58
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Survei Analitik dengan rancangan Cross Sectional Study yaitu melihat hubungan sanitasi lingkungan dan personal higiene dengan
kejadian penyakit cacing pita Taenia Solium pada Siswa Dasar Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 2014.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Lingkungan SD Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, dengan alasan :
1. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya baik di Lingkungan SD Negeri 173547 Tambunan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir.
2. Keadaan Sanitasi lingkungan sekolah kurang baik 3. Keadaan Sanitasi lingkungan rumah kurang baik
4. Sebagian besar kebiasaan siswa dalam Higiene Perorangan kurang baik
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014- Januari 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa- siswi sekolah dasar 173547 Tambunan
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2014 yang berjumlah 76 orang.
59
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi, sedangkan menurut Suharsini Arikunto 1998:120 menyatakan “ Apabila subyek
penelitian kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, bila subjek lebih dari 100 dapat diambil 10-15 atau 20-15 atau lebih. Jadi sampel yang akan di teliti
sebanyak 76 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data diperoleh dengan cara wawancara melalui observasi dan kuesioner, serta hasil pemeriksaan laboratorium infeksi cacing pita di Laboratorium Puskesmas Kota
Balige.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Balige yang berhubungan dengan Penelitian, dan Sekolah Dasar Negeri 173547 Tambunan.
3.4.3 Metode Pemeriksaan Tinja faeces
Sebelum pemeriksaan tinja dilakukan, terlebih dahulu Pot tinja dibagikan kepada Responden sehari sebelum pemerikasaan laboratorium, kemudian besok
paginya tinja dibawa ke laboratorium. Spesimen harus segera diperiksa pada hari yang sama, sebab jika tidak telur cacing khususnya telur cacing pita akan rusak atau
menetas menjadi larva. Jika tidak memungkinkan tinja harus diberi formalin 5-10 sampai terendam. Pemeriksaan tinja Depkes RI, 1992 dapat dilakukan sebagai
berikut: 1. Prinsip
60 Dengan penmbahan Zat Eosinlusol maka mikroorganisme dan unnsur-unsur
lain dalam tinja akan kelihatan lebih jelas 2. Tujuan
Melihat adanya kelainan-kelainan dalam tinja baik secara makroskopis maupun mikroskopis
3. Cara Pemeriksaan Tinja A. Makroskopis
1. Spesimen diperiksa di tempat yang terang B. Mikroskopis
1. Alat yang diperlukan a. Masker
b. Sarung tangan karet c. Liditusuk gigi
d. Pot plastik ukuran 10-15 cc atau kantong plastik obat e. Kaca objek
f. Kaca penutup g. Spidol
h. Kertas saringtissue i. Mikroskop
2. Reagen a. Larutan Eosin 2
61 3. Cara pembuatan
a. Pakailah sarung tangan untuk mencegah kemungkinan infeksi berbagai penyakit dari tinja
b. Tuliskan nomor kodenama responden pada pot plastik kantong plastik obat c. Ambil tinja dengan liditusuk gigi dibagian tengah permukaan tinja seujung
lidi, kemudian letakkan di atas kaca objek d. Teteskan larun Eosin 2 di atas kaca objek
e. Aduk sampai rata pada masing-masing larutan f. Tutup dengan kaca penutup
g. Lihat dibawah mikroskop mula-mula dengan pembesaran 10x kemudian dengan pembesaran 40x
h. Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing. 4. Interpretasi
- Positif Infeksi Kecacingan : bila ditemukan dari hasil pemeriksaan laboratorium ada telur cacing pita di dalam tinja, yang mengandung telur atau
segmen tubuh proglotid cacing pita. - Negatif Infeksi Kecacingan : bila tidak ditemukan dari hasil pemeriksaan
laboratorium tidak ada telur cacing di dalam tinja.
3.5 Defenisi Operasional 1. Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan
2. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki – lakisecara
biologis seak seseorang lahir.
62 3. Sanitasi lingkungan rumah adalah kondisi kesehatan lingkungan rumah yang
berhubungan dengan penularan infeksi kecacingan dengan indikator penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan tempat pemelihaan ternak babi disekitar
rumah.
4. Penyediaan air bersih adalah ketersediaan air bersih yang dapat digunakan setiap kegiatan di Rumah siswa dan di SD Negeri 173547 Tambunan
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, meliputi kualitas fisik air,
kuantitas air, kontinuitas air.
5. Pembuangan tinja jamban adalah ketersediaan jamban yang digunakan untuk keperluan membuang hajatkotoran, meliputi kapasitas jamban, kondisi jamban,
jenis jamban, jarak jamban dengan sumber air bersih, jamban disertai septik
tank, kebersihan jamban.
6. Kondisi tempat pemeliharaan ternak babi adalah jarak kandang ternak dengan
rumah dan kondisi tempat pembuangan kotoran ternak.
7. Higiene perorangan adalah kegiatanusaha kebersihan setiap siswa dalam
menjaga kesehatan agar terhindar dari infeksi kecacingan.
8. Kebersihan kuku adalah kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa untuk memelihara kebersihan kuku dengan memotong kuku sampai bersih secara
teratur.
9. Kebiasaan cuci tangan adalah cara yang dilakukan oleh siswa untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun secara teratur baik sebelum dan setelah
makan, setelah buang air besar BAB, setelah bermain di tanah
63 10. Cara mengkonsumsi makanan adalah menghindari makanan setengah matang.
11. Penggunaan alas kaki adalah kebiasaan siswa memakai sandalsepatu ketika
bermain di pekarangan rumahsekolah terutama saat berjalan di tanah.
12. Sanitasi lingkungan sekolah adalah fisik sekolah dengan indikator penyediaan air bersih, pembuangan tinja, warung jajanan, pekaranganhalaman Sekolah,
sumber air bersih.
13. cacing pita adalah ditemukannya telur cacing usus dan jenis cacingnya pada siswa sekolah dasar melalui pemeriksaan tinja yang dilakukan sehari setelah
pembagian pot tinja pada siswa, di laboratorium Puskesmas Kota Balige
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Independen