3. Pemasaran
Dalam pemasaran ini dibahas mengenai segmentasi, target dan posisi pasar, serta bauran pemasaran.
a. Segmentasi, Target dan Posisi Pasar
Menurut Umar 2005, pasar terdiri dari begitu banyak pembeli dengan beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut misalnya adalah
keinginan, kemampuan keuangan, lokasi, sikap pembelian, dan praktek pembeliannya. Berdasarkan perbedaan ini dapat dilakukan
segmentasi pasar. Segmentasi pasar dilakukan dengan berbagai cara, tidak ada yang disebut satu-satunya cara. Manajemen dapat
mengkombinasikan beberapa variabel yang paling pas dalam segmentasi pasarnya. Beberapa variabel utama untuk
mensegmentasikan pasar adalah geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
Setelah segmen-segmen pasar diketahui, selanjutnya perusahaan melakukan evaluasi lalu memutuskan beberapa segmen pasar yang
akan dicakup dan memilih segmen mana yang akan dilayani. Evaluasi dilakukan dengan menelaah tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan
segmen, kemenarikan struktural segmen, serta sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Menurut Kartajaya 2009, Targetting
adalah proses menempatkan dengan tepat perusahaan ke dalam segmen target market yang sudah dipilih sebelumnya.
Setelah perusahaan memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki, selanjutnya harus diputuskan pula posisi mana yang ingin
ditempati dalam segmen tersebut. Menurut Kartajaya 2009, Positioning
merupakan proses menempatkan keberadaan perusahaan di benak pelanggan. Pengertian tersebut memiliki arti bahwa
perusahaan harus memiliki kredibilitas agar positioning perusahaan dapat mudah melekat di benak pelanggan.
b. Bauran Pemasaran Marketing Mix
Menurut Kotler dan Amstrong dalam Kartajaya 2009, marketing mix
adalah kumpulan terdiri dari peralatan-peralatan
tactical marketing yang dapat dikontrol, dimana komponennya
meliputi produk, harga, tempat lokasi, dan promosi. Perusahaan menyediakan suatu respons terhadap kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi dari sasaran pasar. Pendekatan pemasaran 4P tradisional sering berhasil untuk
barang, tetapi berbagai elemen tambahan perlu diperhatikan dalam bisnis jasa. Booms dan Bitner dalam Kotler 2000 menyarankan 3P
tambahan dalam pemasaran jasa: orang people, bukti fisik physical evidence, dan proses process.
1 Produk
Kotler 2000 mendefinisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk
dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk terdiri dari dua jenis, yaitu benda
berwujud dan tidak berwujud. Produk yang tidak berwujud biasanya disebut jasa.
Salah satu perusahaan yang menjual jasa adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan. Bank merupakan
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat Kasmir, 2010. Ciri-ciri dan karakteristik jasa adalah
sebagai berikut: a
Tidak berwujud, artinya tidak dapat dirasakan atau dinikmati sebelum jasa tersebut dibeli.
b Tidak terpisahkan, artinya antara si pembeli jasa dengan si
penjual jasa saling berkaitan. c
Beraneka ragam, artinya jasa dapat diperjualbelikan dalam berbagai bentuk.
d Tidak tahan lama, artinya jasa tidak dapat disimpan. Begitu
jasa dibeli maka akan segera dikonsumsi, atau saat membeli dan mengkonsumsi jasa dapat dilakukan pada waktu yang
bersamaan.
Tabungan didefinisikan oleh UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu. Menurut Kotler 2000 terdapat lima level produk, yaitu
manfaat inti, produk dasar, produk yang diharapkan, produk yang ditingkatkan, dan produk potensial. Pemasar biasanya
mengklasifikasikan produk berdasarkan karakteristik produk: daya tahan, keberwujudan dan penggunaan konsumen atau industri.
Menurut daya tahan dan keberwujudan, produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok , yaitu barang yang tidak
tahan lama, barang tahan lama dan jasa. Sedangkan barang konsumen dibagi menjadi barang kenyamanan convinience,
belanjaan shopping, khusus speciality dan barang yang dalam kondisi normal tidak dicari unsought.
