jamban yang kurang bersih dan selalu basah
52,38.
Tabel 4.7 Distribusi Sanitasi lingkungan rumah berdasarkan pemeliharaan ternak babi siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Objek Pengamatan
Jumlahn Persentase
1 Jarak Kandang ternak babi 10 meter dari rumah
Ya 26 43,3
Tidak 34 56,7
Total 60 100
2 Memiliki Saluran Pembuangan Ternak Babi
Ya 15 25
Tidak 45 75
Total 60 100
75
3. Memakai Alat
Pelindung Ya 27
45 Tidak
33 55
Total 60 100
Berdasarkan tabel 4.7 Dari 76 siswa yang memiliki pemeliharaan ternak babi sebanyak 60 siswa dalam kategori tidak baik karena masih ada ditemui kandang
ternak babi yang tidak memiliki jaraknya 10 meter dari rumah 56,7, tidak memiliki Saluran pembuangan ternak babi 75, serta tidak menggunakan alat
pelindung saat membersihkan kandang ternak 55.
Tabel 4.8 Distribusi Sanitasi lingkungan rumah siswa Penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan pemeliharaan ternak babi Sekolah Dasar
Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Sanitasi Lingkungan
Jumlah Persentase
1 Penyediaan air bersih
- Memenuhi syarat kesehatan 51
67,1 - Tidak memenuhi syarat kesehatan
25 32,9
Total 76 100
2 Pembuangan Tinja
- Memenuhi syarat kesehatan 36
85,7 - Tidak memenuhi syarat kesehatan
6 14,3
Total 42 100
3 Pemeliharaan ternak babi
- Baik 23
38,3 - Tidak baik
47 78,3
Total 60 100
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 76 orang siswa, sebanyak 51 orang 67,1 memiliki penyediaan air bersih masuk dalam kategori tidak baik
memenuhi syarat kesehatan. Kemudian dari 76 siswa hanya 42 orang yang memiliki jamban masuk dalam kategori tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 36
orang 85,7. Serta pemeliharaan ternak babi yang baik hanya 38,3 masih tidak memenuhi syarat.
76
4.2.3 Hasil Observasi Sanitasi Lingkungan Sekolah
Kondisi sanitasi lingkungan sekolah dapat disajikan dalam bentuk form Cheklist 0, jika jawaban ”Ya” artinya memenuhi syarat kesehatan MS, dan jika
jawaban ”Tidak” artinya tidak memenuhi syarat kesehatan TMS. Hasil observasi dapat dilihat dalam tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil Observasi Sanitasi lingkungan sekolah siswa Sekolah Dasar
Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Objek Pengamatan
Kategori Keterangan
Ya Tidak 1
Tersedianya Air Bersih √
- MS
2 Sumber Air Bersih yang dipergunakan:
a. Sumur √
- MS
Kualitas Fisik Air Bersih
3
Air tidak berwarna
√ -
MS 4
Air tidak berasa
√ -
MS 5
Air tidak berbau
√ -
MS 6
Jarak Sumber air bersih dari sumber pencemaran 10 m -
√ TMS
7 Kuantitas air selalu cukup 60 ltrorghari
- √
TMS 8
Kotinuitas ar tersedia terus-menerusberkesinambungan -
√ TMS
9 Tersedia air bersihkeran yang mengalir di setiap kelas
- √
TMS 10 Tersedianya
Jamban
√ -
MS Jenis
Jamban
11 a. Leher angsa
√ -
MS Kondisi
Jamban
12 Jarak jamban 10m dari sumber air bersih
- √
TMS 13
Aman dan Mudah dibersihkan -
√ TMS
14 Kontuksi jamban terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama
√ -
MS 15 Tidak
berbau -
√ MS
16 Tidak terdapat kecoa dan lalat di dalam dan disekitar jamban
- √
TMS 17
Terlindung dari panas dan hujan
√ -
MS 18 Tersedia
ventilasi dan penerangan yang baik
- √
TMS 19 Tersedia
sabun -
√ MS
20 Lantai jamban kedap air
- √
TMS 21
Lantai jamban bersih dan kering -
√ TMS
22 Saluran lubang jamban mudah digelontori
√ -
MS
77
23 Jamban dilengkapi dengan bak penampungan air
√ -
MS 24
Jamban dilengkapi dengan septic tank
√ -
MS 25
Kapasitas jamban minimal 1 jamban untuk 50 orang -
√ TMS
26 Warung jajanan sekolah selalu bersih
- √
TMS 27
Tersedia tempat sampah di setiap kelas
