dan sukrosa yang merupakan komponen utama, madu juga mengandung mineral dan protein Mohammed dan Babiker 2009. Zat-zat tersebut turut serta
membentuk sel secara keseluruhan yang disebut protoplasma Guyton dan Hall 2008. Protein juga berperan dalam perkembangan serta regenerasi sel dan
jaringan.
4.2 Jumlah Folikel-folikel Ovari
Pengaruh pemberian ekstrak minyak jintan hitam terhadap jumlah folikel- folikel ovari dalam luas ovarium 0,6 mm
2
dan korpus luteum dalam 1 mm
2
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Rata-rata jumlah dan jenis folikel ovari dalam 0,6 mm
2
dan korpus luteum dalam 1 mm
2
luas ovarium mencit akibat pemberian jintan hitam Perlakuan
Folikel primer
Folikel sekunder
Folikel tersier
Korpus luteum
Kontrol negatif 0,38±0,32
a
0,43±0,35
a
0,26±0,22
a
3,41±3,28
a
HS Preventif 0,86±0,63
a
0,95±0,74
b
0,42±0,12
a
5,18±2,73
a
HS Kuratif 0,69±0,39
a
0,56±0,41
ab
0,31±0,26
a
4,48±2,43
a
HS Madu 0,41±0,37
a
0,43±0,32
a
0,28±0,22
a
3,51±1,74
a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata p0,05 antar kelompok perlakuan.
Berdasarkan data pengaruh pemberian jintan hitam terhadap jumlah folikel yang terdapat pada ovarium setelah dianalisis secara statistik menunjukkan adanya
peningkatan jumlah folikel sekunder secara nyata p0,05, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata p0,05 pada jumlah folikel primer, tersier, dan korpus
luteum yang dihasilkan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Menurut Guyton dan Hall 2008 betina dilahirkan dengan memiliki folikel
primordial, setelah pubertas seluruh ovarium beserta folikelnya akan mulai tumbuh. Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa perkembangan ovum yang
diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa di dalam beberapa folikel, folikel-folikel ini dikenal sebagai folikel primer. Karena folikel ini yang sudah ada
sebelum hewan coba diberikan perlakuan, maka jumlah folikel primer tidak terpengaruh secara nyata. Sedangkan untuk folikel sekunder terlihat adanya
perbedaan yang nyata p0,05 antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan habbatussauda preventif dan kuratif. Folikel-folikel ovarium kelompok
kontrol dan perlakuan akibat pemberian ekstrak minyak jintan hitam dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Folikel-folikel ovarium dengan pewarnaan HE A Kontrol; B HS preventif; C HS kuratif; D HS madu; a folikel primer; b folikel sekunder; c
folikel tersier; d korpus luteum e folikel atresia.
Jintan hitam memiliki kandungan sterol yang merupakan salah satu zat bermanfaat terhadap organ reproduksi betina karena mampu meningkatkan sintesa
dan bioaktivitas hormon-hormon dalam tubuh termasuk hormon reproduksi Junaedi et al. 2011. Sterol terdiri dari sterol hewani zoosterol dan sterol nabati
fitost erol. Stigmasterol dan -sitosterol merupakan senyawa kandungan
fitosterol yang berasal dari jintan hitam. Menurut Montgomery et al. 1993, senyawa-senyawa tersebut memiliki kemiripan struktur dengan kolesterol yang
merupakan prekursor pembentuk hormon reproduksi, salah satunya hormon estrogen. Hormon estrogen inilah yang berperan terhadap siklus reproduksi betina.
D C
A B
d
a
b
c e
Adanya perbedaan rata-rata jumlah folikel yang dihasilkan dari tiap dosis pemberian ekstrak minyak jintan hitam membuktikan jumlah hormon estrogen
yang teraktivasi oleh sterol yang jumlahnya berbeda-beda pula antar kelompok perlakuan.
Folikel sekunder yang jumlahnya meningkat secara nyata pada kelompok perlakuan menggambarkan kandungan fitosterol dalam jintan hitam dapat
meningkatkan kinerja ovarium pada fase awal perkembangan folikel. Menurut Kolibianakis et al. 2005 tahap awal perkembangan folikel dipengaruhi oleh
estrogen. Jumlah rata-rata folikel yang lebih sedikit setelah dipengaruhi pemberian kombinasi ekstrak minyak jintan hitam dengan madu kemungkinan
menunjukkan adanya zat aktif madu yaitu saponin yang dapat mengikat sterol dari jintan hitam, sehingga sterol tidak mempengaruhi perkembangan folikel setelah
mengalami reaksi saponifikasi penyabunan yang menyebabkan reaksi menjadi netral. Meskipun jumlah folikel tersier dan korpus luteum setelah diuji statistik
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p0,05, namun dari hasil perhitungan tampak jumlah folikel tersier dan korpus luteum kelompok perlakuan lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah folikel tersier dan korpus luteum pada kelompok kontrol negatif. Hasil ini menggambarkan bahwa pemberian jintan
hitam mampu membuat folikel yang siap untuk melakukan ovulasi dan sel telur yang telah diovulasikan lebih banyak apabila dibandingkan dengan kelompok
kontrol pada umur hewan percobaan yang sama. Pada kelompok perlakuan dapat menggambarkan bahwa kadar hormon
FSH dan LH dalam ovari cukup untuk melakukan perkembangan folikel. Folikel yang sedang berkembang ini akan memproduksi estrogen. Semakin besar folikel
maka kadar estrogen yang diproduksi juga semakin tinggi Ganong 2003. Pada level estrogen tertinggi, folikel de Graaf akan memberikan feed back positive
terhadap hipotalamus dan hipofise sehingga LH pre-ovulatori dapat disekresikan dan terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, folikel pecah dan terjadi kolaps
karena tekanan intrafolikel hilang. LH berinteraksi dengan sel-sel reseptor dari dinding folikel yang sobek sehingga proses luteinisasi kekuningan dan sekresi
progesteron dimulai. Jintan hitam yang mengandung sterol mampu menstimulasi
pembentukan hormon estrogen sehingga sel-sel telur yang diovulasi lebih banyak begitu pula dengan korpus luteum yang terbentuk juga akan lebih banyak.
Selain itu disekresikan pula hormon luteotropik LTH untuk mempertahankan CL lalu mensekresikan progesteron Dellmann dan Brown
1988. Kemudian CL berinvolusi dan akhirnya kehilangan fungsi sekresi juga warna kekuningannya, lalu berubah menjadi korpus albikans jika tidak terjadi
pembuahan pada oosit Guyton dan Hall 2008. Menurut Dellman dan Brown 1988, karena hanya sedikit persentase dari oosit potensial yang dilepas pada
proses ovulasi, sebagian besar folikel surut dalam perkembangannya. Proses surut regresi ini disebut atresia. Tanda-tanda penting untuk atresia pada sel-sel dinding
folikel adalah inti sel menjadi piknotik. Selama mengalami atresia, membran basal lapis granulosa dapat melipat, menebal, dan mengalami hialinisasi.
Menurut Guyton dan Hall 2008 perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seksual bergantung seluruhnya pada hormon-hormon gonadotropik, FSH,
dan LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Estrogen memiliki fungsi primer untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ
kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Sedangkan progesteron memiliki fungsi utama dalam persiapan uterus untuk menerima
kebuntingan dan persiapan kelenjar mamae untuk laktasi. Progesteron disekresikan oleh CL dalam jumlah yang cukup banyak selama separuh akhir dari
setiap siklus ovarium.
4.3 Endometrium