2 Harga
Menurut Kasmir 2010, bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya
provisi dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya-biaya lainnya. Dalam dunia perbankan terdapat 3
macam harga, yaitu harga beli, harga jual dan biaya yang
dibebankan pada nasabahnya.
Bunga bank selain dapat diartikan sebagai balas jasa, dapat juga diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah
yang memiliki simpanan dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank nasabah yang memperoleh pinjaman.
Bunga simpanan rekening merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini
diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga
tabungan dan bunga deposito. Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi besar kecilnya suku bunga adalah kebutuhan dana, persaingan, kebijakan pemerintah, target laba yang diinginkan,
jangka waktu, kualitas jaminan, reputasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik dan jaminan pihak ketiga.
3 Promosi
Menurut Kasmir 2010, promosi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabahnya.
Salah satu tujuan promosi adalah menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah yang
baru. Selain itu, promosi juga berfungsi mengingatkan nasabah akan produk, serta promosi juga ikut mempengaruhi nasabah untuk
membeli dan akhirnya meningkatkan citra bank di mata para nasabahnya.
Umar 2005 mengatakan di dalam manajemen pemasaran, kebijakan promosi biasanya dipecah menjadi empat cara, yaitu:
Periklanan Advertising, Kehumasan Public Relation, Promosi Penjualan Sales Promotion, dan Penjualan Perseorangan
Personal Selling. Untuk perbankan, kebijakan Public Relation dapat ditempuh antara lain dengan menyediakan brosur,
memberikan penjelasan atau keterangan, dan mengambil peran sebagai sponsor. Untuk kebijakan periklanan dapat dilakukan
misalnya dengan pemasangan iklan di media massa. Promosi Penjualan misalnya dapat dilaksanakan dengan fee atau
menghilangkan biaya-biaya tertentu. Sedangkan untuk kebijakan Personal selling
biasanya dilakukan terhadap nasabah-nasabah utama. Komunikasi ini dilakukan secara langsung antara petugas
bank dengan nasabah.
4 Tempat
Penentuan lokasi bagi industri perbankan lebih ditekankan kepada lokasi cabang. Penentuan lokasi kantor cabang bank
dilakukan untuk cabang utama, cabang pembantu, atau kantor kas. Penentuan lokasi kantor beserta sarana dan prasarana pendukung
menjadi sangatlah penting, hal ini disebabkan agar nasabah mudah menjangkau setiap lokasi bank yang ada. Demikian pula sarana dan
prasarana harus memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh nasabah yang berhubungan dengan bank Kasmir, 2010.
5 Orang
People orang, yaitu semua orang yang terlibat aktif dalam
pelayanan dan memengaruhi persepsi pembeli, nama, pribadi pelanggan, dan pelanggan-pelanggan lain yang ada dalam
lingkungan pelayanan. People meliputi kegiatan untuk karyawan, seperti kegiatan rekrutmen, pendidikan dan pelatihan, motivasi,
balas jasa, dan kerja sama, serta pelanggan yang menjadi nasabah atau calon nasabah Kasmir, 2008.
6 Physical Evidence Bukti Fisik
Terdiri dari adanya logo atau simbol perusahaan, moto, fasilitas yang dimiliki, seragam karyawan, laporan, kartu nama, dan
jaminan perusahaan Kasmir, 2008.
7 Process Proses
Proses merupakan keterlibatan pelanggan dalam pelayanan jasa, proses aktivitas, standar pelayanan, kesederhanaan atau
kompleksitas prosedur kerja yang ada di bank yang bersangkutan Kasmir, 2008.
4. ProduksiOperasi
Umar 2005 beranggapan bahwa aspek produksi dan operasi pada sektor perbankan lebih tertuju kepada produk-produk bank dan sistem
penyampaian. Dengan demikian, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dipaparkan berikut ini.
a. Produk bank
Produk bank merupakan hasil kegiatan operasional bank yang berkaitan erat dengan pengelolaan portofolio bank. Pada dasarnya,
jenis produk bank yang utama adalah deposito dalam arti simpanan-simpanan dan kredit dalam arti pinjaman-pinjaman.
b. Sistem penyampaian Delivery System
Sistem penyampaian produk dan jasa bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Semakin maju teknologi, seperti
teknologi sistem informasi yang berbasis komputer dan telekomunikasi, semakin berkembang pula sistem penyampaian itu.