- √
TMS 28 Tersedia
SPAL √
- MS
29 Tidak ada Sampah kotoran, genangan air di Pekaranganhalaman
Sekolah
- √
TMS
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari hasil observasi Sanitasi lingkungan sekolah, yaitu kondisi Sanitasi lingkungan sekolah tidak memenuhi syarat
kesehatan meliputi jarak sumber air bersih dari sumber pencemaran 10 m, kuantitas air tidak cukup 60 ltrorghari, kotinuitas air kurang terpenuhi, tidak tersedia air
bersihkeran yang mengalir di setiap kelas, jamban kurang aman digunakan dan tidak mudah dibersihkan, masih terdapat kecoa dan lalat di dalam dan disekitar jamban,
ventilasi dan penerangan tersedia namun kurang baik, lantai jamban tidak kedap air dan lantainya kurang bersih dan tidak kering, kapasitas jamban minimal 1 jamban
untuk 50 orang kurang terpenuhi, kondisi warung jajanan sekolah tidak bersih, masih terdapat sampah kotoran serta genangan air di pekaranganhalaman sekolah, oleh
karena itu sekolah SD negeri 173547 Tambunan tidak memenuhi syarat kesehatan karena tidak semua indikatornya tidak terpenuhi.
4.2.4 Higiene Perorangan
Berdasarkan hasil kuesioner, higiene perorangan siswa dapat dilihat dari kebersihan kuku, kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan gigi, kebiasaan cuci
78 tangan, menggunakan alas kaki, kontak dengan tanah, BAB sembarangan, kebersihan
telinga. Adapun higiene perorangan siswa akan disajikan pada tabel berikut.
4.2.4.1 Hasil Higiene Perorangan berdasarkan Kebersihan kuku siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba
Samosir 2014
Berdasarkan hasil kuesioner Higiene perorangan Siswa, Kebersihan kuku siswa dapat disajikan pada table 4.10 :
Tabel 4.10 Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Kebersihan Kuku siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige
Kabupaten Toba Samosir 2014.
No Kebersihan Kuku Siswa
Jumlah Persentase
1 Kotor
59 77,6
2 Bersih
17 22,4
Total 76
100
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 76 orang siswa, yang memiliki kuku kotor lebih banyak yaitu sebanyak 59 orang 77.6 dibandingkan
siswa yang memiliki kuku bersih.
Tabel 4.11 Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Kebersihan kuku siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige
Kabupaten Toba Samosir 2014.
No Higiene perorangan kebersihan kuku
Jumlah Persentase
1 Memotong kuku secara teratur 1x dalam seminggu
a. Ya 11
14,5 b. Tidak
65 85,5
Total 76
100 2
Memotong kuku sampai pendek dan membersihkan
a. Ya 17
22,4 b. Tidak
59 77,6
Total 76
100 3
Menggigiti kuku dan memasukkan jari ke dalam mulut
a .Ya 23
30,3 b. Tidak
53 69,7
Total 76
100
79 Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 76 orang siswa, lebih banyak
siswa untuk memotong kuku secara teratur 1 x dalam seminggu itu tidak melakukannya yaitu ada 65 orang 85,5, kemudian memotong kuku sampai pendek
dan membersihkan ada 17 orang 22,4. Selain itu, ternyata ada siswa yang pernah bahkan selalu menggigiti kuku dan memasukkan jari ke mulut yaitu sebanyak 23
orang 30,3. Hal ini menggambarkan bahwa belum semua dapat menjaga kebersihan kuku dengan baik dan benar.
Tabel 4.12 Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Kebiasaan cuci tangan siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige
Kabupaten Toba Samosir 2014.
No Kebiasaan Cuci Tangan
Jumlah Persentase
1 Tidak Baik
17 22,4
2 Baik
59 78,6
Total 76
100
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan dari 76 siswa sudah temasuk baik karena 59 orang 77,6 menunjukkan kategori baik
dilihat dari kebiasaan cuci tangan siswa.
