54 yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan
adalah: Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya, Gatal-gatal pada anus, mual, pusing, penngkatan nafsu makan,sakit kepala,diare,lemah,merasa lapar,
sembelit, enurunan berat badan,rasa tidak enak dilambung, letih, muntah,pegal-pegal pada otot. Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan
lokasi parasit dalam tubuh Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan
di otak disebut neurosistiserkosis, mata, otot dan lapisan bawah kulit. Behrman, 2000.
Untuk mendiagnosa cacing pita adalah menganalisis sampel tinja, untuk infeksi cacing pita di usus yaitu memeriksa tinja didalam laboratorium untuk
pengujian. Labaoratorium mengunakan teknik identifikasi mikroskopis untuk segmen cacing pita.
2.4. Epidemiologi
Cacing pita sapi dan babi tersebar di seluruh dunia. Meskipun beberapa penyebaran dari orang ke orang telah didokumentasi di Amerika Serikat, penyebaran ini tidak
lazim. Risiko kecacingan jauh lebih tinggi di Amerika Tengah, Afrika, India, Indonesia, dan Cina. Cacing pita ikan lebih sering dijumpai di Eropa dan Asia yang
beriklim sedang, tetapi dapat ditemukan di danau dingin pada tempat yang tinggi di Amerika Selatan dan Afrika. Kasusnya banyak ditemukan di daerah pedesaan,
khususnya pada orang yang suka makan daging mentah atau setengah masak
55 Behrman, 2000.. Cacing pita menghisap darah dan luka-luka gigitan dilepaskan
dapat menyebabkan anemia yang lebih berat Behrman, 2000.
2.5. Upaya Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Infeksi Kecacingan
Adapun yang menjadi upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan Infeksi kecacingan adalah sebagai berikut ;
1. Memutuskan daur hidup dengan cara a. Defekasi jamban, menjaga kebersihan, cukup air bersih di jamban, untuk
mandi dan cuci tangan secara teratur, penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan cara menghindari infeksi cacing,
dan memberikan pengobatan massal dengan obat antihelmintik yang efektif, terutama pada golongan rawan Utama, 2009
b. Kebersihan perorangan terutama tidak kontak dengan tinja, tidak BAB di tanah, menggunakan sarung tangan apabila hendak berkebun, mengkonsumsi
makanan dan minuman yang dimasak, pendidikan kesehatan, dan sanitasi lingkungan Ideham, 2007
c. Mengendalikan ketentuan-ketentuan sanitasi jamban dan pembuangan tinja, menggunakan pelindung alas kaki, mencuci sayuran yang kemungkinan
terkontaminasi larva, menghindari sayuran lalapan seperti salad, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk, dan perbaikan kondisi sanitasi lingkungan
yang buruk Zaman, 2008 d. Obat untuk infeksi cacing pita adalah Niklosamid atau Prziquante.
Pencegahankecacingan harus memasak daging sapi, babi dan ikan. Perhatian
56 terhadap kebersihan seseorang, menghindari buah-buahan dan sayuran
segar.semua anggota keluarga harus diperiksa mengenai adanya telur dan tanda-tanda penyakit.
Penyuluhan kepada masyarakat penting sekali dan dititikberatkan pada perubahan kebiasaan dan mengembangkan sanitasi lingkungan yang baik dimana pada
pengobatan massal sulit dilaksanakan mekipun ada obat yang ampuh karena harus di lakukan 3
−4 kali setahun dan harga obat tidak terjangkau. Dengan demikian keadaan endemi dapat dikurangi sampai angka kesakitan morbiditas yang tinggi diturunkan
Utama, 2009. 2.6. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variable Dependen
Karakteristik Responden -
Umur -
Jenis Kelamin
Sanitasi lingkungan Rumah: - penyedian air bersih
- pembuangan tinja - kondisi tempat pelihara
ternak babi
Hygiene Perorangan : - Kebersihan kuku
- Kebiasaan cuci tangan
- Mengkonsumsi makanan
- Pemakaian alas kaki Kejadian penyakit
Cacing pita
Pemeriksaan Tinja Faeces
di Laboratorium
Sanitasi lingkungan Sekolah
57
2.7 Hipotesa Penelitian