5. Sumber Daya Manusia
Kualitas, sikap dan perilaku SDM perbankan sangat dipengaruhi oleh perkembangan sosial, politik, kebudayaan, dan lain-lain. oleh
karena itu, kebijakan SDM terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal, antara lain berupa perkembangan pendidikan, jumlah penawaran tenaga
kerja, perkembangan sosial, perburuhan, adat, agama, budaya, dan sistem nilai masyarakat lainnya. Sedangkan faktor-faktor internal SDM akan
dipengaruhi oleh manajemen SDM itu sendiri Umar, 2005.
6. Sistem Informasi Manajemen
Menurut Umar 2005 sistem informasi perbankan dibutuhkan khususnya dalam hal pengambilan keputusan manajemen. Tiga dari
beberapa subsistem informasi perbankan utama yang perlu diimplementasikan dengan baik diantaranya adalah:
a. Subsistem Kepuasan Pelanggan
Informasi pelanggan mengenai kepuasan mereka atas layanan dan produk bank menjadi hal yang penting bagi manajemen. Dengan
informasi ini manajemen dapat mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah bagus, memperbaiki hal-hal yang
belum bagus, dan memperkecil atau bahkan membuang hal-hal yang tidak perlu.
b. Subsistem Informasi Nasabah
Data nasabah yang lengkap dan mudah diakses hendaknya dimanfaatkan sebagai informasi, misalnya informasi mengenai
segmen pasar dan perilaku nasabah. c.
Subsistem Informasi Persaingan Informasi mengenai pesaing bermanfaat dalam rangka mengetahui
kondisi persaingan bank. Data pesaing yang diperlukan misalnya adalah data mengenai kualitas produk dan layanan, pemasaran, latar
belakang personalia, khususnya para pengambil keputusan dan karakteristik proyek-proyek yang ditangani.
2.4. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal meliputi variabel peluang dan ancaman di luar kontrol manajemen perusahaan. Audit eksternal terfokus pada upaya
mengidentifikasi dan menilai trend, serta peristiwa di luar kendali suatu perusahaan. Tujuan audit eksternal adalah membuat daftar terbatas
mengenai berbagai peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang harus dihindari David, 2004.
1. Lingkungan Makro
Kasmir 2008 mengungkapkan bahwa lingkungan makro merupakan kekuatan yang lebih luas dari lingkungan mikro dan juga
memengaruhi pemasaran bank. Sering juga diartikan lingkungan makro merupakan lingkungan jauh dari dunia perbankan. Lingkungan makro
juga memiliki komponen-komponen sebagai berikut: a. Lingkungan Demografis
Lingkungan demografis merupakan lingkungan yang menyangkut masalah kependudukan, seperti: jumlah penduduk, lokasi penduduk,
usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pergeseran penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain.
b. Lingkungan Ekonomis Lingkungan ekonomis merupakan faktor-faktor yang memengaruhi
daya beli dan pola pembelanjaan konsumen. c.
Lingkungan Teknologi Lingkungan teknologi merupakan kekuatan-kekuatan yang
menciptakan teknologi baru, menciptakan inovasi baru melalui pengembangan produk baru, serta mampu menangkap peluang-
peluang yang ada. d.
Lingkungan Politik dan Undang-Undang Maksudnya adalah lembaga yang mengawasi perusahaan, seperti
badan pemerintah, kelompok penekan yang mempengaruhi dan
membatasi ruang gerak organisasi dan individu dalam suatu masyarakat.
e. Lingkungan Kultural
Merupakan lembaga-lembaga atau kekuatan lain yang mempengaruhi nilai di masyarakat, seperti persepsi, preferensi, dan
perilaku masyarakat terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
2. Lingkungan Industri
Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan
itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis. Michael E. Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis
persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing. R.E. Freeman yang dikutip Wheelen
merekomendasikan aspek yang keenam untuk melengkapinya Umar, 2005. Secara lengkap keenam aspek atau variabel yang membentuk
model untuk strategis bersaing tersebut yang dipaparkan di atas dapat dilihat pada Gambar 1.