Tabel 4.13 Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Kebiasaan cuci tangan pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Higiene perorangan kebiasaan cuci tangan
Jumlah Persentase
1 Mencuci tangan sebelum makan
a.Ya 64
84,2 b.Tidak
12 15,8
Total 76
100
2 Mencuci tangan setelah BAB
a.Ya 76
84,2 b.Tidak
15,8
Total 76
100
80
3 Mencuci tangan dan kaki sebelum tidur
a.Ya 27
35,5 b.Tidak
49 64,5
Total 76
100
4 Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan
a.Ya 31
40,8 b.Tidak
45 59,2
Total 76
100 5
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah BAB a. Ya
33 43,4
b. Tidak 43
56,6
Total 76
100
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 76 orang siswa, yang selalu mencuci tangan sebelum makan ada 64 orang 84,2, namun yang mencuci tangan
menggunakan sabun sebanyak 31 orang 40,8. Siswa yang tidak mencuci tangan dan kaki sebelum tidur sebanyak 49 orang 64,5. Siswa yang tidak mencuci tangan
menggunakan sabun setelah BAB sebanyak 43 orang 56,6.
Tabel 4.14 Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Kontak dengan tanah pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Higiene perorangan kontak dengan tanah
Jumlah Persentase
Memegang tanah saat bermain a.Ya
76 100
b.Tidak
Total 76
100.0
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah siswa, semuanya memegang tanah saat bermain.
81
Tabel 4.15 Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Penggunakan alas kaki pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Higiene perorangan menggunakan alas kaki
Jumlah Persentase
Menggunakan sandal setiap bermainkeluar rumah a.Ya
11 14,5
b.Tidak 65
85,5
Total 76
100
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 76 orang siswa, hanya 11 orang 6 siswa yang menggunakan sandal setiap bermainkeluar rumah. Hal ini
menggambarkan bahw siswa belum menggunakan alas kaki dengn baik dan benar.
Tabel 4.16
Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Kebiasaan mengkonsumsi makanan siswa Sekolah Dasar Negeri 173547
Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014.
No Kebiasaan mengkonsumsi
makanan Jumlah
Persentase
1 Tidak Baik
73 96,1
2 Baik
3 3,9
Total 76
100
Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi makanan dari 76 siswa sudah tidak temasuk baik karena 73 orang 96,1
menunjukkan kategori tidak baik dilihat dari kebiasaan mengkonsumsi makananan siswa.
82
Tabel 4.17 Distribusi Higiene Perorangan Berdasarkan Kebiasaan mengkonsumsi makanan pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 173547
Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Higiene perorangan kebiasaan makan
Jumlah Persentase
1 Pernah memakan makanan yang mentahbelum masak
a.Ya 66
86,8 b.Tidak
10 13,2
Total 76
100
2
Menggosok gigi secara teratur minimal 2x sehari sehabis makan dan sebelum tidur
a.Ya 5
6,6 b.Tidak
71 93,4
Total 76
100
Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 76 siswa yang pernah memakan makanan mentahbelum masak sebanyak 66 orang 86,8 dan yang tidak
menggosok gigi secara teratur minimal 2x sehari sehabis makan dan sebelum tidur sebanyak 71 orang 93,4.
4.2.5 Hasil Pemeriksaan Tinja 4.2.5.1 Hasil Pemeriksaan Tinja di Laboratorium Puskesmas Balige
Hasil pemeriksaan kecacingan ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya ditemukan telur cacing pita taenia solium. Hal ini dapat disajikan pada tabel 4.18
sebagai berikut :
Tabel 4.18 Distribusi hasil pemeriksaan telur cacing pita di Laboratorium Puskesmas Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir
No Hasil pemeriksaan laboratorium
Jumlah Persentase
1 Tidak dijumpai telur cacing pita taenia
solium 74
97,4 2
Dijumpai telur cacing pita taenia solium 2
2,6
Total 76
100
83 Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan kecacingan
dari seluruh jumlah siswa, lebih banyak siswa yang tidak dijumpai telur cacing pita yaitu ada 74 orang 97,4, dibandingkan adanya telur cacing pita sebanyak 2 orang
92,6.
4.3 Hasil Penelitian Analisis Bivariat 4.3.1 Hasil pemeriksaan ditemukan telur cacing pita pada Karakteristik
Responden
Berdasarkan hasil pemeriksaan dijumpai telur cacing pita di Laboratorium, dapat diketahui jumlah siswa yang dijumpai telur cacing pita atau tidak dijumpai telur
cacing pita berdasarkan karakteristik responden yaitu umur dan jenis kelamin. Adapun hasil pemerikasaan laboratorium dapat di lihat pada tabel 4.19 sebagai
berikut :
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin terhadap ditemukan telur cacing pita pada siswa
SDN 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2014
No Karakteristik
responden Hasil laboratorium
Telur Cacing pita Total
Positif Negatif
Jumlah
1
Umur tahun
6-9 2
2,6 44
57,9 46
60,5 10-12
30 39,5
30 39,5
Total 2,6
15 97,4
76 100
2 Jenis kelamin
Laki-laki 2
2,6 34
44,7 36
47,4 Perempuan
40 52,6
40 52,6
Total 2
2.6 74
97,4 76
100
84 Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dari seluruh jumlah siswa, jika
dilihat dari segi umur siswa, yang positif ada telur cacing pita adalah umur 6-9 tahun sebanyak 2 orang 2,6. Dan dilihat dari segi jenis kelamin, siswa yang terinfeksi
telur cacing pita tersebut yaitu siswa laki-laki.
4.3.2 Hubungan Sanitasi lingkungan Rumah dengan ditemukan telur cacing pita pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir 2014 Berdasarkan hasil penelitian observasi yang telah dilakukan, dapat dilihat
hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan dijumpai telur cacing pita taenia solium pada siswa dilihat dari beberapa faktor, yaitu penyediaan air bersih,
ketersediaan jamban dan pemeliharaan ternak babi.
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Hubungan Sanitasi lingkungan rumah ketersediaan air bersih terhadap Hasil laboratorium dijumpai
telur cacing pita taenia solium pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir
2014
No Ketersediaan
Sumber Air Bersih
Hasil laboratorium Telur cacing pita
Total
P Value
+ -
Jumlah
1 Tidak Baik
2 2,6
23 30,4
25 100
0,105 2
Baik 51
67,1 51
100
Total 2
64,0 74
97,4 76
100
Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah siswa, positif telur cacing pita adalah siswa yang ketersediaan air bersih nya kategori tidak
baik yaitu sebanyak 2 orang 2,6. Dari hasil Uji Fisher’s Exact Test diperoleh p
85 sebesar 0,105 p0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan air bersih dengan dijumpai telur cacing pita taenia solium.
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Hubungan Sanitasi lingkungan rumah ketersediaan jamban terhadap Hasil laboratorium ditemukan
telur cacing pita taenia solium pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir
2014
No Ketersediaan
Jamban Hasil laboratorium
Telur cacing pita
Total
P Value
+ -
Jumlah
1 Tidak Baik
2 2,6
38 50,0
40 100
0,495 2
Baik 36
47,4 36
100
Total 2
64,0 74
97.4 76
100
Berdasarkan tabel 4.21 menunjukkan bahwa dari yang terinfeksi telur cacing pita yaitu siswa yang ketersediaan jambannya nya kategori tidak baik yaitu sebanyak
2 orang 2,6. Dari hasil Uji Fisher’s Exact Test diperoleh p sebesar 0,495 p0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan jamban
dengan ditemukan telur cacing pita taenia solium.
Tabel 4.22 Tabulasi Silang Hubungan Sanitasi lingkungan rumah pemeliharaan ternak babi terhadap Hasil laboratorium
ditemukan telur cacing pita taenia solium pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten
Toba Samosir 2014
No Pemeliharaan
ternak babi Hasil
laboratorium
telur cacing pita
Total
P Value
+ -
jumlah rp
CI
1 Tidak Baik
2
2,6
14
18,4 16 21,1 1,143 1,375
0,042 2
Baik 60
78,9 60 78,9 - -
Total 2
2,6 74
97,4
76 100
86 Berdasarkan tabel 4.22 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah siswa, ada
dijumpai telur cacing pita adalah siswa yang pemeliharaan ternak babi dengan kategori tidak baik yaitu sebanyak 2. Dari hasil Uji Fisher’s Exact Test diperoleh
rasio prevelansi sebesar 1,143 dan nilai p=0,042 yaitu p0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara pemeliharaan ternak babi dengan telur cacing pita taenia
solium.