Threat of New
Entrants Relative Power of Unions,
Governments, etc
Bargaining Power of Buyers
Bargaining Power
Threath of
Of Suppliers Substitute Products or
Services
Gambar 1. Konsep Competitive Strategy Porter Umar, 2005
Potensial Entrants
Industry Competitors
Rivalry Among
Existing Firms
Substitutes Suppliers
Buyers Other
Stakeholders
a. Ancaman Masuk Pendatang Baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya
kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi
seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ada beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke
dalam suatu industri yang sering disebut dengan Hambatan masuk. Faktor-faktor Hambatan Masuk yang dimaksud adalah : Skala
ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independen dan
peraturan pemerintah. b.
Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan
kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
mempengaruhi pasar. Sedangkan, pada pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower
termasuk dalam hal harga produk. Menurut Porter dalam Umar 2005, tingkat persaingan itu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.
c. Ancaman dari Produk Pengganti
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun
karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk substitusi kuat
bilamana konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah
atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
d. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli Buyers
Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga produk,
meningkatkan mutu servis, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya.
e. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok Suppliers
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau servis.
Pemasok menjadi kuat apabila beberapa kondisi berikut terpenuhi: 1
Jumlah pemasok sedikit. 2
Produkservis yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching cost
yang besar. 3
Tidak tersedia produk substitusi. 4
Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang
dihasilkan perusahaan. f.
Pengaruh Kekuatan Stakeholder lainnya Stakeholder
yang dimaksud antara lain adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi
dagang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan pemegang saham.
2.5. Metode Analisis Data 1.
Matriks IFE dan EFE
Matriks IFE Internal Factor Evaluation merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Sedangkan Matriks EFE External Factor Evaluation membuat
perencana strategi dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah,
hukum, teknologi dan persaingan David, 2004.
2. Matriks IE
Matriks IE ini dikembangkan dari model General Electric GE- Model. Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan
internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU perusahaan ke dalam
matriks yang terdiri dari 9 sel. Matriks IE terdiri dari dua dimensi, yaitu:
1. Dimensi X : total skor dari matriks IFE
2. Dimensi Y : total skor dari matriks EFE
Sumbu X dari matriks IE, skornya ada tiga, yaitu skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah, skor 2,0-2,99
menyatakan posisinya adalah rataan dan skor 3,0-4,0 adalah kuat. Dengan cara yang sama, pada sumbu Y yang dipakai untuk matriks
IFE, skor 1,0-1,99 adalah rendah, skor 2,0-2,99 adalah sedang dan skor 3,0-4,0 adalah tinggi David, 2004.
Strategi penetrasi pasar market penetration adalah meningkatkan pangsa pasar melalui usaha pemasaran lebih intensif atau maksimal.
Strategi pengembangan pasar market development adalah strategi meningkatkan pangsa pasar produk atau jasa ke daerah baru. Strategi
pengembangan produk product development adalah strategi meningkatkan penjualan dengan mengembangkan atau memodifikasi
produk atau jasa yang ada. Strategi integrasi ke depan adalah pengendalian atau pengawasan
lebih terhadap distributor atau pengecer. Strategi integrasi ke belakang adalah strategi pengendalian dan pengawasan lebih terhadap pemasok.
Strategi integrasi horizontal adalah strategi pengawasan lebih terhadap pesaing.
3. Matriks TOWS
Matriks Threats – Opportunities – Weaknesses – Strengths TOWS merupakan perangkat pencocokkan yang penting yang
membantu manajer mengembangkan empat strategi: Strategi SO
Strengths-Opportunities, Strategi WO Weaknesses-Opportunities, Strategi ST Strengths-Threats dan Strategi WT Weaknesses-Threats.
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi
WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau
strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Sedangkan
strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal David, 2004.