4.3.3 Hubungan Higiene Sanitasi Perorangan dengan ditemukan telur cacing pita taenia solium pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
Berdasarkan hasil penelitian observasi yang telah dilakukan, dapat dilihat hubungan Higiene Sanitasi Perseorangan dengan ditemukan telur cacing pita taenia
solium pada siswa dilihat dari beberapa faktor, yaitu kebersihan kuku, kebiasaan cuci tangan, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan pemakaian alas kaki.
Tabel 4.23 Tabulasi Silang Hubungan Higiene Sanitasi Perseorangan kebersihan kuku terhadap Hasil laboratorium ditemukan telur
cacing pita taenia solium pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Kebersihan
kuku Hasil laboratorium
telur cacing pita
Total
P Value
+ -
Jumlah
1 Tidak Bersih
2 2,6
57 75,0
59
22,4
1,000 2
Bersih 17
22,4 17
77,6
Total 2
2,6 74
97,4 76
100
Berdasarkan tabel 4.23 menunjukkan bahwa dari yang terinfeksi, telur cacing pita adalah siswa yang kebersihan kukunya kategori tidak bersih yaitu sebanyak 2
orang 2,6. Dari hasil Fisher’s Exact Test diperoleh p sebesar 1,000 p0,05
87 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku dengan telur
cacing pita taenia solium.
Tabel 4.24 Tabulasi Silang Hubungan Higiene Sanitasi Perseorangan kebiasaan cuci tangan terhadap Hasil laboratorium ditemukan
telur cacing pita taenia solium pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir
2014
No Kebiasaan
cuci tangan Hasil
laboratorium
telur cacing pita
Total
P Value
+ -
Jumlah Rp
CI
1 Tidak Baik
2
2,6
59
19,7 17 22,4 1,133 1,348
0,048 2
Baik 15
77,6 59 77,6 - -
Total 2
2,6 74
97,4
76 100
Berdasarkan tabel 4.24 menunjukkan bahwa dari yang terinfeksi cacing pita adalah siswa yang kebiasaan cuci tangannya kategori tidak baik yaitu sebanyak 2
orang .Dari hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh rp diperoleh 1,1133 dan nilai p sebesar 0,048 p0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan cuci
tangan dengan telur cacing pita taenia solium.
Tabel 4.25 Tabulasi Silang Hubungan Higiene Sanitasi Perseorangan kebiasaan mengkonsumsi makanan terhadap ditemukan telur
cacing pita taenia solium pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Kebiasaan
mengkonsumsi makanan
Hasil laboratorium
telur cacing pita
Total
P Value
+ -
Jumlah rp
CI
1 Tidak Baik
2
2,6
7
9,2 9 11,8 1,286
1,823
0,013 2
Baik 67
88,2 67 88,2 - -
Total 2
2,6 74
97,4
76 100
Berdasarkan tabel 4.25 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah siswa, dijumpai cacing pita adalah siswa yang kebiasaan mengkonsumsi makanan kategori
88 tidak baik yaitu sebanyak 2 orang. Dari hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh rasio
prevalensi sebesar 1,286 dan nilai p sebesar 0,013 p0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan telur cacing pita
taenia solium.
Tabel 4.26 Tabulasi Silang Hubungan Higiene Sanitasi Perseorangan pemakaian alas kaki terhadap telur cacing pita taenia solium
pada siswa Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014
No Pemakaian
Alas Kaki
Hasil Laboratorium telur cacing pita
Total
P Value
+ -
Jumlah
1 Tidak Baik
2 2,6
63 82,9
65
85,5
1,000 2
Baik 11
14,5 11
14,5
Total 2
2,6 74
97,4 76
100
Berdasarkan tabel 4.26 menunjukkan bahwa dari yang terinfeksi telur cacing pita adalah siswa yang pemakaian alas kaki kategori tidak baik yaitu sebanyak 2
orang 2,6. Dari hasil Uji Fisher’s Exact Test diperoleh p sebesar 1,000 p0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pemakaian alas kaki dengan telur
cacing pita taenia solium.