4. Matriks QSP
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif QSPM merupakan Tahap 3 dari kerangka analitis perumusan strategi. Teknik tersebut
secara objektif menunjukkan strategi alternatif yang paling baik. QSPM menggunakan masukan dari analisis Tahap 1 dan hasil-hasil pencocokan
dari analisis Tahap 2 untuk memutuskan secara objektif strategi alternatif yang dijalankan David, 2004.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti 2008 adalah mengenai Analisis Strategi Pemasaran Asuransi BumiPutera Cabang Yogyakarta
dalam Menghadapi Persaingan. Metode pengolahan dan analisis data diawali dengan mengidentifikasi peta persaingan, lingkungan eksternal dan
lingkungan internal perusahaan yang selanjutnya dinyatakan dalam matriks Eksternal Factor Evaluation
EFE, Internal Factor Evaluation IFE, Strengths,Weaknesses, Opportunities
dan Threats SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix
QSPM. Berdasarkan analisis matriks EFE yang mengacu pada peta persaingan menunjukkan bahwa keseluruhan faktor
strategis eksternal menghasilkan skor 3,141 yang merupakan jumlah dari skor peluang 0,916 dan skor ancaman 2,225. Hal ini menunjukkan
tingkat persaingan yang tinggi. Berdasarkan analisis matriks QSP, strategi WT memiliki total nilai yang paling besar 7,29, sehingga strategi WT
merupakan strategi yang tepat untuk dilaksanakan sesuai dengan kondisi persaingan industri asuransi. Strategi WT yaitu meningkatkan teknologi
informasi untuk mengantisipasi persaingan, melakukan kegiatan promosi yang intensif dan efektif untuk mematahkan brand image pesaing,
menambah fasilitas perusahaan untuk menghadapi persaingan, memberi kemudahan pengajuan klaim untuk meminimalisir keraguan masyarakat
akan asuransi dan meningkatkan mutu melalui pelatihan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Prameswari 2005 adalah
mengenai Analisis Strategi Pemasaran BNI Taplus dalam Menghadapi Persaingan. Analisis data diawali dengan menganalisis lingkungan internal
dan eksternal BNI Taplus. Setelah itu data ini diproses dalam dua tahap yaitu tahap masukan input stage dengan menggunakan Internal Factor
Evaluation IFE dan Matrix External Factor Evaluation EFE, serta tahap
kedua adalah tahap penyesuaian matching stage dengan menggunakan Internal External
IE matrix dan TOWS Matrix. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tabungan dalam industri perbankan yang cepat
18, menyebabkan bank-bank saling bersaing dalam melakukan inovasi produknya dan merebut pangsa pasar. Total nilai yang didapatkan dari
Matriks IFE dan EFE masing-masing adalah 2,364 dan 2,958, yang memposisikan BNI Taplus pada sel V dalam Matriks IE. Strategi yang
paling baik dikelola pada sel ini adalah strategi-strategi pertahankan dan pelihara, yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Langkah awal dalam menetapkan strategi adalah mengidentifikasi visi dan misi perusahaan PT Bank Agris. Kemudian dilakukan analisis
lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi Tabungan Agris dalam upaya menetapkan strategi yang tepat bagi Tabungan Agris. Analisis
lingkungan internal ini meliputi analisis terhadap kondisi organisasi, pemasaran, keuangan, produksioperasi, sistem informasi manajemen dan
sumber daya manusia. Sedangkan analisis mengenai kondisi lingkungan eksternal dimulai dengan menganalisis kondisi lingkungan makro yang
terdiri dari aspek demografis, ekonomis, alam, teknologi, politik, dan kultural serta menganalisis lingkungan industri dengan menggunakan lima
kekuatan Porter dan R.E. Freeman yang terdiri dari persaingan yang terjadi dalam industri, pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli,
ancaman produk substitusi dan kekuatan Stakeholder yang berpengaruh terhadap strategi Bank Agris.
Setelah menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal Tabungan Agris, maka dilakukan perumusan strategi, yang terdiri dari tiga
tahap, yaitu tahap masukan input stage, tahap pencocokan matching stage dan tahap keputusan decision stage. Pada tahap masukan digunakan
Matriks IFE untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan internal Bank Agris, serta Matriks EFE untuk menganalisis peluang dan ancaman
eksternal Tabungan Agris. Selanjutnya dilakukan tahap pencocokan dengan menggunakan Matriks IE dan Matriks TOWS sebagai strategi SO, strategi
ST, strategi WO dan strategi WT. Lalu dimasukkan pada Matriks QSP maka dilakukan tahap keputusan. Hasil dari tahap keputusan menghasilkan
alternatif strategi yang tepat bagi Bank Agris dan diharapkan dapat diimplementasikan oleh perusahaan PT Bank Agris. Kerangka pemikiran
dapat dilihat pada Gambar 2.