89
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Sanitasi lingkungan 5.1.1 Sanitasi Lingkungan Sekolah
Berdasarkan hasil observasi, kondisi sanitasi lingkungan sekolah siswa SD Negeri 173547 desa Tambunan, masih perlu diperhatikan karena indikatornya tidak
terpenuhi sehingga tidak memenuhi syarat kesehatan. Adapun sanitasi lingkungan sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah diobservasi adalah,
ketersediaan air bersih untuk penggelontoran di sekolah tidak mencukupi, jumlah jamban di sekolah tidak mencukupi jumlah siswa, ketersediaan air bersihkeran yang
mengalir di setiap kelas, masih terdapat sampahkotoran, genangan air di pekarangan sekolah, warung tempat jajanan tidak bersih, kondisi jamban dan lantai jamban sulit
dibersihkan karena tidak rutin dibersihkan dan akibatnya kotoran-kotoran sulit dihilangkan, berbau, ventilasi dan penerangan yang kurang baik, tidak ada sabun di
jamban, lantai jamban tidak kedap air, tidak kering dan kotor. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kepedulian pihak sekolah untuk menciptakan kondisi sanitasi
lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, pihak sekolah harus lebih memperhatikan kondisi sanitasi lingkungan sekolah, karena jika pihak tidak perduli akan sanitasi
lingkungan sekolah maka akan merugikan para siswa yaitu menimbulkan gangguan kesehatan pada siswa, serta proses belajar siswa juga jadi terganggu.
Sanitasi lingkungan sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Ketersediaan air bersih sangat penting
90 diperhatikan. Ketika air bersih di sekolah yang tidak mencukupi untuk mencuci
tangan, untuk penggelontoran, maka secara tidak langsung dapat menimbukan masalah kesehatan. Misalnya, keran air yang mengalir disetiap kelas dapat digunakan
siswa untuk mencuci tangan setelah bermain karena kemungkinan siswa bermain sambil memegang tanah ataupun sesuatu yang kotor, maupun pengajar setelah
mengajar karena di sekolah ini pengajar masih menggunakan alat tulis kapur. Kemudian, jika air bersih kurang terpenuhi untuk penggelontoran, akan
mempermudah kontaminasi bibit penyakit pada siswa, apalagi tidak disediakan sabun untuk untuk cuci tangan. Namun, ketika air bersih cukup untuk penggelontoran tetapi
tidak ada sabun untuk cuci tangan, masih menjadi masalah kesehatan. Kemudahan dalam membersihkan jamban, lantai jamban yang kotor dan basah, karena jika tidak
demikian jamban akan menjadi sarang kecoa dan lalat di sekitar jamban dan akan mempermudah berkembangbiaknya bibit penyakit, sekolah ini memiliki Usaha
Kesehatan Sekolah UKS, namun belum maksimal berjalan dengan baik. Hal ini terjadi disebabkan oleh karena adanya kemungkinan petugas UKS kurang maksimal
menjalankan kegiatannya pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, petugas kesehatan jarang
datang ke Sekolah sehingga pembinaan kondisi lingkungan menjadi menurun, kegiatan penyuluhan kesehatan menjadi kurang, pemeriksaan berkala oleh petugas
kesehatan, guru UKS, dokter kecil kepada seluruh siswa dan guru setiap 6 bulan masih kurang serta pengawasan warung sekolah masih rendah.
91 Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat mendukung tumbuh
kembang anak secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi anak-anak yang cerdas dan kelak menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas Depkes RI, 2009.
5.1.2 Sanitasi Lingkungan Rumah 5.1.2.1 Penyedian air bersih
Hasil penelitian pada penyediaan air bersih sebesar 67,1 kategori tidak memenuhi syarat kesehatan karena hasilnya 70, artinya dengan peraturan bersama
Menkes dalam negeri dan Menkes No.34 tahun 2005 No.1138MenkesPBVII2005 tentang penyelenggaraan Kabupaten Kota sehat cakupan program bahwa 70
adalah tidak memenuhi syarat kesehatan. Air bersih adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni.
Rumah yang sehat perlu memperhatikan sanitasi lingkungan. Adapun sanitasi lingkungan rumah seperti penyediaan air bersih, pembuangan tinja, pembuangan
sampah, pembuangan air limbah yang kurang memenuhi syarat kesehatan yang telah ditetapkan sangat mudah untuk menimbulkan penyakit seperti infeksi kecacingan.
Depkes RI, 2004.
5.1.2.2 Pembuangan Tinja